Rabu, 07 Oktober 2015

If You Earn Me [14]

Di hari Sabtu ini Sivia, Ray,dan kedua orangtua mereka pergi ke Bandung untuk menghadiri pernikahan saudara.Seperti biasa, jalanan Bandung akan sangat padat saat weekend. Sivia yang duduk di kursi belakang kini sedang merutukidirinya yang bangun kesiangan hingga ia tidak sempat untuk mengisi batteryiPhone-nya. Jadilah sekarang iPhone-nya hampir mati karena kehabisan battery.Padahal tempat tujuan masih jauh dan juga jalanan sangat macet. Apalagiternyata tidak ada yang membawa powerbank! Dan belum sempat Sivia memberitahuAlvin bahwa iPhone-nya lowbat, ternyata iPhone-nya sudah mati terlebih dahulu.Sivia pun menoleh ke samping dan melihat Ray juga sedang sibuk denganiPhone-nya.

“Ray.” Panggil Sivia sambilmenyikut adiknya itu.

“Hm.”

“Pinjem HP dong.”

“Buat apa?”

“BBM Alvin.”

“Gue lagi chatting sama Acha.”

“Bentar aja.”

“Males.”

“Pelit banget sih!”

“Biarin.”

Sivia pun cemberut merasa kesaldengan Ray. Padahal Sivia hanya ingin memberitahu Alvin bahwa iPhone-nya mati agarAlvin tidak bingung karena Sivia tidak membalas chatnya. Sivia pun menoleh kedepan dan melihat mamanya.

“Ma.”

“Ya, sayang?”

“Pinjem HP dong.”

“Buat apa?”

“BBM Alvin.”

“Emang iPhone kamu kenapa?”

“Mati. Battery-nya habis.”

“Yaudah nih.” Sivia langsungtersenyum begitu menerima iPhone mamanya. Dan untunglah di kontak iPhonemamanya ada nomor Alvin. Sivia pun mengirim SMS ke Alvin.

Me:
Hpku matiii. – sivia

Tidak lama Alvin sudahmembalasnya.

Alvin:
Dasar.

Me:
Yaudah nanti aku kabarin kalauudah nyampe.

Alvin:
Masih lama?

Me:
Masih.

Alvin:
Video call ya?

Me:
Nanti ajaaa kalau udah nyampesana.

Alvin:
Sekarang aja.

Me:
Nanti aja!

Alvin:
Yaudah telpon aja?

Me:
Nanti aja kalau udah nyampeeeee!

Alvin:
Tapi aku kangen

“Hpnya mama dong, Vi. Mama mautelpon tante Santi.” kata mama Sivia. Sivia pun buru-buru membalas pesan Alvin.

Me:
Pokoknya nanti aja. Udah Hpnyamau dipake mama.

Sivia tentu menyempatkan untukmenghapus pesan-pesan mereka tersebut sebelum mengembalikan iPhone itu kemamanya.

“Makasih, Ma.”

“Ya sama-sama, sayang.”

Sivia pun akhirnya hanya bisamelihat jalanan dari jendela mobil. Sebenarnya Sivia juga ingin video callataupun telponan dengan Alvin tapi Sivia tentu malu karena ada mama danpapanya. Hingga beberapa menit setelah menelpon tante Santi, mama Sivia melihatada pesan masuk dan membacanya.

“Vi ada balesan dari Alvin.Katanya ‘yaudah. I love you.’ gitu.” Sivia langsung menoleh ke mamanya. WajahSivia langsung memerah begitu menyadari papanya ikut menoleh dan tersenyumgeli.

“Kenapa gak diajak ajaAlvinnya?” kata papa Sivia.

“Bener tuh. Harusnya lo ajakAlvin. Kali aja lo sama Alvin bisa ketularan biar cepet nikah.” Ray ikutmenyahut.

“Hush, kamu ini Ray. Kakakmu ajabaru kuliah. Apalagi Alvin masih SMA. Kok udah ngomongin nikah aja.” Kata sangmama.

“Mungkin aja kali ma. Sekarangaja mereka di kamar udah berani... Aw!!!” Sivia langsung menginjak kaki Raykuat sampai adiknya itu mengaduh sakit.

“Kenapa, Ray?” tanya Mama merekabingung.

“Gak jadi, ma.” Kata Ray sambilcemberut merasakan kakinya yang sakit.

“Dasar kamu ini.” Kata Mamamereka geleng-geleng karena merasa Ray tidak jelas. Sedangkan sivia tentubersyukur mamanya tidak terlalu mendengar ucapan Ray.

“Jangan lemes mulut lo!” bisikSivia sambil memelototi adiknya.

“Sialan lo vi, kaki gue sakit!”

“Biarin. Awas aja kalau longomong sama mama atau papa!”

“iya iya!” Ray pun akhirnyamemilih untuk kembali membalas chat dari Acha. Sedangkan Sivia jadi teringatkejadian memalukan beberapa lalu. Yah saat ia dan Alvin sedang berciuman untukpertama kalinya di kamarnya, tiba-tiba saja Ray masuk ke kamar Sivia tanpamengetuk pintu terlebih dahulu. Jadilah Ray melihat Sivia dan Alvin berciuman.Setelah itu Ray terus saja menggoda Sivia karena hal itu. Sungguh hal itumembuat Sivia sangat malu sampai sekarang. Tapi untung saja Ray tidakmengatakannya kepada orangtua mereka. Bisa-bisa ia dan Alvin dicap buruk olehmereka. Walaupun yang mereka lakukan memang bukan tindakan yang baik. Tapi...yasudahlah.

***

Hari Minggu ini Sivia sudahberniat untuk tidur sampai siang. Ia sungguh merasa lelah karena tengah malambaru kembali ke rumah. Tapi tiba-tiba ia terbangun saat teringat sesuatu.Yaampun, Sivia lupa mengabari Alvin dari kemarin! Bahkan Sivia tidak mengabariAlvin setelah ia sampai di tempat resepsi pernikahan. Sivia pun buru-burubangun dan mengambil iPhone-nya yang sudah menyala.

Sivia pun mencari nomor Alvindan menekan tombol call. Tapi setelah beberapa kali mencoba, Alvin tidakkunjung menjawab telponnya. Sivia akhirnya memilih untuk mengirim BBM ke Alvin.

Sivia Azizah:
Haiiiiiiii

Setelah mengirim chat, Sivia puntiduran sambil menunggu balasan. Sivia sampai kembali tertidur karena tidakkunjung mendapat balasan. Saat terbangun ternyata sudah pukul satu siang danmasih belum ada balasan dari Alvin. Tapi saat melihat Recent Update, Siviamelihat kontak Alvin yang mengubah Display Picture-nya beberapa menit lalu.Sivia pun mengerutkan keningnya. Jadi Alvin bisa mengganti foto tetapi tidakmembaca pesan darinya?!

Sivia pun kembali mencobamenelpon Alvin sampai hampir sepuluh kali sebelum akhirnya Alvin mengangkattelponnya.

“Halo?”

“Hm?”

“Alvin?”

“Hm.” Sivia kembali mengerutkankeningnya mendengar jawaban Alvin yang seakan ogah-ogahan.

“Kamu ngapain? Bangun tidur?”

“Enggak.”

“Terus ngapain?”

“Main game.”

“Kamu kok bisa ganti foto tapigak bales BBM aku?”

“Hm.”

“Kamu kenapa sih hm hm terus?”tanya Sivia mulai kesal dengan jawaban Alvin yang seolah malah mengobrol denganSivia.

“Ada apa?”

“Ada apa apanya?”

“Ada apa kamu telpon?”

“Emang aku gak boleh telpon?!”

“Gak apa-apa.”

“Kamu marah?” tanya Siviaakhirnya menyadari Alvin yang sepertinya benar-benar marah.

“Alvin...” Panggil Sivia karenaAlvin tidak kunjung menjawab.

“Hm.”

“Kamu marah kan? Maaf...” kataSivia memelas karena ia merasa bersalah.

“Kenapa gak ngabarin samasekali?” tanya Alvin akhirnya.

“Maaf, aku lupa. Nyampe disanaaku terus ngumpul sama saudara-saudara. Pas sampe rumah aku langsung tidur.Maaf yaa...”

“Hm yaudah.”

“Tuhkan masih jutek. Aku mintamaaf...”

“Yaudah aku mau keluar.”

“Mau kemana?”

“Main.”

“Sama siapa?”

“Cakka.”

“Kemana?”

“Gak tau.”

“Kok gak tau?”

“Vi, udahan dulu.” Sivia bahkanbelum sempat bicara lagi saat Alvin langsung mematikan sambungan telponnya.Sivia pun langsung cemberut. Perasaannya jadi tidak enak karena Alvin yang sepertinyamasih marah padanya. Lagipula ia memang salah. Ia tidak sempat mengabari Alvinsama sekali padahal ia sudah berjanji untuk mengabari Alvin. Bahkan Sivia jugaberjanji akan menelpon Alvin jika sudah sampai.
Sivia pun akhirnya mencobamengirim pesan ke Cakka.

Sivia Azizah:
Kka?

Cakka Nuraga:
Ya vi?

Sivia Azizah:
Lagi sama Alvin?

Cakka Nuraga:
Iya bentar lagi ketemu Alvin.Gue masih otw

Sivia Azizah:
Emang kalian mau kemana?

Cakka Nuraga:
Makan aja. Kenapa?

Sivia Azizah:
Sama siapa aja?

Cakka Nuraga:
Berdua aja

Sivia Azizah:
Gak sama cewek kan?

Cakka Nuraga:
Enggak lah

Sivia pun sedikit merasa legakarena Alvin hanya keluar bersama Cakka. Sivia bertekad akan menghubungi Alvinlagi nanti untuk meminta maaf.

***

“Kenapa bos?” Cakka bertanyasambil melihat Alvin yang duduk di depannya.

“Kenapa apanya?” Alvin malahbalik bertanya.

“Lo kayaknya diem banget hariini.”

“Lagi bete.”

“Lagi berantem sama Iyem ya?”

“Hm.”

“Kenapa lagi sih?”

“Menurut lo Sivia cinta gak sihsama gue?” tanya Alvin tiba-tiba. Cakka pun menggaruk kepalanya bingung untukmenjawab.

“Mana gue tau bos.”

“Menurut lo.”

“Kalau menurut gue sih... Iyemcinta sama lo lah. Kalau gak cinta kan gak mungkin dia mau jadi pacar lo.”

“Kemarin dia pergi ke Bandungdan gak ngabarin sampai tadi pagi. Padahal dia janji bakal ngabarin kalau udahnyampe sana. Gue udah nungguin sampe ketiduran." Akhirnya Alvinmenceritakan kegundahan hatinya juga. Cakka sendiri sudah yakin pasti adasesuatu yang membuat Alvin mengajaknya keluar.

“Jadi lo lagi marah sama Iyem?”

“Iyalah. Padahal gue sehari ajagak ketemu dia udah kangen banget. Tapi dia kayaknya gak peduli sama sekali.”

“Ya kali aja dia sibuk samasaudaranya.”

“Iya gue tau. Tapi masa ngabarinsebentar aja gak bisa.”

“Dia udah minta maaf?”

“Udah.”

“Terus belum lo maafin?”

“Gak tau. Gue masih kesel.”

“Yaudah lo juga jangan cepetngambek. Bisa-bisa Iyem ilfeel sama lo.”

“Kok lo malah nyalahin gue?”

“Bukan nyalahin juga sih. Tapimenurut gue lo agak kekanakan. Iya kalau Iyem gak ngabarin lo selama seminggubaru wajar lo ngambek. Lagian dia gak ngabarin lo juga kan gara-gara dia lagisama keluarganya.”

“Gitu ya?” kata Alvin setelahbeberapa saat diam untuk merenung.

“Iya lah. Oh ya, dia juga tadinanyain lo.”

“Nanyain apa?”

“Ya nanyain lo sama gue pergikemana terus sama siapa. Dia juga tanya kita pergi sama cewek apa enggak. Kangak mungkin dia nanya-nanya gitu kalau gak punya perasaan sama lo.” Alvin diamsesaat sebelum akhirnya tersenyum.

“Iya juga.”

Akhirnya Alvin dan Cakka punmengobrol berbagai macam topik hingga berjam-jam baru mereka memutuskan untukkeluar dari tempat makan di salah satu mall. Cakka memang mengajak untuk makandi Mall karena ia sekalian ingin membelikan sesuatu untuk gebetan barunya.Alvin pun hanya bisa diam berjalan di belakang Cakka karena Cakka yang memaksauntuk menemaninya. Hingga mata Alvin tidak sengaja mengangkap dua sosok yangterlihat sangat akrab di salah satu toko olahraga. Sivia dan Gabriel! TanganAlvin terkepal kuat begitu melihat tangan Gabriel dengan lancangnya mencubitpipi Sivianya. Tanpa berbicara lagi Alvin langsung menghampiri mereka danmelayangkan pukulan begitu sampai disana.
Sivia langsung memekik kagetkarena terkejut. Apalagi kini terlihat darah di sudut bibir Gabriel.

“Alvin!” Sivia langsung berdiridi tengan mereka begitu Alvin siap melayangkan pukulan kedua. Tentu tindakanSivia yang melindungi Gabriel membuat Alvin semakin emosi. Alvin pun menatapSivia dengan pandangan yang tidak bisa Sivia artikan. Lalu Alvin pergi begitusaja dari sana. Sivia yang panik langsung berbalik melihat keadaan Gabriel.Beberapa orang yang sebelumnya menyaksikan kegaduhan itu pun mulai pergi.

“Lo gak apa-apa yel? Maaf yaa lojadi gini...” Kata Sivia tidak enak. Sivia sampai berkaca-kaca karena merasabersalah.

“Gak apa-apa kok, santai aja.”Kata Gabriel tersenyum menenangkan Sivia. Sivia sendiri masih menyesal. Tadisaat ia memasuki Mall ia tidak sengaja bertemu dengan Gabriel. Karena iaberencana untuk membelikan Alvin sesuatu untuk meminta maaf, Sivia jadiberpikir untuk mengajak Gabriel menemaninya untuk memilih. Karena Sivia tidakyakin dengan selera cowok dan berpikir Gabriel mungkin bisa membantunya. Tapikejadian barusan sungguh diluar rencana. Alvin tiba-tiba datang dan memukul Gabriel.Pasti Alvin salah sangka dengan apa yang ia lihat. Tapi Sivia juga tidak sukasikap Alvin yang main pukul. Padahal Gabriel tidak bersalah.

Sedangkan Alvin langsung pulangke rumah dengan Cakka yang mengikutinya karena khawatir. Dan benar saja, Alvin diamdi kamar dengan wajah merah menahan marah.

“Lo liat kan? Gue lagi marahsama dia tapi dia gak peduli dan malah jalan sama mantannya!” kata Alvin. Cakkahanya diam memberikan Alvin kesempatan untuk meluapkan emosinya.

“Gabriel kira dia siapa beranimegang-megang cewek gue!”

“Lo liat kan tadi, Sivia malahbelain Gabriel!”

Cakka mengerti jika sahabatnyaitu kini sedang emosi. Sivia memang keterlaluan jika dia pergi bersama cowoklain padahal pacarnya sedang marah. Apalagi Gabriel adalah mantan Sivia yang terlihatjelas jika Gabriel masih menyimpan perasaan untuk Sivia.

***

Sivia duduk dengan gugup. Didepannya kini sudah ada Alvin yang duduk dengan wajah datar. Sivia memangsengaja mengajak Alvin bertemu di Cafe yang sering mereka datangi. Sivia inginmeminta maaf untuk kejadian hari Minggu dan menjelaskan kesalapahaman kemarin.Dan setelah susah menghubungi Alvin akhirnya Alvin setuju untuk bertemu. Alvinpun hanya diam menunggu Sivia yang memulai pembicaraan.

“Seharusnya kamu gak bertindakkayak kemarin. Gabriel—“

“Jadi kamu minta ketemu cumapingin bahas Gabriel?!” kata Alvin yang langsung memotong perkataan Siviadengan emosi.

“Bukan gitu. Tapi kamu emangketerlaluan, Vin. Gabriel cuma—“

“Udah! Jadi kamu emang cumapingin bela Gabriel?”

“Bukan. Kamu jangan emosi duludong. Aku tau aku salah gak ngabarin kamu dan ingkar janji. Dan kemarin, kamusalah paham. Aku dan Gabriel gak seperti yang kamu pikirin. Kita cuma gaksengaja ketemu terus aku yang ngajak Gabriel nemenin aku. Jadi Gabriel gaksalah apa-apa disini.”

“Kamu kira aku gak liat kalianakrab banget? Sampe gabriel dengan santainya nyentuh pipi kamu.”

“Vin, itu... itu cuma kebiasaan.Mungkin Gabriel juga gak sadar ngelakuinnya.”

“Kebiasaan? Jadi kamu juga biasadiperlakuin gitu sama dia? Kenapa gak balikan sekalian?!”

“Alvin... Udah berapa kali akubilang kalau aku sama Gabriel gak ada apa-apa.”

“Apa kamu tau apa yang Gabrielpikir? Kamu yakin dia juga nganggep kalian gak ada apa-apa?”

“Apa maksud kamu sih?”

“Dia jelas masih suka sama kamu,Vi!”

“Alvin, udah! Gabriel emangmantan aku tapi gak seharusnya itu bikin kamu terus berpikir buruk tentangdia!” Sivia tanpa sadar membentak Alvin karena merasa lelah dengan tuduhanAlvin. Alvin hanya memandang Sivia beberapa saat sebelum akhirnya menghela nafas.

“Oke, sekarang terserah kamu.”

“Vin...”

“Mulai sekarang terserah kamu.Kamu bebas.”

“Apa maksud kamu?” tanya Siviamerasakan firasat buruk melihat wajah Alvin.

“Kita sampai disini aja. Kamugak perlu tertekan lagi.” Kata Alvin lalu berdiri dan beranjak pergi. Siviadiam beberapa saat karena masih kaget dengan ucapan Alvin. Ia langsung mengejarAlvin begitu sadar dari keterkejutannya.

“Alvin! Apa maksud kamu?!” Siviamenahan tangan Alvin yang sudah akan masuk kedalam mobil.

“Apalagi Vi? Ini yang kamu pingininkan. Dari awal kamu emang cuma terpaksa jalanin hubungan ini. Dengan gini kamubebas.”

“Vin, kamu bener-bener salahpaham.”

“Kita sendiri-sendiri aja dulu.”Kata Alvin lalu masuk kedalam mobilnya. Sivia akhirnya membiarkan mobil Alvinpergi dan Sivia pun masuk ke mobilnya sendiri. Beginikah akhirnya? Kenapa Alvintidak pernah percaya kalau Sivia dan Gabriel benar-benar hanya berteman. Tanpaterasa air matanya mengalir begitu saja. Dadanya terasa sakit. Sivia barumenyadari ternyata ia sungguh mencintai Alvin. Hingga rasanya sangat sakitbegitu melihat Alvin meninggalkannya.

***

8 komentar:

  1. Lanjut yaa. Plisss 😂😂😂😂

    BalasHapus
  2. Authorrr jangan sampai mrk putusss., gak.ada lanjutannya kan next part bener" ditunggu :)

    BalasHapus
  3. sumpah demi apapun. baru tau kalo udah di lanjut sampai sini ;(
    ya ampun ka dini baru aja part kemarin bikin senyum2 gak jelas. eh di part ini malah bikin gereget juga baper sendiri hehe
    cepetin di next dong :(

    ini udah 2016 ka. sempetin ngelanjut cerita ke, walau ya kaka emg kelihatan nya super sibuk

    BalasHapus
  4. Min 😢😢 dilanjut napa min naggung banget ini min ya Tuhaaan ituuu via alvin putus ayo dong lanjut lagi ceritanyaaa 😢😢😢😢 ini udah ngaret banget setahun lo ini min 😢

    BalasHapus
  5. lanjut min seru nih

    BalasHapus
  6. Lanjut dong min, ini udah lama banget lho.

    BalasHapus