Sabtu, 29 Juni 2013

Complicated Part 4 [End]

Title : Complicated
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance, Married Life
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others



Alvin membuka pintu mobilnya. Sudah lima menit lalu gabriel sudah pergi dari rumah kontrakan sivia. Yah alvin terus didalam mobilnya menunggu gabriel pergi. Dan sekarang ia berjalan kerumah sivia.

Tok tok tok

Baru saja sivia mengganti bajunya dengan baju tidur tiba-tiba terdengar suara ketukan. 

'Apa itu gabriel? Apa ada yang ketinggalan?' Sivia menebak dalam hatinya.

Tok tok tok

Pintu kembali diketuk membuat sivia langsung keluar dari kamar dan membuka pintu rumah kontrakannya.

"Alvin?!" Sivia mendesis kaget melihat alvin ada dihadapannya dengan penampilan berantakan dan terlihat marah.

Tanpa permisi alvin langsung masuk kerumah itu. Sivia bingung dan menahan alvin.

"Kamu mau apa kesini?!" Sivia terlalu bingung melihat tingkah alvin.

Mendengar pertanyaan sivia, alvin berbalik dan menatap tepat dimata sivia.

"Jadi karena gabriel kamu minta cerai eh? Kamu terus nyalahin aku tentang kedatangan shilla tapi kenyataannya kamu minta cerai karena gabriel kan?!" Alvin menatap sivia marah.

"A..apa?! Kamu ngomong apasih vin!" Sivia benar-benar bingung dengan perkataan alvin.

"Kamu kira aku gak liat kelakuan kamu sama gabriel barusan hah?! Dia nyium kamu dan kamu malah senyum! Kenapa vi?! Yah aku tau dia keren, kaya, dan dia dokter! Apa karena itu?!!" Alvin mencengkeram pundak sivia dan mengguncangkan tubuh sivia.

Plaak!!

Alvin semakin membelalakkan matanya mendapat tamparan dari sivia. Sivia sendiri terlihat menahan emosi.

"Kamu sadar sama ucapan kamu?! Kamu ingett siapa yang ciuman dirumah disaat aku gak ada?? Bahkan aku gak tau apa yang kamu sama shilla lakuin selama aku pergi!!" Sivia terus membentak alvin. Sungguh sivia tersinggung dengan perkataan alvin yang seakan mengatakan bahwa sivia adalah wanita murahan!

"Aku juga gak tau apa yang kamu lakuin sama gabriel selama kamu pergi!! Kamu istri aku vi!!"

"Istri?! Inget vin, kita akan bercerai! Dan aku yakin selama ini kamu gak pernah anggep aku istri! Kamu inget, selama setahun lebih kamu gak pernah nyentuh aku! Nyium pun gak pernah! Dan sampai malam itu, aku juga yakin waktu itu kamu ngelakuinnya semata-mata karena kamu khilaf!!" Sivia terus mengatakan semua yang ada dihatinya dengan menatap alvin tajam!

Alvin diam. Mendengarkan semua ucapan sivia. Alvin tidak pernah menganggap sivia bukan istrinya setelah mereka menikah. Saat malam yang dimaksud sivia, sungguh alvin melakukannya karena benteng pertahanannya selama setahun lebih hidup dengan sivia tanpa menyentuh sivia telah runtuh. Dan setelah malam itu, alvin bahkan terus menahan diri untuk tidak menyentuh sivia lagi karena alvin selalu ingat saat malam itu sivia menangis kesakitan. Sungguh Alvin hanya tidak ingin membuat sivia menangis kesakitan. Dan semua kenyataan itu membuat alvin semakin yakin ia telah mencintai sivia sejak lama. 

"Vi.." Alvin mengulurkan tangannya mencoba menyentuh pipi sivia tetapi istrinya itu langsung menepis kasar.

"Tunggu apa lagi? Cepet pergi dari sini!" Bentak sivia membuat alvin semakin menyesal. Membuat alvin semakin takut. Apakah ia terlambat? 

"Vi, aku.. Aku cinta sama kamu vi.. Maafin aku.. Aku nyesel..." Tatapan alvin melembut. Diraihnya pipi sivia membuat sivia menatapnya.

"Maaf aku gak pernah sadar sama perasaan aku selama ini.. Aku gakmau kamu pergi, setiap hari aku mikirin kamu, khawatir tentang keadaan kamu, dan cemburu setiap liat kamu sama cowok lain! Aku cinta sama kamu vi.. Aku cinta sama kamu..." Alvin mengucapkan berkali-kali.

Sivia mematung. Apakah yang ada dihadapannya ini nyata? Alvin.......mengatakan cinta?

Baru saja sivia akan naik keatas awan, tetapi sivia buru-buru mencegahnya. Tidak boleh. Ia tidak boleh terlalu melayang dengan kata-kata alvin. Sivia takut akan dihempaskan kembali.

"Kamu gak usah terlalu khawatirin aku. Apalagi sampe nyatain cinta palsu. Sekarang ada gabriel. Gabriel yang baik dan cinta sama aku. Aku yakin dia bisa jadi ayah yang baik dan bisa nganggep anakku seperti anaknya sendiri..."

Alvin mendelik mendengar ucapan sivia. Anak??

Sedangkan sivia langsung menutup mulutnya. Yatuhan, apa yang baru saja ia katakan! Bagaimana bisa ia mengatakannya kepada alvin! 

"A..apa vi? Anak??" Alvin menatap sivia meminta penjelasan. Tapi sivia buru-buru mendorong alvin.

"B..bukan! Udahlah sekarang lo pergi dari sini. Kita ketemu di pengadilan!" Sivia kembali berseru. Menyembunyikan rasa paniknya. Tapi alvin kembali meraih wajah sivia. Menatap sivia penuh sayang.

"Kamu hamil? kenapa kamu gak bilang vi.." Alvin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Bayangkan! Sivia tengah mengandung anaknya!

Sivia menyerah. Percuma menutupi semuanya. Bagaimanapun juga alvin adalah ayah anak ini.

"Untuk apa? Aku tau kamu gak pernah mengharapkan anak ini. Anak ini bakal semakin bikin kamu terkekang.." 

"Kata siapa vi?! Asal kamu tau, aku seneng banget sekarang. Kamu ngandung anak aku vi! Anak kita.." Alvin tersenyum lebar dan memeluk sivia begitu saja.

Senang? Benarkah alvin senang? Sungguh sivia tidak bisa mempercayainya.

"Vin berhenti.. Aku gaktau maksud kamu bersikap kayak gini tapi aku tau kamu cuma akting.! Jadi berhenti berpura-pura dan pergi dar sini!" Sivia mencoba mendorong alvin tetapi lelaki itu memeluknya terlalu kuat! Hingga sivia merasakan pundaknya basah. Ada air menetes disana. Tidak! Tidak mungkin alvin menangis!

"Vii.. Aku mohon beri aku kesempatan.. Aku tau selama ini aku selalu bikin kamu sakit.. Aku bakal tebus semua kesalahan aku vi.. Aku janji.. Aku cinta sama kamu vi.. Beri aku kesempatan buat jadi suami kamu dan jadi ayah anak kita.. Aku mohon.." Suara alvin bergetar! Yatuhan, apa benar alvin menangis??

Alvin melepas pelukannya dan menyentuh kedua pipi sivia lembut. Menatap sivia penuh kasih sayang dengan matanya yang basah. Jadi alvin benar menangis? Untuknya?? Sivia benar-benar tidak bisa percaya! Tetapi yang ada dihadapannya kini nyata.

"Aku mohon.." Alvin menatap sivia sungguh-sunguh. Sivia tidak bisa berbohong bahwa ia melihat kesungguhan dimata alvin. Sivia mendesah. Sungguh bersyukur semangatnya selama ini ternyata membuahkan hasil. Alvin mencintainya!

Sivia mengangguk dan perlahan tersenyum. Alvin merasa akan pingsan begitu leganya melihat anggukan dan senyuman sivia itu. Ternyata ia belum terlambat! Alvin langsung menarik sivia kedalam pelukannya kembali. Tidak henti-hentinya terus mengucap syukur.

Alvin melepas pelukannya dan menatap wajah sivia. Sungguh ia merindukan sivia! Perlahan ia menundukkan wajahnya hingga bibirnya menyentuh bibir sivia. Alvin mencium sivia lembut...

Alvin melepaskan ciumannya dan menatap wajah sivia yang sekarang muncul semburat merah dipipinya. Cantik sekali istrinya! Dan bodohnya ia telah berkali-kali menyakiti istrinya ini.

Alvin mengelus pipi sivia lembut.

"I love you..." Bisik alvin sekali lagi. Sivia tidak bisa menyembunyikan senyumannya merasakan bahagia yang amat sangat. Ia kira ini hanya ada dalam mimpinya. Dan selamanya akan hanya ada dalam mimpi. Tapi ternyata semua mimpinya menjadi nyata...

* * *

Sivia membuka matanya yang sebenarnya masih lelah. Ia melihat kesamping. Alvin masih disini, masih memeluknya. Sivia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi alvin. Lagi-lagi sivia mengembangkan senyumnya. Tidak henti-hentinya ia mengucap syukur. Sivia memajukan wajahnya dan mengecup bibir alvin singkat.

Tiba-tiba mata alvin bergerak. Sivia pun buru-buru melepas tangannya dari pipi alvin sebelum alvin bangun.

Alvin bangun dan langsung menatap sivia.

"Kenapa berhenti?" Tanya alvin kembali meraih tangan sivia dan menyentuhkannya kepipinya.

Wajah sivia langsung memerah. Apakah alvin sudah bangun daritadi? Jadi apakah alvin tau semua yang ia lakukan barusan? Ah memalukan!

"Kamu gak kerja?" Tanya sivia sengaja mengalihkan pembicaraan. 

"Aku mau disini seharian... sama kamu.." Alvin memeluk sivia semakin erat. Mempersempit jarak diantara mereka. Sivia tersenyum. Ini benar-benar seperti mimpi. Tapi tiba-tiba pikirannya tertuju pada............... Shilla.

"Em, shilla..."

"Aku bakal secepetnya ngomong ke shilla. Dan kamu tau, aku ngerasa bodoh banget gak bisa bedain obsesi sama cinta. Gara-gara kebodohan aku itu, aku hampirrr kehilangan kamu.." Kata alvin cepat. Sivia tersenyum lega.

"Oke aku tunggu.." Kata sivia.

"Dan soal perceraian... Kamu bakal batalin kan?" Tanya alvin menatap sivia memohon. Dan alvin begitu lega melihat sivia mengangguk. 

Syukurlah..
Sungguh alvin sangat bersyukur. Istrinya sangat baik. Alvin telah menyakitinya berkali-kali. Tetapi sivia dapat memaafkan dan memberi kesempatan lagi kepada alvin. Alvin berjanji dalam hati, ini terakhir kalinya ia menyakiti sivia..........


>>>>><<<<< 


Shilla berkali-kali mengeluarkan kaca kecil yang selalu ada didalam tasnya untuk melihat penampilannya. Hari ini begitu mengejutkan untuk shilla. Pagi-pagi sekali ia mendapat pesan dari cakka untuk bertemu. Dan disinilah ia sekarang. Shilla sudah duduk di tempat makan dimana cakka janjikan.

Sebenarnya dari kemarin malam shilla bingung karena alvin begitu saja dan tidak ada kabar sampai sekarang. Tetapi sekarang ia tidak memperdulikan apapun selain bertemu cakka. Ia yakin cakka ingin menemuinya untuk menjadikan shilla kekasihnya lagi. Mungkin cakka sangat menyesal telah mencampakkannya tanpa sebab. Dan tentu saja shilla akan menerima cakka kembali dengan senang hati. Dan shilla tentu akan meninggalkan alvin lagi demi cakka.

Shilla tersenyum lebar melihat cakka masuk ke tempat makan itu dan berjalan kearah tempat duduk shilla.

"Hai." Cakka menyapa dan tersenyum membuat wajah shilla memerah seketika.

"Hei.." Shilla balas tersenyum. Cakka pun duduk dihadapan shilla.

"Ada apa?" Tanya shilla langsung. Rupanya ia sudah tidak sabar mendengar ungkapan cinta dan menyesal dari cakka.

"Oke gue langsung aja.. Apa hubungan lo sama alvin?" Tanya cakka. Shilla tersenyum. Ah ternyata ia berhasil membuat cakka cemburu saat di dufan waktu itu.

"Alvin masih cinta sama gue, dan gue cuma ngasih dia kesempatan.." Jawab shilla.

"To the point aja. Lo balikan sama shilla? Jadi alvin sama via udah cerai?" Tanya cakka penasaran.

"Ce..cerai? Alvin sivia cuma sahabatan kka.." Shilla bingung dengan kata-kata cakka. Cakka jadi merasa ada yang tidak beres.

"Jangan bilang lo gaktau kalau alvin sama sivia suami istri..." Cakka menatap shilla melihat reaksi perempuan itu. Dan benar saja shilla terlihat terkejut.

"G..gak mungkin.. Gue tinggal sama alvin sekarang. Dan gak mungkin alvin menikah sama sivia." Kata shilla tidak sadar membuat cakka geram. Bagaimana bisa shilla tinggal dirumah alvin! Pantas saja sivia terlihat sedih saat bertemu mereka.

"Gue gak habis pikir sama lo! Kenapa sih lo daridulu bikin sivia sakit hati! Padahal sivia selalu baik sama lo!" Cakka berkata sambil menggertakkan giginya menakan amarah.

"A..apa maksudnya kka...?" Shilla benar-benar tidak tahu maksud kata-kata cakka. Daridulu? Bikin sivia sakit hati??

"Sivia cinta sama alvin daridulu. Sampai lo dateng dalam persahabatan mereka dan sivia dengan baik hatinya malah bantu kalian bersatu! Dan asal lo tau, gue deketin lo cuma karena bales alvin yang bego! Dia bego milih lo yang jelas-jelas sivia jauuh lebih baik dari lo!!" Bentak cakka mengeluarkan semua unek-uneknya. Shilla langsung menutup mulutnya tidak percaya dengan semua yang cakka katakan.

"Dan gue enek tiap liat lo yang kegenitan! Lo kira gue tertarik sama lo? Gak sama sekali! Cuma sivia yang ada dihati gue.! Dan gue bener-bener gakbisa maafin lo nyakitin sivia lagi!" Cakka berdiri dan langsung pergi meninggal shilla yang mematung ditempat duduknya. Jadi........... Cakka tidak pernah tertarik dengannya? Tidak pernah mencintainya? Cakka melakukannya untuk sivia??

Sivia...
Jadi cewek itu cinta sama alvin? Daridulu? Sok kebaikan dengan membantu hubungannya dan alvin? Ingin sok baik didepan cakka eh? Dan sekarang akhirnya shilla yang sakit! 

Sivia dan alvin sudah menikah?
Shilla tersenyum sinis menyadari mungkin saja kehadirannya membuat hubungan mereka retak. Yah itu bagus. Walaupun cakka pergi, masih ada alvin. Ia takkan memberikan alvin kepada sivia. 

Ah sivia. Kenapa bisa perempuan biasa-biasa seperti dia bisa dicintai begitu dalamnya oleh cakka!

* * *

Gabriel keluar dari mobilnya dan berjalan melewati halaman rumah kontrakan sivia. Ia sudah membawa susu untuk ibu hamil dan buah-buahan untuk sivia. Gabriel mengetuk pintu rumah dengan tidak henti-hentinya menyunggingkan senyum mengingat kemarin sivia seakan memberinya kesempatan. Dan gabriel tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Baru saja gabriel akan mengetuk pintu kembali, pintu sudah terbuka dan menampakkan alvin berdiri dihadapannya. Senyum gabriel lenyap. Tiba-tiba ia merasakan firasat buruk.

"Mana sivia?" Tanya gabriel. Alvin malah tersenyum.

"Ada apa pagi-pagi udah nyari istri gue?" 

"Sebentar lagi mantan istri, alvin. Gue gak ada urusan sama lo. Mana sivia?!" Gabriel mulai naik darah melihat alvin yang terus tersenyum seolah mengejek.

"Gabriel.." Terdengar suara dari belakang alvin. Alvin dan gabriel pun menoleh melihat sivia yang berjalan menghampiri mereka.

"Hai vi.. Ini buat kamu.." Gabriel langsung tersenyum menyerahkan tas plastik berisi susu dan buah-buahan. Alvin sampai kagum melihat ekspresi gabriel yang bisa berubah cepat. Baru saja ia menampakkan wajah garang ke alvin dan sekarang gabriel sudah menampakkan wajah manis ke sivia, istrinya.

"Makasih yel.. Seharusnya lo gak usah repot-repot terus gini.." Sivia menerima tas plastik itu dengan tidak enak. Gabriel sendiri memang selalu memaksa sivia dulu untuk menerima pemberiannya. Gabriel selalu berkata bahwa sivia memerlukannya untuk gizi bayinya.

"Ya lo gak usah repot-repot lagi gabriel.. Sebentar lagi sivia balik kerumah dan gue yang bakal jaga dia.." Alvin memeluk pinggang sivia posesif. Gabriel mengepalkan tangannya menahan amarah. Tentu saja gabriel tahu dari sikap alvin dan sivia bahwa mereka sudah baikan. Gabriel menghela nafas. Ia harus bahagia dengan kabar baik ini. Sivia sudah kembali dengan alvin. Sivia terlihat sangat bahagia. Dan inilah yang lebih gabriel inginkan daripada mendapatkan sivia. Ya, gabriel lebih bahagia melihat sivia bahagia.

"Ohya? akhirnya.." Gabriel tersenyum menatap sivia. Sedangkan sivia langsung merasa tidak enak. Baru saja kemarin gabriel mengatakan cinta dan sivia pun memberi kesempatan. Sekarang ia merasa sangat jahat menyakiti gabriel.

"ah tapi lo harus sering-sering main yaa!" Sivia meraih tangan gabriel dan tersenyum. Gabriel balas tersenyum.

"Tentu aja. Gue bakal sering kesana buat ngawasin lo. Awas aja kalau alvin nyakitin lo lagi, gue langsung bawa lo pergi dari dia!" Gabriel dan sivia cekikikan sedangkan alvin langsung mendelik.

"Mana bisa gitu! Sivia milik gue dan gue gak akan nyakitin dia lagi! Jadi lo gak perlu repot-repot bawa dia pergi." Alvin semakin menarik pinggang sivia mendekat.

Gabriel dan sivia malah semakin cekikikan melihat alvin yang seperti anak kecil yang mudah tersulut emosinya.

* * * 

Shilla langsung tersenyum lebar mendengar suara mobil alvin. Sudah berjam-jam ia duduk disofa menunggu alvin pulang. Shilla pun berlari menyambut alvin.

"Sayaang!" Shilla langsung memeluk alvin erat. 

"Kamu kemana aja? Kenapa gak ada kabar? Aku khawatir tauuuu..." Shilla memeluk alvin manja. Sedangkan alvin langsung mendorong shilla pelan untuk melepas pelukannya.

"Ada yang mau aku omongin shill.." Tiba-tiba saja perasaan shilla tidak enak. Shilla menatap alvin was-was.

"A..ada apa vin?" Tanya shilla.

"Maaf aku gak bisa terus pertahanin kamu dirumah ini. Sebenernya ini rumah aku sama sivia. Dia istri aku. Dan...... Maaf aku khilaf. Aku pikir aku masih cinta sama kamu. Tapi sekarang aku sadar ternyata aku terlalu terobsesi sama kamu. Sampai aku gak sadar sama perasaan aku ke sivia. Sivia yang aku cinta shill.. Maaf buat semuanya.." Alvin berkata semuanya tanpa memberi shilla kesempatan untuk menyela. Seolah tidak sabar untuk menyelesaikan masalahnya dengan shilla agar ia bisa melanjutkan pernikahannya dengan sivia.

"Vinn.. Enggak! Kamu gak reobsesi sama aku! Kamu cinta sama aku vinn..." Shilla mencoba memeluk alvin tapi buru-buru alvin hentikan.

"Shil, maaf.. Bener-bener minta maaf. Aku cuma cinta sama sivia..." Kata alvin lagi.

Plakkk!!!

"Kamu jahat!!" setelah menampar alvin dengan kerasnya, shilla langsung berlari pergi. Alvin menatap kepergian shilla penuh rasa bersalah. Tapi memang ia harus melakukannya. 

* * *

Shilla sudah berdiri didepan rumah kontrakan sivia. Kemarin ia mengirim pesan ke sivia dan meminta alamat dengan alasan ingin meminta maaf. Shilla pun mengetuk pintu kontrakan sivia. Tidak lama sivia sudah membuka pintunya.

"Ah shilla.. Ayo masuk shil.." Sivia membuka pintunya lebih lebar mempersilahkan shilla masuk. 

"Jangan sok baik deh lo!" Sivia sangat kaget karena shilla tiba-tiba saja mendorongnya.

"M..maksud lo apa shill?" sivia mencoba bangun. Sedangkan shilla tidak sengaja melihat kotak susu ibu hamil diatas meja. Jadi sivia hamil? Ah tiba-tiba shilla mempunyai ide yang brilliant. Sivia sudah menghancurkan hatinya dengan merebut kedua lelaki yang shilla cintai. Dan sekarang giliran shilla yang menghancurkan sivia!

Shilla mendorong sivia lebih kuat dan melayangkan kakinya siap menendang perut sivia tapi brakk! Dirinya terlempar dan menubruk meja. 

"Apa yang lo lakuin?!!" shilla dan sivia melihat ke pintu dimana cakka sudah berdiri disana dan telah mendorong shilla keras, begitu emosi melihat shilla menyakiti sivia.

"Aahhhh!!! " Shilla langsung bangun dan mencocba menyakiti sivia lagi tapi cakka buru-buru menahan shilla.

"Lo apa-apaan sih shil!!" Cakka menatap shilla murka. Mencengkeram tangan shilla kuat.

"Gue benci sama sivia!! Lo bikin gue hancur vii!! Setelah cakka yang cinta sama lo dan sekarang alvin ninggalin gue demi lo!!! Biar gue bunuh bayi lo!!!" Shilla berteriak-teriak ingin menerjang sivia yang sudah terpojok tapi shilla tidak bisa lepas dari cengkeraman cakka.

"Lo gila!!" Cakka menarik shilla keluar. Sedangkan diluar alvin yang baru datang bingung melihat cakka menarik shilla kasar. Tiba-tiba alvin merasakan firasat buruk.

"Temuin sivia. Biar gue bawa cewek gila ini!" Cakka berkata ke alvin dan membawa shilla pergi entah kemana. Dalam pikiran cakka hana memawa shilla jauh dari sivia.

Alvin semakin khawatir mendengar suara tangisan sivia. Alvin langsung berlari menghampiri sivia yang terduduk dilantai dengan penampilan acak-acakan.

"Via.. Tenang.. Kamu udah aman sayang.." Alvin memeluk sivia erat. Alvin merasakan tubuh sivia bergetar. Alvin tidak tau apa yang telah shilla lakukan tapi yang pasti shilla membuat sivia takut.

Sivia balas memeluk alvin erat. Ia begitu takut apalagi saat shilla akan menendang perutnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi cakka tidak datang pada waktu yang tepat. Memikirkannya membuat sivia menangis semakin kencang.

* * *

"Alviaa! Jangan lari-lari sayang.." Sivia mencoba mengejar puteri kecilnya yang baru berusia lima tahun. Sivia dan alvin sengaja membawa puteri kecil mereka liburan tahun baru di pulau dewata bali. Dan sekarang mereka sedang ada dipantai.

"Udah sayang biarin.." Alvin menahan sivia yang akan berdiri untuk mengejar alvia membuat sivia kembali duduk.

Alvin merangkul sivia sedangkan sivia meletakkan kepalanya dibahu alvin. Mereka tersenyum melihat alvia yang sekarang bermain-main dengan pasir.

Yah, setelah kejadian shilla yang akan melukai sivia, alvin langsung membawa sivia kembali kerumah. Tidak lama kemudian mereka mendapat kabar shilla pergi keluar negeri. Sedangkan gabriel masih sering mengunjungi rumah mereka dan bermain bersama alvia. Begitu juga cakka, di sela-sela kesibukannya cakka meluangkan waktu untuk mengajak alvia jalan-jalan.

Sivia menghela nafas. Ia begitu bahagia. Dulu kisahnya begitu rumit dan hampir membuatnya menyerah. Tetapi sekarang ia bisa hidup bahagia dengan suami dan puteri tercintanya. Andaikan saja ini sebuah dongeng, sivia sudahh menuliskan 'Happily Ever After' di akhir kisahnya ini.

 
-THE END-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar