Title : If You Earn Me
Author
: Rosita Dinni
Genre
: Romance
Cast
: Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
Sivia berjalan menuju ruang tamu dengan gugup. Dan benar, alvin memang berada disana. Sivia pun berjalan mendekat dan langsung menyerngitkan keningnya melihat majalah yang sedang alvin baca.
“Aku gak tau kamu suka baca majalah fashion cewek.” Kata sivia sambil duduk di sofa dekat alvin. Alvin terlihat terkejut saat mendengar suara sivia. Ia semakin terkejut melihat majalah yang ia pegang.
“Tadi diatas meja.” Jawab alvin langsung meletakkan kembali majalah itu diatas meja. Sivia hanya tersenyum mendengarnya. Dan beberapa menit pun mereka isi dengan kediaman. Mereka sama-sama gugup setelah kejadian di kamar sivia barusan.
“Maaf.” Kata alvin mulai membuka suara.
“Kenapa?” tanya sivia.
“Aku tadi udah ngetuk pintu tapi gak ada jawaban. Jadi aku main masuk aja. Maaf.” Kata alvin.
“Iya, lupain aja.” Kata sivia sambil menundukkan wajahnya, salah tingkah. Dan mereka pun kembali membisu.
“Oh ya, kamu darimana aja? Aku telpon gak diangkat. Aku bbm juga gak dibales.” Tanya alvin yang ingat tujuannya kesini.
“Kan kemarin udah tau, pagi ini aku jogging sama ify. Aku tadi gak bawa hp.”
“Kenapa lama banget?”
“Tadi ketemu temen lama. Jadinya ngobrol-ngobrol dulu.” Kata sivia. Alvin pun hanya mengangguk mendengar jawaban sivia. Setidaknya ia merasa lega, ia sempat mengira kalau sivia sengaja tidak menerima telponnya.
“Oh ya, hari ini gak ada rencana lagi?” tanya alvin.
“Enggak ada. Kenapa?”
“Yaudah yuk.” Kata alvin langsung saja berdiri dan menarik tangan sivia.
“Kemana?” tanya sivia bingung.
“Udah ikut aja.”
“Tapi aku belum ganti baju. Lagian aku gak bawa apa-apa!” protes sivia tapi alvin terus saja menggandeng sivia keluar rumah.
“Udah cantik kok.” Kata alvin mengedipkan sebelah matanya. Sivia hanya mendengus lalu duduk di boncengan alvin.
Seperti biasa, alvin menarik tangan sivia agar melingkar manis di perutnya sebelum akhirnya melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata.
* * *
Sivia melepaskan pelukannya dari perut alvin setelah alvin memelankan laju motornya. Sivia melihat sekeliling dan baru sadar mereka baru saja memasuki salah satu kawasan elite di Ibu Kota. Tidak lama kemudian motor alvin berhenti tepat di depan rumah mewah yang tertutup oleh gerbang besar. Alvin menekan bel motornya dan tidak lama kemudian dua orang satpam langsung membukakan gerbang besar itu. alvin pun kembali melajukan motornya hingga berhenti di halaman rumah.
Sivia turun dari motor alvin begitu motor itu berhenti. Sivia melihat sekelilingnya sambil menunggu alvin memarkirkan motor dan melepas helm.
“Ayo.” Kata alvin langsung saja menggandeng tangan sivia.
“Vin, ini rumah siapa?” tanya sivia penasaran.
“Udah diem aja.” Kata alvin tetap menggandeng sivia memasuki rumah itu tanpa permisi. Sivia pun hanya menurut.
“Kamu duduk sini dulu.” Kata alvin. Sivia mengangguk dan duduk di sofa yang ada di ruang tamu. Sedangkan alvin langsung saja memasuki rumah itu dengan santai. Apa ini rumah alvin? Batin sivia sambil melihat sekelilingnya. Rumah ini sangat mewah apalagi barang-barangnya yang terlihat sangat mahal. Juga halaman rumahnya tadi yang sangat luas, bahkan sekitar lima kali lipat halaman rumah sivia.
“Wah ini yang namanya sivia?” sivia sontak menoleh dan cukup kaget melihat seorang wanita cantik yang berjalan menghampirinya. Tidak lama kemudian alvin menyusul di belakang wanita itu.
“I…iya tante.” Kata sivia sambil berdiri gugup.
Ira menatap sivia dari atas sampai bawah membuat sivia semakin gugup. Apalagi mengingat ia tidak diberi waktu alvin untuk berganti pakaian sehingga ia hanya mengenakan kaos dan celana jeans biasa.
“Kamu cantik sekali sayang.” Kata ira tersenyum memandang sivia.
“Te…terimakasih tante.” Kata sivia semakin gugup. Sivia yakin itu tadi adalah sindiran halus. Bagaimana mungkin ia terlihat cantik dengan penampilan seperti ini. Sivia sadar, ia berdandan saja tidak bisa se-cantik mantan-mantan alvin apalagi dengan penampilan biasa seperti ini.
“Vi, ini mama aku. Ma, ini sivia pacar alvin.” Kata alvin yang kini sudah berdiri di samping sivia sambil merangkul pundak sivia yang terasa kaku karena nervous .
“Saya sivia tante.” Kata sivia menyalami mama alvin dengan gugup. Sedangkan ira malah terus tersenyum melihat sivia.
“Oh ya, kamu tunggu disini sebentar.” Kata ira masuk ke dalam rumahnya meninggalkan sivia dan alvin di ruang tamu.
“Kenapa gak bilang kalau mau ke rumah kamu?!” kata sivia langsung mencubit lengan alvin kesal.
“Emang kenapa?”
“Kenapa? Kamu sengaja ya bikin malu aku di depan mama kamu?!” Alvin jadi panik melihat mata sivia yang berkaca-kaca.
“Malu kenapa sih vi? Kamu kenapa??” tanya alvin bingung.
“Kenapa kamu gak bilang kalau mau ke rumah kamu? Aku gak ganti baju, aku gak dandan, aku malu sama mama kamu!” kata sivia semakin berkaca-kaca.
“Yaampun vi, kenapa harus malu? Kamu cantik kok. Cantik banget malah.” Kata alvin mengusap pipi sivia lembut. Tapi tentu saja sivia tidak percaya sama sekali. Ia sadar dan benar-benar sadar ia tidak cantik apalagi se-cantik mantan-mantan alvin!
“Cantik apanya! Aku bahkan gak ada apa-apanya dibanding mantan-mantan kamu!”
“Mantan-mantan apa sih vi? Kamu paling cantik di mata aku. Udah santai aja sama mama aku.” Alvin mengelus kepala sivia lembut. Ia tidak tahu kalau sivia sudah melihat macam-macam mantan pacarnya. Tapi alvin tidak bohong, sivia paling cantik baginya.
“Heei ini kebetulan tante baru beli kue banyaak.” Tiba-tiba mama alvin datang dengan membawa kue banyak sekali. Sedangkan di belakangnya ada seorang pembantu membawa minuman.
“Kamu suka rasa apa? Coklat? Keju? Atau strawberry?” tanya mama alvin meletakkan kue itu diatas meja.
“Via suka coklat.” Kata alvin menjawab.
“Yaudah ayo dimakan sayang. Ini juga ada jus jeruk.” Kata ira duduk di samping sivia dan menawarkan kue-kue itu.
“Iya… terimakasih tante.” Kata sivia tersenyum. Alvin yang melihatnya pun ikut tersenyum.
* * *
Alvin duduk di anak tangga sambil memakan apel yang baru saja ia ambil dari kulkas. Ia melihat sivia dan mamanya sedang asyik mengobrol sambil membuka-buka majalah di ruang keluarga. Ia memang lega sivia tidak lagi canggung bersama mamanya. Bahkan kini ia merasa ditelantarkan oleh keduanya. Pacar dan mamanya seakan melupakan dirinya. Mereka kini sedang asyik mengobrol tentang urusan perempuan yang membuat alvin tidak bisa bergabung.
Sedangkan sivia dan ira kini sedang membuka-buka majalah fashion sambil sesekali memakan kue kering yang ada di meja. Sivia tidak bosan-bosannya mendengar penjelasan ira tentang fashion. Sivia memang tidak mengerti masalah fashion. Ia hanya asal memilih pakaian yang menurutnya bagus tanpa tau trend saat ini. Berbeda dengan mama alvin yang sangat mengerti tentang fashion.
“Kapan-kapan kamu main ke butik tante deh. Ada baju-baju baru yang kayaknya cocok banget buat kamu.” Kata ira.
“Wah, boleh tante?”
“Ya boleh dong. Gimana kalau besok?”
“Yah, besok kuliah tante.” Ira mengerutkan keningnya mendengar kata sivia.
“Kuliah? Kamu udah kuliah?” tanya ira.
“Iya tante.” Jawab sivia.
“Yaampun, tante kirain kamu satu sekolah sama alvin. Tapi kamu kuliah di Universitas Cendrawasih juga?”
“Enggak tante, via kuliah di Universitas Airlangga.”
“Universitas Airlangga? Bukannya jauh dari sekolah alvin kan? Terus kalian bisa kenal darimana?” tanya ira penasaran juga. Sebenarnya ia tidak menyangka sivia sudah kuliah.
“Adik via yang sekolah di SMA Cendrawasih tante.”
“Oh, adik kamu temennya alvin?”
“Em, bukan. Adik via baru kelas 10 tante. Adik kelasnya alvin.”
“Terus kok kalian bisa kenalan?” ira terus bertanya ke sivia. Ia sangat antusias bertanya tentang kisah cinta putra bungsungnya yang memang sangat tertutup. Apalagi mengingat sivia ini gadis pertama yang alvin perkenalkan kepadanya membuat ira yakin sivia sangat special bagi alvin. Itulah yang membuat ira menjadi sangat penasaran.
“Waktu itu via jemput adik via ke sekolahnya. Terus ketemu deh sama alvin.” Kata sivia dengan wajah sedikit merah menceritakan awal pertemuannya dengan alvin. Ira yang melihatnya pun ikut tersenyum.
“Oh gitu. Oh ya, rumah kamu dimana sayang?” tanya ira.
“Di Taman Indah Regency, tante.”
“Wah butik tante juga ada di deket situ sayang.”
“Oh ya? Wah asik dong!”
“Iya. Yaudah besok kamu pulang jam berapa?”
“Sekitar jam satu siang tante.”
“Yaudah tante jemput di kampus kamu gimana?”
“Gak usah tante, malah ngerepotin. Lagian via bawa mobil sendiri kok. Emang butik tante di daerah mana? Biar sepulang kuliah via langsung kesana.” Ira pun memberikan alamat butiknya yang ada di daerah rumah sivia. Yah, sebenarnya ia memiliki beberapa cabang butik di Ibu Kota ini.
“Ma, ada telpon.” Ira dan sivia pun sontak menoleh ke arah alvin yang baru saja duduk di samping sivia.
“Dari siapa?” tanya ira.
“Papa.” Ira pun langsung berdiri setelah mendengar jawaban alvin.
“Sebentar ya sivia, tante angkat telpon dulu.” Kata ira lalu berjalan pergi.
“Yuk.” Kata alvin yang sudah berdiri lagi sambil menarik tangan sivia agar ikut berdiri.
“Kemana?” alvin tidak menjawab pertanyaan sivia dan langsung saja menggandeng sivia menaiki tangga. Sedangkan sivia pun hanya diam mengikuti alvin hingga mereka masuk ke salah satu kamar di lantai dua.
“Ini kamar kamu?” tanya sivia.
“Yep.” Kata alvin menggandeng sivia hingga mereka duduk di tepi kasur. Sivia mengamati kamar alvin dengan seksama. Kamar alvin cukup besar, mungkin luasnya dua kali lipat dari kamar sivia. Cat kamar alvin berwarna abu-abu terang, senada dengan bed cover alvin yang juga berwarna abu-abu sedikit lebih gelap. Kamar alvin bisa dibilang cukup rapi untuk ukuran kamar cowok. Ah, sivia bahkan tidak pernah masuk ke kamar cowok selain kamar ray. Jadi lebih tepatnya kamar alvin lebih rapi dibanding kamar ray.
“Ngapain kesini?” tanya sivia akhirnya.
“Biar gak di ganggu mama.” Kata alvin langsung saja memeluk sivia dari samping.
“Alvin! Apaan sih.” Sivia mencoba melepaskan lengan alvin yang memeluknya. Tentu saja dengan wajah yang memerah.
“Kangen.” kata alvin malah mengencangkan pelukannya. Benar, ia memang merasa sangat kangen dengan pacarnya ini. Itulah yang membuat alvin sampai ke rumah sivia pagi-pagi karena sivia tidak kunjung menerima telponnya.
Sivia pun tidak lagi mencoba melepaskan pelukan alvin dan memilih diam. Jujur, sivia sendiri juga sering merasa ingin sekali bertemu dengan alvin walaupun mereka baru ketemu beberapa jam lalu. Yah walaupun terdengar aneh, apalagi mengingat mereka lebih sering bertengkar saat bertemu tapi itulah kenyataannya.
“Alvin, udah ah.” Kata sivia setelah merasa alvin sudah cukup lama memeluknya. Alvin pun melepaskan pelukannya.
“Oh ya, kamu udah makan?” tanya alvin.
“Belum sih.”
“Yaudah kamu tunggu disini. Aku ambil makanan bentar.” Kata alvin yang langsung berjalan keluar dari kamarnya sebelum sivia sempat menolak.
Sivia pun akhirnya memilih melihat-lihat isi kamar alvin. Tidak ada yang aneh dari kamar alvin. Hingga sivia tertarik dengan foto-foto yang di temple di salah satu sisi tembok kamar alvin. Sivia pun berjalan mendekat dan melihat-lihat foto-foto itu. sivia tersenyum melihat alvin yang ternyata sangat narsis. Banyak foto alvin bersama sahabat-sahabatnya, Cakka, Sion dan Rio. Juga ada foto alvin bersama mama dan papanya. Sivia mengerutkan keningnya begitu melihat foto alvin yang sedang merangkul seorang cewek. Mungkin saat itu alvin masih SMP karena alvin terlihat lebih pendek dan kurus dari sekarang. Yang membuat sivia penasaran adalah cewek yang bersama alvin itu. karena memang tidak hanya ada satu foto alvin bersama cewek itu. Ada sekitar lima foto alvin bersama cewek itu. Apa ini kakaknya alvin? Batin sivia menebak. Karena yang sivia tahu adalah alvin mempunyai seorang kakak.
“Vi, ayo makan.” Sivia menoleh begitu mendengar suara alvin. Dan benar, alvin sedang meletakkan nampan berisi makanan diatas meja di dekat kasurnya.
“Kakak kamu cantik banget.” kata sivia berjalan menghampiri alvin. Sivia pun duduk di karpet bawah dan bersandar di kasur alvin.
“Kakak?” tanya alvin.
“Cewek di foto itu kakak kamu kan?” Sivia malah balik bertanya sambil menunjuk foto yang menempel di tembok kamar alvin. Ia memang tidak tahu kakak alvin. Tapi kalau bukan kakak alvin, lalu siapa?
“Oh, iya.” Kata alvin setelah melihat foto yang sivia maksud.
“Yaudah makan yuk.” Kata alvin. Sivia mengangguk dan mereka pun makan bersama sambil sesekali bercanda.
* * *
Alvin tiduran sambil menatap langit-langit kamarnya. Ia menoleh ke samping dan langsung mengambil guling yang ada di sampingnya. Alvin memeluk guling itu sambil menghirup nafas dalam-dalam. Ia semakin tersenyum begitu mencium wangi parfum sivia ternyata masih tertinggal disana. Yah, sesudah makan tadi mereka sempat mengobrol hingga sivia tertidur di kasur alvin sambil memeluk salah satu guling alvin. Guling yang tengah ia peluk sekarang. Alvin seakan teringat sesuatu dan langsung mengambil smartphone yang tergeletak tak jauh darinya. Lagi-lagi alvin tersenyum setelah melihat wallpaper ponselnya. Disana terlihat sivia sedang tertidur dengan wajah damai sambil memeluk guling erat.
Setelah puas melihat foto-foto sivia yang ia foto diam-diam tadi, alvin pun memilih membuka aplikasi messenger dan segera mengirim pesan ke Sivia.
Alvin Jonathan:
Sayang
Alvin iseng membuka Recent Updates sambil menunggu sivia yang tidak kunjung membalas chatnya. Alvin mengerutkan kening begitu melihat salah satu contact BBMnya yang baru saja mengganti Display Picturenya. Alvin pun buru-buru membukanya.
Gabriel Steven
Changed display picture
“Sivia?” kata alvin melihat display picture teman Cakka itu. Yah, Gabriel adalah teman satu tim futsal Cakka. Alvin lumayan mengenal Gabriel karena memang mereka sudah beberapa kali bermain futsal bersama. Dan yang membuat alvin penasaran adalah, apa hubungan Gabriel dan Sivia? Kenapa Gabriel memasang foto dirinya dengan sivia? Apalagi di dalam foto itu Gabriel sedang merangkul sivia sambil keduanya tersenyum ke kamera.
Alvin semakin gelisah karena sivia tidak kunjung membalas chatnya, padahal alvin sangat penasaran ingin menanyakan ke sivia.
Alvin Jonathan:
Sayaang
Alvin Jonathan:
PING!!!
Alvin Jonathan:
PING!!!
Alvin Jonathan:
PING!!!
“Kemana sih sivia?!” kata alvin kesal. Alvin pun langsung mencari contact Ray.
Alvin Jonathan:
Sivia ngapain?
Lagi-lagi alvin iseng membuka Recent Update sambil menunggu balasan ray. Dan alvin semakin kesal melihat Gabriel yang kini mengganti lagi display picturenya. Kini Gabriel memasang foto Sivia sendiri yang tersenyum manis ke kamera.
“Apa-apaan sih ini?!” Alvin merasa sangat kesal melihat cowok lain yang memakai foto sivia sebagai display picturenya. Alvin langsung menekan tombol back saat ada chat masuk.
Raynald Prasetya:
Udah tiduur
Alvin geleng-geleng membaca balasan dari ray. Padahal ini masih jam 8 malam dan sivia sudah tidur! Apalagi tadi siang sivia sudah tidur di kamarnya sampai sore. Dan jam 5 sore alvin baru mengantarkan sivia pulang.
Alvin pun memilih membuka laptopnya dimana ia menyimpan foto dirinya bersama sivia yang difoto oleh sion beberapa hari lalu. Alvin pun memilih beberapa foto yang menurutnya paling mesra untuk di masukkan kedalam smartphonenya. Setelah itu alvin pun memilih foto dimana ia sedang mencium kepala sivia yang sedang bersandar di bahunya sebagai display picturenya. Alvin pun tersenyum puas melihat display picture barunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar