Rabu, 28 Mei 2014

If You Earn Me [11]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others





Sivia berjalan menuju ruang tamu dengan gugup. Dan benar, alvin memang berada disana. Sivia pun berjalan mendekat dan langsung menyerngitkan keningnya melihat majalah yang sedang alvin baca.
“Aku gak tau kamu suka baca majalah fashion cewek.” Kata sivia sambil duduk di sofa dekat alvin. Alvin terlihat terkejut saat mendengar suara sivia. Ia semakin terkejut melihat majalah yang ia pegang.
“Tadi diatas meja.” Jawab alvin langsung meletakkan kembali majalah itu diatas meja. Sivia hanya tersenyum mendengarnya. Dan beberapa menit pun mereka isi dengan kediaman. Mereka sama-sama gugup setelah kejadian di kamar sivia barusan.
“Maaf.” Kata alvin mulai membuka suara.
“Kenapa?” tanya sivia.
“Aku tadi udah ngetuk pintu tapi gak ada jawaban. Jadi aku main masuk aja. Maaf.” Kata alvin.
“Iya, lupain aja.” Kata sivia sambil menundukkan wajahnya, salah tingkah. Dan mereka pun kembali membisu.
“Oh ya, kamu darimana aja? Aku telpon gak diangkat. Aku bbm juga gak dibales.” Tanya alvin yang ingat tujuannya kesini.
“Kan kemarin udah tau, pagi ini aku jogging sama ify. Aku tadi gak bawa hp.”
“Kenapa lama banget?”
“Tadi ketemu temen lama. Jadinya ngobrol-ngobrol dulu.” Kata sivia. Alvin pun hanya mengangguk mendengar jawaban sivia. Setidaknya ia merasa lega, ia sempat mengira kalau sivia sengaja tidak menerima telponnya.
“Oh ya, hari ini gak ada rencana lagi?” tanya alvin.
“Enggak ada. Kenapa?”
“Yaudah yuk.” Kata alvin langsung saja berdiri dan menarik tangan sivia.
“Kemana?” tanya sivia bingung.
“Udah ikut aja.”
“Tapi aku belum ganti baju. Lagian aku gak bawa apa-apa!” protes sivia tapi alvin terus saja menggandeng sivia keluar rumah.
“Udah cantik kok.” Kata alvin mengedipkan sebelah matanya. Sivia hanya mendengus lalu duduk di boncengan alvin.
Seperti biasa, alvin menarik tangan sivia agar melingkar manis di perutnya sebelum akhirnya melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
* * *
Sivia melepaskan pelukannya dari perut alvin setelah alvin memelankan laju motornya. Sivia melihat sekeliling dan baru sadar mereka baru saja memasuki salah satu kawasan elite di Ibu Kota. Tidak lama kemudian motor alvin berhenti tepat di depan rumah mewah yang tertutup oleh gerbang besar. Alvin menekan bel motornya dan tidak lama kemudian dua orang satpam langsung membukakan gerbang besar itu. alvin pun kembali melajukan motornya hingga berhenti di halaman rumah.
Sivia turun dari motor alvin begitu motor itu berhenti. Sivia melihat sekelilingnya sambil menunggu alvin memarkirkan motor dan melepas helm.
“Ayo.” Kata alvin langsung saja menggandeng tangan sivia.
“Vin, ini rumah siapa?” tanya sivia penasaran.
“Udah diem aja.” Kata alvin tetap menggandeng sivia memasuki rumah itu tanpa permisi. Sivia pun hanya menurut.
“Kamu duduk sini dulu.” Kata alvin. Sivia mengangguk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Sedangkan alvin langsung saja memasuki rumah itu dengan santai. Apa ini rumah alvin? Batin sivia sambil melihat sekelilingnya. Rumah ini sangat mewah apalagi barang-barangnya yang terlihat sangat mahal. Juga halaman rumahnya tadi yang sangat luas, bahkan sekitar lima kali lipat halaman rumah sivia.
“Wah ini yang namanya sivia?” sivia sontak menoleh dan cukup kaget melihat seorang wanita cantik yang berjalan menghampirinya. Tidak lama kemudian alvin menyusul di belakang wanita itu.
“I…iya tante.” Kata sivia sambil berdiri gugup.
Ira menatap sivia dari atas sampai bawah membuat sivia semakin gugup. Apalagi mengingat ia tidak diberi waktu alvin untuk berganti pakaian sehingga ia hanya mengenakan kaos dan celana jeans biasa.
“Kamu cantik sekali sayang.” Kata ira tersenyum memandang sivia.
“Te…terimakasih tante.” Kata sivia semakin gugup. Sivia yakin itu tadi adalah sindiran halus. Bagaimana mungkin ia terlihat cantik dengan penampilan seperti ini. Sivia sadar, ia berdandan saja tidak bisa se-cantik mantan-mantan alvin apalagi dengan penampilan biasa seperti ini.
“Vi, ini mama aku. Ma, ini sivia pacar alvin.” Kata alvin yang kini sudah berdiri di samping sivia sambil merangkul pundak sivia yang terasa kaku karena nervous .
“Saya sivia tante.” Kata sivia menyalami mama alvin dengan gugup. Sedangkan ira malah terus tersenyum melihat sivia.
“Oh ya, kamu tunggu disini sebentar.” Kata ira masuk ke dalam rumahnya meninggalkan sivia dan alvin di ruang tamu.
“Kenapa gak bilang kalau mau ke rumah kamu?!” kata sivia langsung mencubit lengan alvin kesal.
“Emang kenapa?”
“Kenapa? Kamu sengaja ya bikin malu aku di depan mama kamu?!” Alvin jadi panik melihat mata sivia yang berkaca-kaca.
“Malu kenapa sih vi? Kamu kenapa??” tanya alvin bingung.
“Kenapa kamu gak bilang kalau mau ke rumah kamu? Aku gak ganti baju, aku gak dandan, aku malu sama mama kamu!” kata sivia semakin berkaca-kaca.
“Yaampun vi, kenapa harus malu? Kamu cantik kok. Cantik banget malah.” Kata alvin mengusap pipi sivia lembut. Tapi tentu saja sivia tidak percaya sama sekali. Ia sadar dan benar-benar sadar ia tidak cantik apalagi se-cantik mantan-mantan alvin!
“Cantik apanya! Aku bahkan gak ada apa-apanya dibanding mantan-mantan kamu!”
“Mantan-mantan apa sih vi? Kamu paling cantik di mata aku. Udah santai aja sama mama aku.” Alvin mengelus kepala sivia lembut. Ia tidak tahu kalau sivia sudah melihat macam-macam mantan pacarnya. Tapi alvin tidak bohong, sivia paling cantik baginya.
“Heei ini kebetulan tante baru beli kue banyaak.” Tiba-tiba mama alvin datang dengan membawa kue banyak sekali. Sedangkan di belakangnya ada seorang pembantu membawa minuman.
“Kamu suka rasa apa? Coklat? Keju? Atau strawberry?” tanya mama alvin meletakkan kue itu diatas meja.
“Via suka coklat.” Kata alvin menjawab.
“Yaudah ayo dimakan sayang. Ini juga ada jus jeruk.” Kata ira duduk di samping sivia dan menawarkan kue-kue itu.
“Iya… terimakasih tante.” Kata sivia tersenyum. Alvin yang melihatnya pun ikut tersenyum.
* * *
Alvin duduk di anak tangga sambil memakan apel yang baru saja ia ambil dari kulkas. Ia melihat sivia dan mamanya sedang asyik mengobrol sambil membuka-buka majalah di ruang keluarga. Ia memang lega sivia tidak lagi canggung bersama mamanya. Bahkan kini ia merasa ditelantarkan oleh keduanya. Pacar dan mamanya seakan melupakan dirinya. Mereka kini sedang asyik mengobrol tentang urusan perempuan yang membuat alvin tidak bisa bergabung.
Sedangkan sivia dan ira kini sedang membuka-buka majalah fashion sambil sesekali memakan kue kering yang ada di meja. Sivia tidak bosan-bosannya mendengar penjelasan ira tentang fashion. Sivia memang tidak mengerti masalah fashion. Ia hanya asal memilih pakaian yang menurutnya bagus tanpa tau trend saat ini. Berbeda dengan mama alvin yang sangat mengerti tentang fashion.
“Kapan-kapan kamu main ke butik tante deh. Ada baju-baju baru yang kayaknya cocok banget buat kamu.” Kata ira.
“Wah, boleh tante?”
“Ya boleh dong. Gimana kalau besok?”
“Yah, besok kuliah tante.” Ira mengerutkan keningnya mendengar kata sivia.
“Kuliah? Kamu udah kuliah?” tanya ira.
“Iya tante.” Jawab sivia.
“Yaampun, tante kirain kamu satu sekolah sama alvin. Tapi kamu kuliah di Universitas Cendrawasih juga?”
“Enggak tante, via kuliah di Universitas Airlangga.”
“Universitas Airlangga? Bukannya jauh dari sekolah alvin kan? Terus kalian bisa kenal darimana?” tanya ira penasaran juga. Sebenarnya ia tidak menyangka sivia sudah kuliah.
“Adik via yang sekolah di SMA Cendrawasih tante.”
“Oh, adik kamu temennya alvin?”
“Em, bukan. Adik via baru kelas 10 tante. Adik kelasnya alvin.”
“Terus kok kalian bisa kenalan?” ira terus bertanya ke sivia. Ia sangat antusias bertanya tentang kisah cinta putra bungsungnya yang memang sangat tertutup. Apalagi mengingat sivia ini gadis pertama yang alvin perkenalkan kepadanya membuat ira yakin sivia sangat special bagi alvin. Itulah yang membuat ira menjadi sangat penasaran.
“Waktu itu via jemput adik via ke sekolahnya. Terus ketemu deh sama alvin.” Kata sivia dengan wajah sedikit merah menceritakan awal pertemuannya dengan alvin. Ira yang melihatnya pun ikut tersenyum.
“Oh gitu. Oh ya, rumah kamu dimana sayang?” tanya ira.
“Di Taman Indah Regency, tante.”
“Wah butik tante juga ada di deket situ sayang.”
“Oh ya? Wah asik dong!”
“Iya. Yaudah besok kamu pulang jam berapa?”
“Sekitar jam satu siang tante.”
“Yaudah tante jemput di kampus kamu gimana?”
“Gak usah tante, malah ngerepotin. Lagian via bawa mobil sendiri kok. Emang butik tante di daerah mana? Biar sepulang kuliah via langsung kesana.” Ira pun memberikan alamat butiknya yang ada di daerah rumah sivia. Yah, sebenarnya ia memiliki beberapa cabang butik di Ibu Kota ini.
“Ma, ada telpon.” Ira dan sivia pun sontak menoleh ke arah alvin yang baru saja duduk di samping sivia.
“Dari siapa?” tanya ira.
“Papa.” Ira pun langsung berdiri setelah mendengar jawaban alvin.
“Sebentar ya sivia, tante angkat telpon dulu.” Kata ira lalu berjalan pergi.
“Yuk.” Kata alvin yang sudah berdiri lagi sambil menarik tangan sivia agar ikut berdiri.
“Kemana?” alvin tidak menjawab pertanyaan sivia dan langsung saja menggandeng sivia menaiki tangga. Sedangkan sivia pun hanya diam mengikuti alvin hingga mereka masuk ke salah satu kamar di lantai dua.
“Ini kamar kamu?” tanya sivia.
“Yep.” Kata alvin menggandeng sivia hingga mereka duduk di tepi kasur. Sivia mengamati kamar alvin dengan seksama. Kamar alvin cukup besar, mungkin luasnya dua kali lipat dari kamar sivia. Cat kamar alvin berwarna abu-abu terang, senada dengan bed cover alvin yang juga berwarna abu-abu sedikit lebih gelap. Kamar alvin bisa dibilang cukup rapi untuk ukuran kamar cowok. Ah, sivia bahkan tidak pernah masuk ke kamar cowok selain kamar ray. Jadi lebih tepatnya kamar alvin lebih rapi dibanding kamar ray.
“Ngapain kesini?” tanya sivia akhirnya.
“Biar gak di ganggu mama.” Kata alvin langsung saja memeluk sivia dari samping.
“Alvin! Apaan sih.” Sivia mencoba melepaskan lengan alvin yang memeluknya. Tentu saja dengan wajah yang memerah.
“Kangen.” kata alvin malah mengencangkan pelukannya. Benar, ia memang merasa sangat kangen dengan pacarnya ini. Itulah yang membuat alvin sampai ke rumah sivia pagi-pagi karena sivia tidak kunjung menerima telponnya.
Sivia pun tidak lagi mencoba melepaskan pelukan alvin dan memilih diam. Jujur, sivia sendiri juga sering merasa ingin sekali bertemu dengan alvin walaupun mereka baru ketemu beberapa jam lalu. Yah walaupun terdengar aneh, apalagi mengingat mereka lebih sering bertengkar saat bertemu tapi itulah kenyataannya.
“Alvin, udah ah.” Kata sivia setelah merasa alvin sudah cukup lama memeluknya. Alvin pun melepaskan pelukannya.
“Oh ya, kamu udah makan?” tanya alvin.
“Belum sih.”
“Yaudah kamu tunggu disini. Aku ambil makanan bentar.” Kata alvin yang langsung berjalan keluar dari kamarnya sebelum sivia sempat menolak.
Sivia pun akhirnya memilih melihat-lihat isi kamar alvin. Tidak ada yang aneh dari kamar alvin. Hingga sivia tertarik dengan foto-foto yang di temple di salah satu sisi tembok kamar alvin. Sivia pun berjalan mendekat dan melihat-lihat foto-foto itu. sivia tersenyum melihat alvin yang ternyata sangat narsis. Banyak foto alvin bersama sahabat-sahabatnya, Cakka, Sion dan Rio. Juga ada foto alvin bersama mama dan papanya. Sivia mengerutkan keningnya begitu melihat foto alvin yang sedang merangkul seorang cewek. Mungkin saat itu alvin masih SMP karena alvin terlihat lebih pendek dan kurus dari sekarang. Yang membuat sivia penasaran adalah cewek yang bersama alvin itu. karena memang tidak hanya ada satu foto alvin bersama cewek itu. Ada sekitar lima foto alvin bersama cewek itu. Apa ini kakaknya alvin? Batin sivia menebak. Karena yang sivia tahu adalah alvin mempunyai seorang kakak.
“Vi, ayo makan.” Sivia menoleh begitu mendengar suara alvin. Dan benar, alvin sedang meletakkan nampan berisi makanan diatas meja di dekat kasurnya.
“Kakak kamu cantik banget.” kata sivia berjalan menghampiri alvin. Sivia pun duduk di karpet bawah dan bersandar di kasur alvin.
“Kakak?” tanya alvin.
“Cewek di foto itu kakak kamu kan?” Sivia malah balik bertanya sambil menunjuk foto yang menempel di tembok kamar alvin. Ia memang tidak tahu kakak alvin. Tapi kalau bukan kakak alvin, lalu siapa?
“Oh, iya.” Kata alvin setelah melihat foto yang sivia maksud.
“Yaudah makan yuk.” Kata alvin. Sivia mengangguk dan mereka pun makan bersama sambil sesekali bercanda.
* * *
Alvin tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia menoleh ke samping dan langsung mengambil guling yang ada di sampingnya. Alvin memeluk guling itu sambil menghirup nafas dalam-dalam. Ia semakin tersenyum begitu mencium wangi parfum sivia ternyata masih tertinggal disana. Yah, sesudah makan tadi mereka sempat mengobrol hingga sivia tertidur di kasur alvin sambil memeluk salah satu guling alvin. Guling yang tengah ia peluk sekarang. Alvin seakan teringat sesuatu dan langsung mengambil smartphone yang tergeletak tak jauh darinya. Lagi-lagi alvin tersenyum setelah melihat wallpaper ponselnya. Disana terlihat sivia sedang tertidur dengan wajah damai sambil memeluk guling erat.
Setelah puas melihat foto-foto sivia yang ia foto diam-diam tadi, alvin pun memilih membuka aplikasi messenger dan segera mengirim pesan ke Sivia.

Alvin Jonathan:
Sayang
Alvin iseng membuka Recent Updates sambil menunggu sivia yang tidak kunjung membalas chatnya. Alvin mengerutkan kening begitu melihat salah satu contact BBMnya yang baru saja mengganti Display Picturenya. Alvin pun buru-buru membukanya.

Gabriel Steven
Changed display picture
“Sivia?” kata alvin melihat display picture teman Cakka itu. Yah, Gabriel adalah teman satu tim futsal Cakka. Alvin lumayan mengenal Gabriel karena memang mereka sudah beberapa kali bermain futsal bersama. Dan yang membuat alvin penasaran adalah, apa hubungan Gabriel dan Sivia? Kenapa Gabriel memasang foto dirinya dengan sivia? Apalagi di dalam foto itu Gabriel sedang merangkul sivia sambil keduanya tersenyum ke kamera.
Alvin semakin gelisah karena sivia tidak kunjung membalas chatnya, padahal alvin sangat penasaran ingin menanyakan ke sivia.

Alvin Jonathan:
Sayaang

Alvin Jonathan:
PING!!!

Alvin Jonathan:
PING!!!

Alvin Jonathan:
PING!!!
“Kemana sih sivia?!” kata alvin kesal. Alvin pun langsung mencari contact Ray.

Alvin Jonathan:
Sivia ngapain?
Lagi-lagi alvin iseng membuka Recent Update sambil menunggu balasan ray. Dan alvin semakin kesal melihat Gabriel yang kini mengganti lagi display picturenya. Kini Gabriel memasang foto Sivia sendiri yang tersenyum manis ke kamera.
“Apa-apaan sih ini?!” Alvin merasa sangat kesal melihat cowok lain yang memakai foto sivia sebagai display picturenya. Alvin langsung menekan tombol back saat ada chat masuk.

Raynald Prasetya:
Udah tiduur
Alvin geleng-geleng membaca balasan dari ray. Padahal ini masih jam 8 malam dan sivia sudah tidur! Apalagi tadi siang sivia sudah tidur di kamarnya sampai sore. Dan jam 5 sore alvin baru mengantarkan sivia pulang.
Alvin pun memilih membuka laptopnya dimana ia menyimpan foto dirinya bersama sivia yang difoto oleh sion beberapa hari lalu. Alvin pun memilih beberapa foto yang menurutnya paling mesra untuk di masukkan kedalam smartphonenya. Setelah itu alvin pun memilih foto dimana ia sedang mencium kepala sivia yang sedang bersandar di bahunya sebagai display picturenya. Alvin pun tersenyum puas melihat display picture barunya.

Happy Anniversary

“HAPPY ANNIVERSARRY”

Karya : Aninda Ocha
Cast : Alvin, Sivia, Shilla, Cakka
Genre: Romance,Friendship,Happyend

Sinar matahari masuk melalui celah – celah jendela kamar itu. Sinarnya seakan memaksa seorang gadis cantik yang masih senantiasa menikmati mimpinya. Dan kali ini mata itu terpaksa dibukanya karna silau yang menyapa matanya.
Setelah kesadarannya terkumpul, gadis cantik itu berjalan menuju gorden lalu menyibak kain berwarna ungu itu. Gadis itu juga menggeser jendela kamarnya yang disambut angin sepoi – sepoi pagi ini. “selamat pagi.” Ucapnya senang.
Gadis bernama –Sivia- itu mengambil handphonenya yang tergeletak di kasur. Membaca pesan masuk kemudian tersenyum.
From: My Boo
Sayang... baru bangun pasti ya? :p siap – siap gih, nanti aku jemput jam 8, dandan yang cantik sayang. Morning and I Love You :*
Sivia kemudian mengetik balasannya.
To: My Boo
Kamu tau aja sayang :p haha oke sip, aku tunggu sayang :* I Love You Too {}
-
Sivia yang sudah wangi dan bersih langsung menuruni anak tangga dan senyuman masih tercetak di bibirnya. Sang mama yang memperhatikannya hanya ikut tersenyum. Sudah jadi keseharian melihat Sivia tersenyum setelah bangun tidur.
“selamat pagi mama.” Sivia mencium pipi sang mama yang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga itu.
“selamat pagi sayang. Anak mama rapi banget, mau jalan – jalan sama Alvin ya?” goda mama Sivia yang membuat pipi gadis itu memerah karna malu. Alvin dan mamanya sama saja –sama-sama-suka-menggoda-.
“mama masak apa?”
“nasi mawut. Yang pernah kita cobain waktu kita liburan ke Lombok itu, Vi. Yang di puji habis – habisan sama papamu.” Cerocos mama Sivia. Wanita paruh baya itu memang sangat pandai memasak. Masakan apapun yang disukai oleh anak dan suaminya akan ia buatkan khusus untuk keluarga kecilnya itu.
Terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah mereka. Sivia dan sang mama sama – sama tersenyum. Keduanya berjalan kearah pintu dan benar dugaan mereka. Alvin sudah berdiri di depan pintu.
“pagi tante. Cantik banget pagi ini.” goda Alvin. Sivia tertawa sementara sang mama memukul lengan Alvin pelan.
“kamu kok gombalin tante – tante, Vin.” Mama Sivia mengajak Alvin untuk ikut sarapan bersama.
Alvin duduk di samping Sivia yang sudah melahap makanannya. Alvin tertawa melihat cara makan Sivia seperti anak sd yang tidak mau makanannya diambil orang. “papa kamu mana, Vi?” tanya Alvin.
“papa lagi sakit. Makanya tadi mama bawain nasi sama susu ke dalem kamar.” Jawab Sivia seadanya. Gadis itu masih menikmati sarapan paginya.
Alvin kembali tertawa karna ada makanan yang sedikit belepotan di sudut bibir Sivia. Laki – laki itu mengambil tisu lalu membersihkan bibir Sivia. Gadis itu merasa pipinya sudah memerah saat ini.
“hehe, makasi sayang.”
“sama –sama sayang. Cepet gih habisin makannya, ntar jalanan keburu rame.” Suruh Alvin sambil mengelus rambut hitam Sivia.
-
-
Alvin dan Sivia dalam perjalanan yang entah kemana karna Alvin tidak memberitahu kemana mereka akan pergi. Setiap Sivia tanya, pasti jawabannya Cuma ‘nanti kamu juga tau’ atau ‘udah duduk manis aja’ dan itu cukup bikin Sivia kesal sekarang.
“sayang, jangan ngambek dong.” Bujuk Alvin.
“kamu sih nggak mau kasih tau kita mau kemana.” Sivia menikmati pemandangan luar jendela. Malas banget lihat Alvin saat ini.
“lagi bentar kita sampai kok, nanti kamu bakal tau kita kemana, sayang.”
Tak lama Alvin memarkirkan mobilnya kemudian membukakan pintu untuk kekasihnya yang lagi ‘ngambul’ itu. Sivia menatap taman kecil tempat mereka sekarang tanpa berkedip. Taman ini cantik sekali, pikir Sivia. Ada beberapa kertas origami berbentuk burung dan beberapa bunga mawar yang kelopaknya bertaburan di atas rumput membentuk sebuah tulisan.
‘HAPPY 5 MONTH ANNIVERSARY’
“Vin... i-ini...” Sivia menggantungkan kata – katanya. Kesal, sedih dan bahagia yang dirinya rasakan sekarang.
Alvin memeluk Sivia dari belakang. menumpukan dagunya di atas bahu Sivia. “Happy anniversary sayang. Aku harap kamu selalu ada disamping aku dalam kondisi apapun.” Bisik Alvin.
Sivia menangis haru. “m-makasi sayang. Aku harap kamu juga bakal selalu ada disamping aku dalam kondisi apapun.” Sivia membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh Alvin yang lebih tinggi darinya. Menyalurkan semua perasaan yang ia rasakan sekarang.
“i love you, i love you more than you know.” Bisik Alvin lagi sambil mengecup puncak kepala Sivia.
Alvin melepaskan pelukan mereka. Laki – laki itu merogoh saku jaket yang ia gunakan. “ada apa, Vin?” tanya Sivia bingung.
“coba kamu balik badan terus tutup mata kamu.” Suruh Alvin –masih merogoh saku jaketnya- mencari sesuatu yang sudah ia siapkan 3 hari yang lalu.
Sivia menurut kemudian membalikkan badannya membelakangi Alvin lalu menutup matanya. Dalam hati dirinya sudah penasaran dengan kelakuan Alvin sekarang ini. walaupun Alvin sudah sering memberi kejutan untuknya.
Sivia merasa dingin menyapa lehernya. Gadis itu membuka matanya. Mendapati sebuah kalung permata di lehernya. ‘Alvin romantis banget’ batin Sivia yang tidak mampu menyembunyikan senyum bahagianya.
“kamu bikin aku kaya cewek terbahagia di dunia ini, Vin” celetuk Sivia.
“dan aku bakal selalu bikin kamu bahagia tiap harinya, Vi”
-
-
Setelah acara kejutan tadi, Alvin mengajak Sivia ke sebuah caffe yang tidak terlalu jauh dari taman itu. Mereka memilih duduk di sudut caffe tersebut yang dekat dengan jendela.
“mau pesan apa, sayang?”
“chocolate milkshake aja sayang, kamu apa?”
“chocolate milkshake sama cappucino coffe ya mbak.”
Alvin memberi daftar menu tadi kepada pelayan yang melayani mereka. Keduanya menatap keluar jendela yang nampak begitu ramai oleh lalu – lalang kendaraan. Jakarta benar – benar padat, pikir mereka.
Mata Sivia tidak sengaja menangkap seseorang yang berjalan kearah caffe ini, “itu Shilla ‘kan?” ucap Sivia tanpa sadar. Dan benar saja, itu adalah Shilla –sahabatnya-.
TRIINNG!!
Bel berbunyi, pertanda seorang pelanggan baru datang. Sivia segera bangkit dan menghampiri pelanggan itu. “ke caffe kok nggak bilang – bilang.” Sindir Sivia.
Shilla yang masih fokus dengan gadget miliknya mengangkat kepalanya. Mendapati sahabatnya yang manyun dan menatapnya kesal.
“eh, Sivia? Sama siapa kesini? Hehe, gue fikir jam segini lo belum bangun, Vi.” Tawa Shilla.
“lo fikir gue kebo apa! Yaudah yuk nimbrung aja sama gue dan Alvin. Biar tambah rame.” Sivia menarik atau lebih tepatnya –menggeret- Shilla ke tempatnya tadi.
Alvin yang masih bingung dengan tingkah pacarnya tadi tak lama tersenyum melihat Sivia bersama Shilla, “hoy Shil, lama nggak ketemu.” Alvin mengajak Shilla ‘high-five’.
“alah, bilang aja lo kangen sama gue, Vin. Ngomong – ngomong kalian habis darimana?”
“tempat romantis, Shil.” Ucap Sivia. Pipinya tiba – tiba memerah lagi. sementara Alvin mencubit pipi pacarnya itu gemas.
“oh iya, kalian anniv ya sekarang? Ya ampun! Selamat ya!” seru Shilla. Sivia dan Alvin tersenyum kemudian mengucapkan ‘terima-kasih’ bersamaan.
“lo mau pesan apa, Shil? Biar gue yang traktir” tanya Alvin.
“gue cappucino coffe aja.” Jawab Shilla seadanya. Alvin memanggil seorang pelayan dan memesan kembali pesanan yang Shilla minta.
Shilla masih fokus dengan handphonenya. Sedangkan Alvin masih asyik menatap keluar jendela. Lalu Sivia? Gadis itu hanya mencoba untuk tenang sekarang karna sedari tadi gadis itu terus memikirkan pesanan Alvin-Shilla yang sama.
-
“Shil, gimana kuis lo kemaren? Lancar, ‘kan?” tanya Sivia sambil menyeruput chocolate milkshake yang ia pesan.
“yah... lo tau sendiri gimana guru yang satu itu kalau ngajar. Demi apapun gue rasanya pengen pindah dari sekolah itu.” Shilla memanyunkan bibirnya kesal.
“kalau lo sampe pindah sekolah, jangan harap gue mau ngomong sama lo lagi, Shil.” Ujar Sivia. Hanya bercanda sebenarnya. Tapi itu cukup membuat Shilla tersedak karna kopi-nya.
“yaelah, lo gitu aja langsung ngambek. Lo kira gue anak presiden yang bisa pindah ke sekolah mana aja gue mau? Bisa – bisa gue di sekap dalem kamar sama bokap – nyokap gue.”
“yaelah lo gue ngomong gitu aja langsung keselek kopi.” Celetuk Sivia mengikuti gaya bicara Shilla sebelumnya. Shilla hanya tersenyum kecil melihatnya.
Alvin yang hanya diam sedari tadi akhirnya ikut nimbrung dengan kedua gadis cantik itu. Alvin mengeluarkan beberapa candaannya yang cukup membuat suasana seru diantara ketiganya.
“Shil, kapan lo bakal nyusul kita buat pacaran?” tanya Alvin.
Shilla menatap kesal kearah Alvin, “santai aja kali. Yang pacaran juga gue, kenapa jadi lo yang ngebet?”
Alvin tertawa puas menggoda Shilla yang memasang wajah cemberut andalannya. Selalu begitu, pikir Sivia. Jika Alvin dan Shilla bertemu tidak ada habisnya mereka akan bertengkar. Biasanya Alvin akan menggoda Shilla seperti tadi menyebabkan gadis cantik itu akan marah padanya.
“jodohin sama Chakka aja, Vin.” Timpal Sivia.
“tanpa lo jodohin, gue juga lagi deket sama dia, Vi.” Shilla masih memasang wajah kesalnya. Sementara Alvin dan Sivia memasang wajah ‘bodoh’ mereka. Ckck, pasangan yang serasi, pikir Shilla.
Tanpa mereka sadari bahwa salah satu dari mereka tertawa miris dalam hati.
-
-
-
Sivia dan Alvin saling bergandeng-tangan. Keduanya memasuki wilayah koridor sekolah dan berjalan beriringan. Keduanya mendapat kelas yang berbeda. Alvin yang berada satu tingkat di bawah Sivia. Tapi untungnya mereka mengambil jurusan yang sama. Jadi mereka tidak perlu susah – susah untuk bertemu karna ruangan mereka yang bisa dibilang cukup dekat itu.
Kedua orang menyapa mereka sambil tersenyum hangat, “berdua aja, ikut nimbrung dong.” Shilla menggandeng tangan laki – laki yang ada disebelahnya.
“ekhem, yang baru jadian ya. Traktiran boleh kali.” Goda Sivia.
“selamat ya Chakka, Shilla. Langgeng selalu bro.” Timpal Alvin. Shilla dan Chakka saling berpandangan kemudian mengucapkan terima kasih.
“lo berdua serasi.” Kata Alvin merangkul bahu Sivia.
“ah lo, muji pas lagi ada maunya. Tenang aja, ntar gue traktir.” Chakka memukul bahu Alvin setelah itu tertawa ringan.
Chakka adalah sahabat kecil Alvin. Mereka sering menghabiskan waktu bersama jika Alvin tidak sedang ada kencan dengan Sivia. Tapi, tidak jarang juga Alvin mengajak Chakka untuk ikut bersamanya dan Sivia.
Keempat remaja itu berjalan kekelas mereka masing – masing. Shilla dengan Sivia sementara Chakka dengan Alvin.
“kapan lo di tembak, Shil?”
“pulang dari caffe dia langsung ngajak gue ketemuan, eh nggak taunya dia nembak gue.” Shilla mengingat kejadian 2 hari yang lalu dimana Chakka menembak dia di taman kecil dekat caffe itu.
Sivia tersenyum, “semoga lo langgeng ya.”
-
‘Lo cinta sama dia?’
‘kalau gue nggak cinta, terus untuk apa gue jadiin dia pacar gue?’
‘tapi... tapi apa masih ada gue dihati lo?’
‘itu masa lalu. Lo udah lihat sendiri, ‘kan? Gue bahagia sama dia. Dan gue nggak bakal lepasin dia’
‘tapi lo sama dia kan–‘
‘gue harap lo ngerti.’
‘tapi gue suka sama lo! Dan gue mau kita kaya dulu lagi.’
‘lo nggak salah? Gue udah bilang, ‘kan. Gue cinta sama dia dan gue nggak bakal lepasin dia! Lagian lo udah sama yang lain, ‘kan?’
-
-
-
Sivia merebahkan tubuhnya dikasur. Raut wajah sedih, kecewa dan kesal tercetak di wajah cantiknya. Alvin dengan seenak jidatnya membatalkan acara kencan mereka. Padahal sudah semalaman penuh Sivia mempersiapkan pakaian untuk kencan mereka.
Gadis itu meraih ponsel yang di letakkannya di meja nakas,
From: My Boo
Sayang, aku minta maaf banget ya. Aku janji deh besok kita habisin waktu berdua seharian. Sekarang aku lagi sibuk ngurusin tugas sekolah aku.
Sivia melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Tidak ada niat sama sekali untuk membalas sms pacarnya itu. Dan wajahnya kembali kesal karna ponselnya bergetar lagi. pasti Alvin, pikirnya.
From: My Boo
Aku udah nyuruh Chakka kerumah kamu. Kamu jalan – jalan sama dia dulu aja, nggak apa – apa,  ‘kan sayang? I’m really sorry L
What the... pergi dengan Chakka? Hey! Dirinya tidak mau mencari resiko dibilang ‘perusak hubungan orang’ apalagi Chakka pacar Shilla, sahabatnya.
“dia gila atau gimana sih?” kesal Sivia.
Dan benar saja, Chakka mengirim sms ke Sivia. Menyuruh gadis itu untuk siap – siap karna ia dalam perjalanan kerumah Sivia. Damn! Sivia semakin kesal sekarang.
Dengan malas Sivia melangkah ke kamar mandi. membersihkan dirinya setelah itu berdandan seadanya. Mau cantik atau tidak toh tidak penting baginya sekarang.
From: Chakka
Gue depan rumah lo, cepet gih keluar
“bilang permisi atau assalamu’alaikum bisa kali.” Decih Sivia.
-
Sivia menyambut Chakka dengan wajah masamnya. Laki – laki itu menggunakan jaket denim biru tua dengan celana jins berwarna senada. Sok kece, pikir Sivia.
Vi, anak orang emang kece kali!
Sementara Sivia mengenakan kaos merah dengan celana jins berwarna sama seperti Chakka.
“manyun mulu, senyum biar cantik.” Tanpa ba-bi-bu Chakka menarik Sivia keluar rumah. Laki – laki itu mengenakan helm putih di kepala Sivia.
“naik!” suruh Chakka.
“biasa aja kali ngomongnya kan bisa.”
Sivia naik ke atas motor hitam milik Chakka. Setelahnya mereka melesat entah kemana, keduanya juga tidak tahu
-
“hahahaa!!” gelak tawa Sivia semakin keras mendengar lelucon yang dilontarkan Chakka tanpa henti. Keduanya sama – sama tertawa. Tidak peduli dengan tatapan orang – orang yang aneh pada mereka.
Saat ini keduanya duduk sambil memegang es krim di sebuah taman bermain. Entah karna sudah tidak ada tempat atau bagaimana, akhirnya mereka memutuskan untuk kesini.
“aduh Ka! Udah udah udah, lo bikin gue sakit perut jadinya.” Sivia memegang perutnya yang sedikit perih karna terlalu lama tertawa.
“muka lo manis kalau ketawa, Vi.”
DEG!
Sivia terdiam. Gadis itu bahkan tidak berani menatap kearah Chakka. Buru – buru di tepis fikiran aneh yang menghampiri otaknya. ‘inget Vi, dia pacar sahabat lo. Jangan terlalu ge-er. Mungkin itu pujian biasa.’
“lo di puji bukannya bilang makasi atau muji gue balik gitu.” Chakka menyentil jidat Sivia membuat sang empunya meringis.
“sialan lo! Sakit tau! Pengen banget di puji balik? Ntar yang ada Alvin marah sama gue.” Ujar Sivia. Di sendokkan es krim coklat itu kedalam mulutnya.
Suasana hening. Mereka diam dengan fikiran mereka masing masing. Sivia menatap Chakka lama. Ada satu hal yang mengganjal di fikirannya. “lo nggak sibuk, Ka?” tanya Sivia.
“kalau gue sibuk, terus ngapain gue nemenin lo?” jawab Chakka. Sivia menautkan kedua alisnya.
“bukannya lo ada tugas? Alvin aja nggak bisa nemenin gue kencan karna kerjain tugas bu Clara lo tau sendiri kan sama guru itu.”
Chakka menautkan kedua alisnya.
“kelas gue free kok. Lagian tumben banget Alvin mau ngerjain tugas kampusnya. Lo tau sendiri, ‘kan? Pacar lo paling males namanya ngerjain tugas kampus.” Jelas Chakka.
Fikiran aneh mulai berkecamuk di fikiran Sivia. Jadi, kalau tidak mengerjakan tugas kampus, terus apa? Kalau sakit, pasti Alvin akan memberitahunya. “gue jadi curiga.”
“hah?”
-
JDAR!
"Apaan tuh?" Tanya Cakka mendengar suara keras yang berasal dari  halaman rumah Sivia. Cakka langsung berlari mencari asal suara tersebut, di ikuti Sivia di belakangnya.
Cakka mengedarkan pandangannya ke segala arah di halaman rumah Sivia, berusaha mencari asal suara tersebut. Namun hasilnya nihil. Cakka melirik ke arah Sivia yang menggigit ujung bibir bawahnya penuh ketakutan. Mata Sivia pun sudah berkaca-kaca membuat Cakka menyeritkan dahinya heran. Apakah Sivia terluka?
"Via awasss" Teriak Cakka menarik Sivia kala melihat sebuah batu besar yang ingin menghantam kepala gadis itu. Sivia menunduk takut, lalu menatap Cakka yang sedang berlari kecil ke arah batu yang hampir mengenai Sivia tadi. Selalu seperti ini batin Sivia.
-
Yaa, Sebenarnya kejadian ini sudah tidak asing lagi bagi Sivia. Bagaimana tidak? Jika setiap hari dia selalu saja menerima hal-hal aneh.
Seperti mendapatkan tikus mati yang di bungkus di depan jendela kamarnya. Di takuti dengan suara-suara bising horor yang selalu mengusik tidurnya Dan masih banyak hal aneh lainnya yang di terima Sivia. tak jarang juga itu menyakiti dirinya sendiri.
Cakka terkejut bukan main saat melihat batu penuh bercak darah yang tadi hampir saja mengenai kepala Sivia. Bagaimana jika batu itu benar-benar akan mengenai Sivia? Hiih membayangkannya saja Cakka sudah merinding. Di alihkannya tatapannya ke arah gadis itu, wajahnya pucat pasi dan Oh yaampun ini pertama kalinya Cakka melihat penampilan Sivia yang acak-acakkan.
Siapa yang melakukan ini? Apakah ini sudah sering di alami Sivia? Itulah pertanyaan-pertannyan aneh yang berkecamuk di otak Cakka.
Cakka berlari kecil menghampiri Sivia, memegang pundak gadis itu yang bergetar.
"Vi, lo kenapa?" Tanya Cakka. Tak bisa di pungkiri bahwa ia sangat mengkhawatirkan gadis cantik ini.
Sivia menggelengkan kepalanya, tiba-tiba bibir  nya sulit mengeluarkan kata-kata dan tubuhnya bergetar hebat membuat Cakka semakin khawatir.
"Via lo kenapa?" Tanya Cakka ---lagi. Dan lagi hanya gelengan dari kepala Sivia yang di dapatkannya. Cakka yang memahami mungkin Sivia tidak ingin berbicara kemudian membawa gadis ini ke dalam rumahnya, dan membatalkan acaranya mengajak Sivia pergi.
-
Sudah 3 hari ini Sivia terbaring lemah tak berdaya di balik selimutnya. Sejak peristiwa 'batu bercak merah' itu Sivia didera depresi. Terang saja, ia sudah cukup sakit hati dan tidak tahan lagi mendapatkan hal-hal yang jauh dari pikirannya.
Sivia sudah berusaha mencari tau siapa di balik semua ini namun hasilnya tetap nihil.
Memikirkan itu membuat kepala Sivia tiba-tiba terasa seperti ditindih beton. Matanya sesekali terpejam. Dan yang Sivia rasakan dunia berjungkir balik tak karuan seperti bermain sirkus menertawakan sakitnya. Darahnya seperti terpusat pada kepala. Sakit bukan main dan perutnya sudah di obok-obok. Mual tak karuan. Yaampun ada apa dengannya??
"Via kamu ga apapakan?" Alvin berteriak, berusaha keras agar gadisnya yang sedang terbaring lemah tak berdaya bisa mendengar suaranya. Sivia tersenyum, dalam keadaan sakitpun dia sangat gembira karna mendapatkan perhatian 'khusus' dari Alvin.
Bisa tidak untuk saat ini Sivia lebih memilih sakit dari pada sehat? Alasannya simple, karna ia senang jika Alvin sudah perhatian seperti ini.  Memang sedikit Norak. Tapi...
"Nggapapa Vin, tenang aja"
Alvin menempelkan tangannya di dahi Sivia "Kamu panas banget" Serunya cemas. Sivia melihat semuanya begitu putih. Putih tanpa rasa. Tanpa dimensi.
"Kamu ga masuk  Vin?" Tanya Sivia pelan. Alvin menggelengkan kepalanya dan mengelus puncak kepala Sivia.
"Bisa gitu aku sekolah sementara kamu kaya orang sekarat gini?" Tanya Alvin lembut, dan itu semakin membuat poin Sivia untuk selalu ingin sakit bertambah.
Sivia sudah tidak bisa lagi menahan gejolak di dadanya, ditambah lagi seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam dirinya.
Tapi bagaimanapun itu dia tidak boleh egois. Dia tidak boleh membuat Alvin sangat mengkhawatirkan dirinya sampai tidak mengikuti pelajaran seperti biasanya.

"Makasih yaa" Ucap Sivia tersenyum pada Alvin. Alvin membalasnya. Ada getar hati yang membuat jalinan mereka semakin dekat, semakin aneh dan semakin susah di diskripsikan.
"Masih sakit? Sekarang kamu minum obatnya aja dulu. Abis itu istirahat. Biar cepet sembuh" Khotbah Alvin seperti ibu-ibu. Sivia mengerucutkan bibirnya kesal.
"Istirahat mulu. Capek tau" Ketusnya membuat Alvin terkekeh geli. Alvin menarik hidung Sivia gemas membuatnya mau tidak mau mendapatkan pelototan dari sang gadis.
"Udah sih sipit mah sipit aja" Ledek Alvin
"Dih berasa belo gtu?" Ucap Sivia menantang. Pasalnya Alvin tidak tahu diri banget. Dia juga sipit tapi ngatain orang sipit. Dasar!
"Biarin. Aku sipit tapi tajam. Ga kaya kamu sipit tapi buta" Ledeknya lagi. Sivia menyeritkan dahinya, heran dan sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Alvin barusan.
"Maksudnya Vin?" Tanya Sivia. Alvin menggeleng cepat.
-
3 hari berlalu kini keadaan Sivia makin membaik ditambah lagi penyemangatnya sang pujaan hati Alvin. Namun akhir-akhir ini Alvin sangat sulit untuk dihubungi Sivia mencoba mengerti mungkin Alvin sedang sibuk. Terroran yang sering menimpa Sivia akhir – akhir ini sudah jarang sekali. Syukurlah Sivia dapat bernafas lega
Tiin-
Suara klakson dari luar rumah Sivia.
 Segera Sivia beranjak dari tempat duduknya dan pergi membukakan pintu. Dari balik pintu terlihat laki-laki tampan berpostur tinggi tersenyum manis kearahnya Sivia membalasnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajah ayunya
Dia Cakka sahabat Alvin sekaligus orang yang suka menemani Sivia jika Alvin sedang tidak dapat diganggu. Cakka hadir karena suruhan Alvin untuk menemaninya.
“Sore Vi” Sapa Cakka. Cakka terlihat tampan dengan jaket merah dan celana panjang yang membalut tubuhnya.
“Sore Cak. Tunggu sebentar ya gue mau ngambil tas dulu”balas Sivia. Cakka hanya mengacungkan jempol
“Vi kalau naek motor ga papa kan. Soalnya gue lagi males pake mobil”Tanya cakka.
“ya gapapa kali. Lo piker gue cewek apa pake motor aja ga mau”balas sivia dengan kekehan kecil yang keluar dari bibir manisnya. Cakka tertawa sambil mengacak rambut Sivia gemas
Sivia yang mendapat perlakuan seperti itu hanya memanyunkan bibirnya tapi lama kelamaan Sivia menunduk dia teringat dengan Alvin sang kekasih yang selalu memperlakukannya seperti itu namun mengingat kesibukan Alvin. Huh… segera saja Sivia mencegah pikiran negative yang memasuki pikirannya. Dia harus berpikiran positif
Melihat itu Cakka menjadi heran. Cakka melambaikan tanggannya di depan muka Sivia.
“Vi lo kenapa?” Tanya Cakka
“hah.. enggak yaudah yuk kita jalan ntar keburu sore”Ucap Sivia sambil menaiki motor Cakka
“yaudah sok atuh neng. Makan dulu aja yuk laper nih gue belum sempet makan siang hehe”Cengir Cakka mengusap perutnya.
Sivia terkekeh geli melihatnya. “dasar lo ntar kalo lo gak makan kan sakit kasian tau Shillanya” Balas Sivia. Mengingat Shilla, Sivia berpikiran sesuatu
“Eh Cak emang Shilla gak marah lo jalan sama gue gini?”Tanya Sivia. Cakka melihat Sivia melalui kaca spion. “ya gak lah vi dia mah ngerti gue kok” Balas Cakka
-
-
“Vin, aku masih sayang sama kamu”tangis seseorang.
“Tapi shil aku harus gimana? Aku gak mungkin ninggalin Sivia gitu aja”Balas Alvin. Shilla yang tertunduk tadi langsung menatap Alvin dengan tatapan sendu. Alvin memegang tangan Shilla lembut
“Shilla. Sebenernya aku juga masih sayang sama kamu. Tapi gimana? Aku gak mungkin nentang mama shil”Ucap Alvin lembut. Shilla hanya menangis dan tak mampu memendung air mata yang sejak tadi bersarang dimatanya
“Kamu tau aku udah ngejalanin berbagai cara biar aku bisa sama kamu lagi vin. Aku nerror Sivia biar dia mau ngejauhin kamu. Aku gak bisa lepas dari kamu vin” Ucap Shilla. Mendengar itu Alvin jelas sangat kaget dan syok sama apa yang udah dilakukan Shilla terhadap Sivia.
Tangan Alvin terulur dan segera memeluk Shilla. Mereka berdua ditonton banyak orang dengan apa yang mereka lakukan. Jelas mereka heran karena mereka berpelukan dan ceweknya menangis disebuah café mungkin mereka berpikir mereka sedang dilanda masalah. Jelas masalah besar
“Maafin aku shill.oke detik ini aku bakal selalu ada buat kamu dan aku akan berjuang mertahanin kamu dan kita minta restu dari mama aku”Ucap Alvin. Mendengar itu Shilla menangis bahagia karena perjuangannya tidak sia-sia. Kita lihat saja nanti
-
-
Matahari mengalirkan rasa panasnya, meraung ganas menggigit kulit Sivia. Berkali-kali ia membasuh keringat yang berada di keningnya lalu menuruni pipinya, hari itu begitu panas, hanya sesekali angin mendesah perlahan. Sesekali di teguknya air mineral yang sejak tadi ia genggam. Perasaannya tidak enak, ada firasat buruk yang merasuk masuk di dadanya.
Sivia menghela napas sebentar untuk menetralisikan otaknya yang entah memusingkan apa. Ia berjalan santai memasuki cafe yang biasa ia kunjungi.
Tiga sentuhan kecil yang berarti besar. Sandaran bahu yang romantis, pelukan yang manis, dan kecupan yang penuh magis.
Sivia ternganga melihat itu semua. Ada rasa sakit yang pelan-pelan tergores di dadanya. Semakin dalam, semakin panjang, semakin perih. Tak mampu untuk di jelaskan, kecemasan yang sama dan selalu berulang. Berkali-kali Sivia menatap dua orang yang ada di depannya. Saling menggenggam tangan,menatap, berpelukan.
Ia menatap 2 orang itu lagi. Berharap menemukan jawaban dari hatinya yang mulai membuncah dan menggema dengan liarnya. Dan sampai menit demi menit berlalu pun, jawaban masih belum ia dapatkan. Ia hanya mampu menerka-nerka.
Dan dalam terkaannya. Shilla menyukai Alvin. Kekasihnya sekaligus cinta pertamanya.
sejahat itukah Shilla?
Siapa yang harus disalahkan?
Sivia tidak sedang berhalusinasi. Mungkin dia memang suka berhalusinasi, tapi tidak pernah sama sekali ia menghalusinasikan keadaan ini. Sivia terisak oleh banyak pertanyaan yang tak terjawab. Wajah Shilla dan Alvin bergantian bergulat dalam otaknya juga hatinya. Lelah. Banyak teka-teki yang rasa-rasanya sulit untuk dipecahkan. Sivia merasa terbodohi. Melihat peristiwa ini, Sivia menciut, mematung, membisu. Tubuhnya seperti mengecil. Ia seperti berhenti bernapas untuk beberapa detik. Tak percaya pada peristiwa yang benar-benar menyayat hati ini. Inilah jawaban atas kecemasannya, kebingungannya, segalanya.
Maka dengan tubuh yang bergetar ia keluar dari tempat yang mungkin akan menjadi tempat terkutuk di hidupnya. Pergi dengan kepingan hati yang telah hancur karna 2 orang yang berarti dihidupnya.
 “Loh Vi lo kok masih disini kan udah gue suruh masuk tadi”Heran Cakka. Memang tadi Cakka menyuruh Sivia untuk duluan masuk ke Café karna dirinya sedang memarkirkan motornya.
Yang ditanya malah lari dengan air mata yang membanjiri pipinya. Cakka yang kaget karna Sivia berlari begitu saja karna penasaran Cakka masuk ke Café dan melihat apa yang dilihat Sivia
. “astaga vin lo masih aja ngarep sama dia jelas-jelas disini ada wanita yang udah setia sama lo”pikir Cakka
Sivia berjalan menulusuri trotoar dia menangis histeris. Dia menjambak rambutnya sendiri dia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
-
-
Besoknya Sivia berangkat sekolah menggunakan mobilnya yang biasanya ia dijemput Alvin. Tapi kali ini dia menolaknya. Sivia masih sakit dengan apa yang dilihatnya kemarin matanya sembab itu menandakan bahwa dia menangis semalaman. Tadi malam pun Sivia tidak dapat menutup matanya. Namun syukur ada Cakka yang bersedia mendengar curhatan dan menghiburnya meskipun melalui telepon.
Sivia berpikir bahwa Cakka pasti merasakan hal yang sama dengannya. Pagi ini Sivia ingin mendapatkan kejelasan dari apa yang dilihatnya kemarin.
Terlihat diujung koridor terlihat wanita cantik berjalan menghampiri Sivia. Dia shilla entah Shilla masih dianggap sahabat atau tidak oleh Sivia.
“Hai Vi. Lo kenapa mata lo kenapa sembab gitu” Tanya Shilla sambil memegang pipi Sivia.
Sivia menatap benci Shilla terang saja langsung ditepisnya tangan Shilla yang berada dipipinya. Shilla yang mendapatkan perlakuan seperti itu menatap aneh Sivia. “Loh Vi, lo kenapa sih?”Tanya Shilla

“LO GAK USAH SOK MUNA”tunjuk Sivia tepat di depan wajah Shilla. Shilla kaget ditepisnya halus tangan sivia.
“Lo mau ngerebut Alvin dari gue? HAH?”marah Sivia
“ma.. maksud lo apa? Gue gak ngerti deh”Balas Shilla.
“Alah gak usah sok suci lo. Lo kemaren ngapain berdua sama Alvin di Café hah?”Tanya Sivia. Dia menatap Shilla penuh kebencian ditambah dengan sakit yang bersarang di dadanya. Shilla mulai mengerti dengan apa yang dibicarakan Sivia. Ternyata kemarin Sivia melihat itu semua. Shilla mengeluarkan senyum evilnya
“Oh jadi lo liat semuanya? Yang harusnya jadi perebut itu lo”tunjuk balik Shilla. Syukur saat mereka berantem ini keadaan koridor sekolah sedang sepi karna memang tempat ini sangat jarang dilalui oleh siswa/siswi tempat inilah yang selalu dikunjungi dua sahabatnya ini karena tempat ini langsung menghadap taman yang membuat Suasana sejuk. Ralat mungkin sekarang panas karna dua mantan sahabat ini maybe.
”Ke.. kenapa gue?”Balas Sivia.
“Iya elo. Sebelum Alvin sama lo dia pernah punya hubungan sama gue tapi karna mama lo minta ke mamanya Alvin buat jodohin lo sama Alvin. Hubungan kita jadi selesai”Balas Shilla getir.
“Tapi kan gue gak tau apa-apa. Kenapa kalian ngelibatin gue hah?”Balas Sivia ikut bergetar. Terlihat dari dua orang wanita ini sama-sama memiliki luka yang tergores.
“Ohya. Jangan lo pikir gue sahabatan sama lo karna gue mau. Ya emang awalnya gue mau lupain dendam gue ini dan mulai suka sama Cakka. Tapi apa?Cakka sukanya sama lo vi,kenapa sih semua orang selalu berpihak sama lo hah?gue sakit”Ucap Shilla keras. Sivia menutup telinganya kencang sambil menangis histeris dia tidak menyangka dengan apa yang terjadi kepada dirinya.
“Kalo lo gak percaya lo bisa Tanya sama Alvin. Kalo sekarang kita sama-sama mencintai yaudah lo say good bye aja sama hubungan basi lo itu”Ucap Shilla berlalu pergi meninggalkan Sivia yang menangis terjatuh di lantai.
-
-
Siang ini Sivia menyuruh Alvin untuk datang kerumahnya Sivia juga perlu penjelasan dari Alvin.
“Jadi kamu udah denger semua dari Shilla? Iya emang aku dan dia saling mencintai. Soal hubungan kita dan semua rasa sayang aku ke kamu itu Cuma pengen ngebahagiain mama aku aja”
Kata-kata itu terus tergiang dalam pikiran Sivia dia tidak menyangka dengan apa yang ia alami ternyata kata-kata manis dan kejutan kecil untuknya itu hanya palsu pemberian Alvin.
ARRGH!
Sivia melempar semua barang yang ada didepannya. Sudah seminggu sejak kejadian itu Sivia tidak pernah masuk sekolah. Tentang Cakka dan Shilla ternyata itu hanya bagian rencana Shilla untuk membuat Alvin cemburu. Sivia marah tentang pengakuan Cakka untuknya tentang hal itu. Namun berangsur-angsur ia mulai memaafkannya
Untuk Shilla dan Alvin Sivia belum berpikir untuk memaafkan mereka meski mereka belum meminta maaf. Hari-hari Sivia mulai diisi oleh Cakka namun hal itu tidak menghapus tentang Alvin dalam benak dan pikirannya.
-
-
“Sayang aa dong”Ucap Shilla. Saat ini Shilla dan Alvin sedang berada di sebuah Café untuk makan siang.
“Udah Sivia sayang aku kenyang”Ucap Alvin yang sedang memainkan handphonenya. Shilla kaget ia menggigit bibir bawahnya apa ia tidak salah dengar Alvin menyebut nama SIVIA bukan namanya. Shilla takut kalau rasa cinta Alvin sudah berubah bukan lagi untuknya.
“apa vin Sivia?”Tanya Shilla lirih. Alvin menoleh kearah Shilla. “Hah? Maksud aku Shilla sayang”Balas Alvin ia sama sekali tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan.
“Sayang aku mau ke seberang jalan dulu ya. Aku mau beliin sesuatu buat kamu”Ucap Alvin. Shilla hanya tersenyum tipis lalu mengangguki ucapan Alvin
BRAKS!
“Alviiinn…”
-
-
Dua orang itu Cakka dan Sivia berlari kearah ruang rawat seseorang. Sivia mendengus kesal disaat seperti ini dia harus menggunakan sepatu berhak pendek tapi sama saja menyulitkannya berjalan sampai akhirnya mereka sampai di depan ruang rawat.
 “gimana keadaan Alvin shil?”Sivia. Shilla menangis dan segera memeluk Sivia. Sivia kaget jujur saja dia masih belum memaafkan Shilla dengan apa yang ia lakukan padanya. Namun dalam keadaan begini ia mencoba melupakannya.
Shilla menyuruh Sivia untuk masuk kedalam melihat keadaan Alvin. Awalnya Sivia ragu namun Sivia mulai mebuka knop pintu dan menutupnya kembali. Di dalam Sivia heran mengapa tidak ada seseorang pun disana. Sivia merasa kalau dia sedang dibohongi
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Sivia kenal dengan wangi orang ini dan Sivia yakin sekali. Orang itu menyembunyikan wajahnya di sela-sela rambut Sivia. Sivia mulai membalikan badannya
Ia kaget dan sontak memeluk orang itu yang ternyata Alvin. Sivia menangis sekaligus lega dengan keadaan Alvin namun ada perban kecil yang menghiasi kepalanya.
“Aku seneng kamu ga papa. Kalau boleh aku bakal menjadi orang yang egois. Aku bakalan merjuangin cinta aku sama kamu meskipun aku harus dibilang orang jahat sekalipun”Sivia. Alvin tersenyum mendengar kata-kata Sivia.Alvin melepas pelukannya dan menatap Sivia.
“Kamu ga boleh jadi orang jahat karna kamu adalah malaikatku. Aku milikmu dan kamu milikku”Sivia tersenyum tapi Sivia masih tidak yakin. Alvin yang mengerti mulai menjelaskan
“Aku tau pasti kamu mau nanya kenapa sama shilla kan?. Emang bener aku sama dia pernah punya hubungan tapi mama aku nentang itu semua karna asal-usul keluarga Shilla yang gak jelas. Kakaknya buroanan dan papanya gak tau dimana. Orang tuanya bercerai”Jelas Alvin
Sivia tersentak kaget. Apakah benar itu semua? Sivia merasa kasihan dengan apa yang terjadi pada Shilla saat ini. “Tadi juga Shilla udah ditangkep sama polisi ternyata dia juga terlibat kasus pembunuhan yang dilakukan kakaknya. Sebenernya aku udah lama tau tapi bodohnya aku menutupinya”Lanjut Alvin.
“Apapun yang terjadi sekarang kita jadiin pelajaran. Intinya aku gak mau kehilangan kamu vin”Ucap Sivia memeluk Alvin. Diam-diam Alvin memasang Kalung yang dia beli di leher manis Sivia. Sivia kaget sekaligus tersenyum bahagia.
“Thanks Sob berkat lo gue tau pilihan gue yang tepat. Lo emang sahabat terbaik gue”Alvin menepuk bahu Cakka. Cakka menggangguk dan mengacungkan jempol memang Cakka dan Alvin sempat bertemu dan Cakka memaksa Alvin untuk memilih dua diantara wanita yang benar-benar dicintainya hingga Alvin menemukannya cintanya yang asli
“Pilih cinta sesuai kata hati lo bukan karna ego lo. Cari tau siapakah dia?”-Cakka
Happy Anniversary Alvia


[END]

Minggu, 02 Maret 2014

If You Earn Me [10]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
 


Malam ini adalah malam minggu dan Sivia hanya bisa tengkurap sambil mengetikkan sesuatu di laptopnya. Seperti biasa, sivia mengetikkan alamat situs jejaring social Twitter. Kesal juga sih, ia dirumah hanya bisa main laptop sedangkan ‘pacar’nya malah ke rumah mantannya! Yah walaupun cuma kerja kelompok. Setelah membuka situs itu sivia langsung menuliskan username dan password akunnya. Sivia terlebih dulu membuka mention dan ternyata ada beberapa mention dari teman-temannya.

azizahsivia: kayak lo gak merem aja sha! RT @Keshazzahra: hee sipit follback! @azizahsivia

Setelah membalasnya, sivia langsung membuka akun dengan username keshazzahra itu. Dan benar, itu memang kesha sepupunya yang tinggal di Surabaya. Melihat foto profil kesha membuat sivia jadi kangen keluarga di Surabaya. Apalagi dengan kesha. Umur sivia dan kesha tidak jauh beda membuat sivia cukup akrab dengan kesha.

Setelah menekan tombol ‘FOLLOW’ , sivia kembali membuka mentionnya.
Azizahsivia: 3 porsi sushi duluu!!! RT @agnitri: vii gue ngopy tugas lo doongss @azizahsivia
azizahsivia:ayuuukk RT @ifyalyssa: minggu jogging yuukk @azizahsivia @aghtpricilla

azizahsivia: thankyou :) RT @gabrielstev: cantik :) RT @azizahsivia: new avaa!

Sivia tersenyum melihat mention dari Gabriel. Yah, Gabriel yang tetangga juga mantannya. sivia jadi ingat dulu sivia sangat bangga bisa berpacaran dengan Gabriel saat SMA. Siapa yang tidak bangga jika bisa menjadi pacar seorang idola sekolah. Udah ganteng, keren, kapten basket, pinter, tajir, dan segala kelebihan Gabriel lainnya membuat banyak sekali gadis-gadis yang menyukai Gabriel. sivia juga heran kenapa bisa-bisanya Gabriel malah menyukainya! sivia bahkan masih ingat ia hanya bisa melongo saat Gabriel menembaknya di taman sekolah mereka dulu. Awalnya sivia mengira Gabriel hanya ingin main-main dengannya dan mengira beberapa hari atau beberapa minggu kemudian Gabriel akan memutuskannya. Tapi kenyataannya hubungannya dengan Gabriel bahkan sampai 2 tahun. Dan Gabriel benar-benar menyayanginya hingga terjadi sebuah kesalahpahaman yang membuat hubungan mereka berakhir.

Sivia geleng-geleng sambil mencoba membaca mention yang lain untuk melupakan bayang-bayang masa lalunya bersama Gabriel. Lagipula mereka sekarang juga sudah berteman baik dan tidak ada kesalahpahaman lagi.

“@ ifyalyssa oke besok gue ke rumah lo. Awas kalau masih ngeboo.” Sivia langsung menoleh ke belakang dan melihat alvin sedang membungkuk melihat layar laptopnya dan membacakan mention yang baru masuk dari ify.

“Ish ngagetin aja!” kata sivia langsung mengubah posisinya dari tengkurap menjadi duduk. Alvin pun ikut duduk di samping sivia.

“Udahan ngapelnya ke rumah mantan?” kata sivia lagi sambil sok membaca-baca timelinenya.

“Mulai deh.” Kata alvin mengambil alih laptop sivia. Alvin mengetikkan @alvinjo di kolom search dan muncullah akun twitter alvin. Alvin pun langsung menekan tombol follow.

“Oh ya, Emang mau kemana sama ifyalyssa?” Kata alvin sambil entah mengetik apa di laptop sivia.

“Jogging.” kata sivia sambil memeluk boneka kesayangannya, boneka yang di dapatkan alvin di pasar malam.

Alvin hanya bergumam sambil tetap mengetikkan sesuatu di laptop sivia.

“Ngapain sih?” tanya sivia penasaran.

“Gak. Cuma liat-liat aja.” Kata alvin.

“Ganti baju sana.” Lanjut alvin.

“Ngapain ganti baju?” tanya sivia bingung.

“Udah jangan banyak tanya. Ganti baju sana.” Kata alvin. Sivia mendengus sebal tapi menurut juga untuk mencari baju di lemarinya lalu mengganti baju di kamar mandi.

Sivia keluar dari kamar mandi sudah dengan dress selutut berwarna tosca. Sivia melirik alvin yang ternyata sudah menutup laptopnya dan kini berganti memainkan hp sivia yang tergeletak di kasur tadi.

“Ngapain??” tanya sivia menghampiri alvin. Alvin pun mendongak dan tersenyum melihat sivia memakai dress. Bagi alvin, sivia terlihat sangat manis jika memakai dress. Tapi sayangnya sivia malah jarang sekali memakai dress.

“Udah siap?” alvin malah balik bertanya.

“Bentar.” Kata sivia lalu mengambil flatshoes dengan warna senada dengan dressnya.

“Yuk.” Alvin langsung menggandeng sivia setelah melihat sivia sudah memasukkan handphone dan dompetnya ke dalam tas. Mereka pun keluar dari kamar sivia.

Setelah izin ke mama sivia, alvin dan sivia pun masuk ke mobil alvin dan pergi. Di dalam mobil sivia hanya diam sambil mengamati mobil alvin. Sivia penasaran sebenarnya ada berapa mobil alvin? Walaupun alvin jarang membawa mobil, tapi sampai saat ini alvin selalu membawa mobil yang berbeda di setiap mereka pergi bersama.

Lamunan sivia buyar begitu menyadari alvin sudah membukakan pintu mobil untuknya. Dan disinilah mereka berada, rumah makan padang yang tidak jauh dari rumah sivia. Salah satu tempat makan favorite sivia.

“Darimana kamu tau tempat ini?” tanya sivia. Sivia memang ingat kalau ia pernah menceritakan ke alvin tentang rumah makan padang favoritenya yang berada tidak jauh dari rumahnya. Tapi sivia tidak pernah memberitahu nama restaurant itu bahkan memberitahu tempatnya.

“Ini satu-satunya rumah makan padang yang deket sama rumah kamu. Jadi bener ini tempat makan favorite kamu?” alvin malah balik bertanya.

Sivia hanya mengangguk untuk menjawabnya. Mereka pun masuk ke rumah makan itu. Sivia langsung memesan menu favoritenya dan langsung menyantapnya setelah pesanannya datang. Jangan heran. Sivia memang sudah lama tidak makan di tempat makan ini.

* * *

Sivia duduk di kasur sambil tersenyum. Ia baru saja selesai mengganti pakaiannya menjadi baju tidur. Beberapa menit lalu alvin mengantarnya pulang setelah puas menghabiskan masakan padang di salah satu tempat makan favoritenya itu. Sebenarnya alvin ingin mengajak sivia nonton tetapi waktunya yang tidak mendukung. Setelah selesai makan jam menunjukkan pukul delapan malam. Jadi alvin mengurungkan niatnya begitu mengingat ia sudah berjanji kepada mama sivia untuk tidak memulangkan sivia terlalu malam. Hingga pukul setengah Sembilan mereka sudah berada di rumah sivia. Alvin hanya sebentar di rumah sivia dan pamit pulang. Sivia mengantar alvin ke depan dan lagi-lagi alvin mencium kening sivia untuk kedua kalinya dalam hari ini sebelum akhirnya pulang. Dan itulah yang membuat sivia senyum-senyum sendiri sekarang ini. Entah kenapa hanya dengan mengingatnya sudah membuat wajah sivia terasa hangat.

Sivia mengambil smartphonenya untuk menghentikan aktivitas gilanya yang senyum-senyum sendiri. Seperti biasa sivia membuka aplikasi twitter dari smartphonenya sambil merebahkan diri di kasur.

Azizahsivia: :D

Sivia hanya mengetikkan emote yang mewakili perasaannya yang sedang gembira saat ini. Setelah itu sivia pun memilih untuk sekedar membaca timeline yang sangat ramai di jam-jam ini. Hingga tiba-tiba ada mention masuk membuat sivia berhenti membaca timeline dan memilih membuka mention.

Alvinjo: ;) RT @azizahsivia: :D

Sivia mengerutkan keningnya. Alvinjo? Twitter alvin? Batin sivia langsung membuka akun twitter itu. Dan benar itu memang twitter alvin. Sivia heran ternyata alvin tau twitternya. Tapi sivia lebih heran bagaimana bisa mereka sudah saling follow. Tapi tidak urung sivia menyunggingkan senyum sambil membalas mention alvin.

Azizahsivia: Aku gak inget pernah follow kamu -_- RT @alvinjo: ;) RT @azizahsivia: :D

Sambil menunggu balasan alvin, sivia pun memilih membuka tweets alvin. Memang sudah jadi kebiasaan sivia yang suka sekali stalking jika sedang tidak ada kegiatan.

alvinjo: Ya RT @Marshaw: thanks udah kerumah J @alvinjo

Sivia mengerutkan kening membacanya. Sivia tahu itu marsha mantan alvin tadi. Tapi yang membuat sivia kesal kenapa cuma alvin yang di mention? Bukannya kata alvin masih ada tiga orang lain yang ikut kerja kelompok? Atau alvin yang membohonginya? Perasaan sivia yang sebelumnya berbunga-bunga kini menjadi hancur kesetika.

alvinjo: Ya RT @bangtoyib: Besok kerja kelompoknya di rumah gue @bastiansteel @alvinjo @masrhaw @dianaaa

Sivia langsung lega begitu melihat tweet dari bangtoyib itu. ternyata memang benar tadi alvin kerja kelompok di rumah marsha dengan tiga orang lain. Bukan hanya berdua dengan marsha. Tapi kenapa marsha yang mention ke alvin? Itu yang masih membuat sivia bingung.

Alvinjo: besok RT @sionsimbolon: bos memory card gueee @alvinjo

Alvinjo: Cemburu ;)?

Sivia mendengus melihat tweet alvin sekitar beberapa jam lalu itu. Sivia yakin itu pasti untuk dirinya. Huh!

Alvinjo: Yes!

Sivia melihat tweet alvin itu penasaran. Tweet itu di post tanggal 1 Januari pukul 02.00. Berarti itu saat alvin pulang dari rumah tante sivia? Berarti setelah mereka . . . jadian? Sivia tersenyum sendiri mengingatnya.

Sivia berhenti membaca tweet alvin begitu ada mention masuk. Sivia pun buru-buru membukanya.

Alvinjo: Haha RT @azizahsivia: Aku gak inget pernah follow kamu -_- RT @alvinjo: ;) RT @azizahsivia: :D

Sivia pun membalasnya.

Azizahsivia: Gak lucu RT @alvinjo: Haha RT @azizahsivia: Aku gak inget pernah follow kamu -_- RT @alvinjo: ;) RT @azizahsivia: :D

Tidak ada balasan lagi dari alvin di twitter tapi cowok itu lebih memilih mengirimi sivia bbm.

Alvin Jonathan: Kenapa belum tidur?

Sivia Azizah: Belum ngantuk

Alvin Jonathan: Kenapa belum ngantuk?

Sivia Azizah: Gak tau

Alvin Jonathan: Kenapa gak tau?

Sivia Azizah: Kenapa banyak tanya? -_-

Alvin Jonathan: Kenapa kalau banyak tanya?

Sivia Azizah: Kenapa nyebelin?

Alvin Jonathan: Kenapa suka?

Sivia Azizah: Ngeselin!

Begitulah seterusnya percakapan mereka di aplikasi messenger itu. Walaupun terlihat sebal sebenarnya sivia malah senyum-senyum melihat chatnya dengan alvin.

Apalagi alvin, senyumnya tidak pernah hilang setiap melihat balasan dari sivia. Yah walaupun bukan pesan yang romantis seperti pasangan kekasih lainnya, tapi itulah yang membuat alvin senang. Semua sikap judes sivia malah membuatnya semakin menyukai cewek itu.

* * *

Sivia menatap ify yang berlari pelan di depannya. Mereka sudah berlari memutari taman kompeks perumahan sivia untuk yang ke-lima kalinya. Sivia tidak heran melihat ify yang tidak terlihat lelah sama sekali. Sahabatnya itu malah masih berlari sambil tersenyum lebar memamerkan kawat giginya yang berwarna pink. Ify memang suka olahraga. Hampir tiap minggu ify mengajak sivia untuk jogging di taman perumahan sivia. Sivia juga heran, padahal di dekat rumah ify juga ada taman yang cukup luas. Tapi ify selalu memilih taman di perumahan sivia sebagai tempat joggingnya.

“Fy, gue capek!” sivia mencoba menyusul ify yang berada beberapa langkah di depannya.

Ify menoleh ke belakang dan melihat sivia yang sudah bermandikan keringat. Ify melihat jam tangannya dan akhirnya memelankan langkahnya untuk menunggu sivia.

“Yaudah. Udah jam segini juga.” Kata ify membuat sivia tersenyum mendengarnya.

Seperti biasa, setelah jogging mereka memilih duduk di saah satu bangku di taman itu sambil minum dan beristirahat.

“Oh ya, lo udah di kabarin tentang reuni SMP?” tanya ify sambil membuang botol air mineral yang sudah kosong.

“Udah. Dua hari lalu gue di sms sama Abner.”

“Terus? Lo ikut?” tanya ify lagi.

“Kayaknya sih ikut. Udah lama kan gak ketemu anak-anak SMP. Kenapa? Lo gak ikut?”

“Kalau lo ikut ya gue juga ikut.”

“Tapi masih dua bulan lagi kan?”

“Iya. Oh ya, katanya nanti Debo juga dateng loh!”

“Debo?” tanya sivia.

“Iya. Debo Andryos!”

“Oh.” Kata sivia mengangguk, mulai mengingat. Sivia jadi tidak heran melihat ify yang sekarang tersenyum lebar. Secara, Debo Andryos mantan ify yang katanya melanjutkan kuliah di luar negeri juga turut menghadiri reuni itu. Dan yah, sivia dan ify memang teman dari SMP. Sayangnya saat SMA mereka beda sekolah tapi mereka tetap berteman dekat. Dan baru sekarang mereka melanjutkan kuliah di Universitas yang sama, walaupun berbeda jurusan.

“Hai vi.” Sivia dan ify sontak mendongak mendengar sapaan yang terdengar ambigu itu. ‘Vi’ dan ‘Fy’ memang tidak ada bedanya jika di dengar.

“Oh, hai gab!” kata ify tersenyum lebar sambil menyikut sivia pelan.

“Hai yel.” Kata sivia ikut tersenyum walaupun tidak selebar ify. Sivia hanya berdoa semoga ify tidak bertingkah aneh-aneh. Sahabatnya itu suka sekali menggodanya dengan Gabriel. Yah, cowok yang berdiri di depan mereka sekarang adalah Gabriel Steven, mantan juga tetangga sivia.

“Abis jogging juga?” tanya Gabriel menatap sivia dan ify bergantian.

“Iya nih. Lo sendiri? Sendirian aja?” tanya ify.

“Tadi sih sama adek, tapi gak tau ngilang kemana.” Jawab Gabriel.

“Yaudah gabung sini aja!” kata ify. Gabriel mengangguk lalau duduk di bangku yang ada di depan sivia dan ify. Kebetulan sivia dan ify duduk di bangku panjang yang saling berhadapan dengan sebuah meja sebagai penengah.

“Udah lama ya kita gak ketemu. Padahal dulu sering banget ketemu di rumah via.” Sivia hanya bisa memutar bola matanya begitu mendengar ify memulai obrolan. Sivia heran kenapa ify suka sekali membahas masa lalunya dengan Gabriel. Yah memang dulu mereka bertiga sering bertemu di rumah sivia. Dulu Gabriel tentu sering ke rumah sivia saat mereka masih pacaran. Apalagi rumah mereka cukup dekat. Dan ify juga lumayan sering ke rumah sivia untuk sekedar main.

“Iya ya. Udah lama gak ngobrol.” Kata Gabriel.

“Lo sih gak pernah ke rumah sivia lagi. Orang rumah kalian deket juga.” Kata ify lagi.

“Emang boleh? Nanti ada yang marah.”

“Siapa? Bokap nyokapnya sivia gak mungkin marah kan.” Jawab ify.

“Kali aja cowoknya via marah.” Kata Gabriel sambil melirik ke sivia menggoda.

“Tenang aja, sivia masih jomblo kok. Makanya lo sering-sering ke rumah via.” Sivia mendelik mendengar kata-kata ify yang mengalir begitu saja. Jomblo? Sepertinya sivia harus segera cerita tentang alvin ke ify.

“Gue gak—“ baru sivia akan membenarkan perkataan ify tiba-tiba seorang cewek datang.

“Gue cariin malah disini lo!” kata cewek itu sambil meninju lengan Gabriel membuat Gabriel meringis. Hingga cewek itu menoleh ke sivia dan ify.

“Eh ada kak sivia!” kata cewek itu tersenyum lebar.

“Hai Tania.” Balas sivia sambil tersenyum.

“Ini kak . . . ifa ya?” tanya cewek itu sambil mencoba mengingat.

“Gue ify. Lo adeknya Gabriel?” kata ify membenarkan sambil bertanya. Cewek itu mengangguk-angguk.

“Oh iya, kak ify. Hehe maaf kak abisnya udah lama ya kita ketemu dulu. Iya gue Tania, adeknya kak Gabriel.” Kata Tania duduk di samping Gabriel smabil menaruh botol air minumnya di atas meja yang ada diantara mereka.

“Iya. Dulu waktu ketemu di rumah sivia lo masih SD kan? Sekarang udah gede aja.” Kata ify memang cukup kaget melihat Tania. Dulu waktu ify mengenal Tania memang masih SD. Tapi cewek itu sekarang terihat sangat berbeda. Bahkan tinggi Tania mungkin sama seperti dirinya. Tidak heran sih, melihat Gabriel yang sangat tinggi mungkin memang keluarga Gabriel tinggi-tinggi.

“Iya ya, dulu masih kelas enam kalau gak salah.”

“Emang sekarang kelas berapa?” tanya ify.

“Udah kelas 9.”

“Wah mau unas dong. Terus mau lanjut ke mana?” tanya ify.

“SMA Cendrawasih doong!” jawab Tania semangat.

“Gak mau ke negeri?”

“Enggak ah.”

“Kenapa? Emang sih SMA Cendrawasih juga bagus. International School juga.”

“Iyaa, lagian cowok-cowok SMA Cendrawasih capek-cakep!!”

“Oh jadi itu alesannya? Bilangin mama ah.” Tiba-tiba Gabriel sudah menyahut.

“Ih kak Gabriel! Jangan bilang mama!” kata Tania mencubiti lengan kakaknya.

“Biar aja. Bukannya mikir pelajaran malah mikirin cowok mulu. Pasti mau satu sekolah sama cowok itu kan?” Kata Gabriel.

“Siapa? Alvin? Alvin udah kelas tiga sih jadi gak bakal satu sekolah. Kecuali kalau alvin gak lulus.” Sivia langsung menoleh begitu mendengar obrolan Gabriel dan Tania. Apalagi perkataan Tania tadi yang menyebut-nyebut nama alvin. Apa jangan-jangan yang dimaksud Alvin Jonathan? Tapi kan mungkin aja banyak nama alvin yang bersekolah di SMA Cendrawasih.

“Alvin?” tanya sivia akhirnya. Tania dan Gabriel pun menoleh.

“Iya. Cowok yang di taksir Tania tapi gak pernah di tanggepin.” Kata Gabriel yang langsung di hadiahi pukulan oleh Tania.

“Jahat banget sih!” kata Tania masih memukuli Gabriel.

“Emang bener kan. Lagian lo sih ngapain naksir anak SMA. Emang anak SMP gak ada yang cakep apa?”

“Gue gak naksir! Cuma ngefans aja! Lagian temen-temen gue juga banyak yang ngefans sama alvin kok!”

“Iyadeh terserah.” Kata Gabriel.

“Kalian ini masih suka berantem aja.” Kata sivia terkikik geli melihat Tania dan Gabriel yang masih sama seperti dulu, suka berantem.

“Tau nih kak Gabriel yang ngeselin!” begitulah seterusnya. Mereka pun mengobrol dan bercanda sampai tidak sadar waktu.

* * *

Alvin tiduran di kasurnya sambil beberapa kali mengecek smartphonenya. Alvin langsung menyambar ponselnya begitu merasa getaran. Wajah alvin langsung terlihat kecut melihat BBM yang masuk ternyata dari Marsha. Dengan malas alvin membuka BBM dari marsha itu. Mungkin saja ada hubungannya dengan tugas kelompok mereka.

Marsha Windya:

Vin jalan yuk? Bosen nih :(

Alvin menyerngit melihat chat dari marsha. Alvin langsung meletakkan ponselnya tanpa membalas chat dari marsha. Mood alvin benar-benar buruk pagi ini. Bagaimana tidak, ia mencoba menghubungi sivia tapi tidak pernah ada jawaban. SMS dan BBM pun tidak ada yang di balas. Alvin melihat jam digital yang ada di atas meja dekat kasurnya. Masih pukul setengah Sembilan, masa iya ia ke rumah sivia? Tapi ini terlalu pagi untuk bertamu!

Alvin mengacak rambutnya sebal. Ia pun memilih bangun dan segera masuk ke kamar mandi. Tepat pukul 08.45 ia keluar dari kamar mandi dan langsung memakai pakaian. Setelah siap, ia pun menyambar jaket dan kunci motor lalu keluar dari kamarnya.

“Mau kemana alvin?” alvin yang baru turun dari tangga pun menoleh dan melihat mamanya sedang duduk di sofa ruang santai dengan ditemani sebuah majalah dan segelas jus. Alvin pun berjalan mendekat ke mamanya.

“Mama kapan pulang?” tanya alvin mencium pipi mamanya lalu duduk di sofa yang ada di hadapan mamanya.

“Baru aja kok. Kamu mau kemana?” tanya Ira lagi sambil menatap putra bungsunya. Wanita itu terlihat jauh lebih muda dengan umurnya yang sudah berkepala empat.

“Kerumah pacar.” Jawab alvin. Mama alvin langsung melihat jam tangannya.

“Wah, se-cantik apa pacar kamu kali ini sampai pagi-pagi udah di samperin?” gurau mama alvin. Ira memang tau putra bungsunya itu suka sekali berganti-ganti pacar. Tapi sejujurnya ia tidak pernah sekalipun tau pacar-pacar alvin satupun. Ia hanya sesekali melihat foto-foto putranya dengan beberapa gadis cantik itu lewat akun jejaring sosial alvin. Kalaupun ia meminta alvin untuk mengajak pacarnya ke rumah pasti alvin menolak. Pasti hanya bilang ‘Gak penting’.

“Paling cantik pastinya.” Kata alvin nyengir.

“Oh ya? Yang ini juga gak mau diajak main ke rumah?” Alvin terlihat diam sebentar sambil senyum-senyum mendengar pertanyaan mamanya.

“Emang mama di rumah sampai jam berapa?” alvin malah balik bertanya, karena mamanya memang sering sekali langsung pergi setelah pulang ke rumah. Beginilah nasib mempunyai orangtua yang gila kerja. Papa alvin bahkan tinggal di Amerika sibuk mengurus perusahaan disana. Papa alvin memang meneruskan bisnis keluarga yang kini sudah mempunyai beberapa perusahaan di luar negeri karena papa alvin adalah anak pertama. Sedangkan papa alvin hanya mempunyai dua adik perempuan.

Berbeda dengan suaminya, ira menggeluti usaha dalam bidang fashion. Ia memiliki beberapa butik yang ada di kota-kota besar di Indonesia. Dan itulah yang membuat mama alvin itu lebih sering pulang ke rumah daripada papanya. Bahkan akhir-akhir ini mamanya terasa lebih sering dirumah daripada keluar kota.

“Seharian ini mama di rumah kok.”

“Yaudah, nanti aku ajak dia kesini.” Kata alvin sambil tersenyum. Ira yang melihatnya mulai tertarik. Baru kali ini alvin akan mengajak pacarnya kerumah.

“Mama kira kamu bakal jawab ‘Gak penting’ kayak biasanya.” Kata ira.

“Yang ini emang penting.”

“Oh ya? Jadi udah berhenti main-mainnya nih?” tanya ira menggoda, memang biasanya alvin tidak pernah serius pacaran. Ira sendiri tidak heran mengingat usia alvin yang masih remaja. Asalkan alvin tidak berbuat yang macam-macam dengan cewek-cewek itu. Walaupun tidak jarang juga alvin berkelahi membuat wajahnya memar-memar dan membuat ira khawatir. Tapi itu lebih ‘mendingan’ daripada jika ada cewek yang meminta pertanggung jawaban alvin karena sudah . . . ya begitulah. Ira bersyukur alvin bukan tipe cowok seperti itu.

“Yaudah alvin jemput sivia dulu.” Kata alvin.

“Jadi namanya sivia?” alvin hanya mengangguk untuk menjawab sambil bangkit dari duduknya.

“Alvin berangkat dulu ma.” Kata alvin pamit lalu pergi dengan motor kesayangannya.

* * *

Alvin memarkirkan motornya di halaman rumah sivia. Ia pun turun dan mengetuk pintu rumah sivia. Alvin heran tidak ada yang membukanya. Alvin pun mengetuk pintu rumah sivia beberapa kali hingga akhirnya pintu pun terbuka.

“Hai bro. Gue kirain siapa.” Ray terlihat berantakan dengan rambut yang acak-acakan. Khas penampilan orang bangun tidur.

“Pada kemana?” tanya alvin sambil berjalan masuk setelah ray membukakan pintu mempersilahkan alvin masuk.

“Gak tau. Gue baru bangun.” Kata ray.

“Kakak lo mana?”

“Gak tau gue. Di kamarnya kali. Kesana aja.” Kata ray menutup pintu lalu naik ke lantai atas dengan alvin yang berjalan mengikutinya.

“Yaudah gue ke kamar. Ngantuk. Samperin aja dikamarnya. Palingan juga masih tidur.” Kata ray sebelum akhirnya masuk ke kamar dan langsung terlelap kembali begitu merasakan nyamannya kasur.

Alvin sempat geleng-geleng melihat ray dan akhirnya melangkah beberapa meter dari kamar ray hingga berdiri tepat di depan kamar sivia.

“Vi.” Alvin memanggil sivia sambil mengetuk pintu kamar cewek itu. Tapi tidak ada suara membuat alvin harus kembali mengetuk pintu kamar itu. Tapi tetap saja tidak ada suara.

Alvin pun memilih memutar knop pintu kamar sivia dan ternyata terbuka! Apa jangan-jangan sivia memang tidak ada di kamarnya? Batin alvin mulai membuka pintu lebar dan tepat saat ia baru melangkah satu langkah memasuki kamar sivia tiba-tiba pintu kamar mandi yang ada di kamar sivia juga terbuka.

Alvin berdiri kaku melihat pemandangan yang ada di depannya. Begitu juga sosok yang baru saja keluar dari kamar mandi itu. Mereka seakan menjadi patung beberapa detik sebelum akhirnya sama-sama tersadar dari keterkejutannya.

“S…sorry.” Kata alvin langsung berbalik dan buru-buru keluar dari kamar sivia.

Alvin diam sebentar di depan kamar sivia sambil mengatur nafasnya. Bayangan sivia yang baru keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk benar-benar membuat nafasnya memburu, sangat terkejut. Alvin merutuki dirinya sendiri yang seenaknya masuk ke kamar sivia. Seharusnya ia menunggu sampai sivia membukakan pintu, bukan asal masuk seperti tadi. Alvin pun turun ke bawah, memilih duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu sivia dengan wajah yang terasa panas.