“HAPPY ANNIVERSARRY”
Karya : Aninda Ocha
Cast : Alvin, Sivia, Shilla, Cakka
Genre: Romance,Friendship,Happyend
Sinar
matahari masuk melalui celah – celah jendela kamar itu. Sinarnya seakan
memaksa seorang gadis cantik yang masih senantiasa menikmati mimpinya.
Dan kali ini mata itu terpaksa dibukanya karna silau yang menyapa
matanya.
Setelah kesadarannya terkumpul, gadis cantik itu berjalan
menuju gorden lalu menyibak kain berwarna ungu itu. Gadis itu juga
menggeser jendela kamarnya yang disambut angin sepoi – sepoi pagi ini.
“selamat pagi.” Ucapnya senang.
Gadis bernama –Sivia- itu mengambil handphonenya yang tergeletak di kasur. Membaca pesan masuk kemudian tersenyum.
From: My Boo
Sayang... baru bangun pasti ya? :p siap – siap gih, nanti aku jemput jam 8, dandan yang cantik sayang. Morning and I Love You :*
Sivia kemudian mengetik balasannya.
To: My Boo
Kamu tau aja sayang :p haha oke sip, aku tunggu sayang :* I Love You Too {}
-
Sivia
yang sudah wangi dan bersih langsung menuruni anak tangga dan senyuman
masih tercetak di bibirnya. Sang mama yang memperhatikannya hanya ikut
tersenyum. Sudah jadi keseharian melihat Sivia tersenyum setelah bangun
tidur.
“selamat pagi mama.” Sivia mencium pipi sang mama yang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga itu.
“selamat
pagi sayang. Anak mama rapi banget, mau jalan – jalan sama Alvin ya?”
goda mama Sivia yang membuat pipi gadis itu memerah karna malu. Alvin
dan mamanya sama saja –sama-sama-suka-menggoda-.
“mama masak apa?”
“nasi
mawut. Yang pernah kita cobain waktu kita liburan ke Lombok itu, Vi.
Yang di puji habis – habisan sama papamu.” Cerocos mama Sivia. Wanita
paruh baya itu memang sangat pandai memasak. Masakan apapun yang disukai
oleh anak dan suaminya akan ia buatkan khusus untuk keluarga kecilnya
itu.
Terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah mereka.
Sivia dan sang mama sama – sama tersenyum. Keduanya berjalan kearah
pintu dan benar dugaan mereka. Alvin sudah berdiri di depan pintu.
“pagi tante. Cantik banget pagi ini.” goda Alvin. Sivia tertawa sementara sang mama memukul lengan Alvin pelan.
“kamu kok gombalin tante – tante, Vin.” Mama Sivia mengajak Alvin untuk ikut sarapan bersama.
Alvin
duduk di samping Sivia yang sudah melahap makanannya. Alvin tertawa
melihat cara makan Sivia seperti anak sd yang tidak mau makanannya
diambil orang. “papa kamu mana, Vi?” tanya Alvin.
“papa lagi
sakit. Makanya tadi mama bawain nasi sama susu ke dalem kamar.” Jawab
Sivia seadanya. Gadis itu masih menikmati sarapan paginya.
Alvin
kembali tertawa karna ada makanan yang sedikit belepotan di sudut bibir
Sivia. Laki – laki itu mengambil tisu lalu membersihkan bibir Sivia.
Gadis itu merasa pipinya sudah memerah saat ini.
“hehe, makasi sayang.”
“sama –sama sayang. Cepet gih habisin makannya, ntar jalanan keburu rame.” Suruh Alvin sambil mengelus rambut hitam Sivia.
-
-
Alvin
dan Sivia dalam perjalanan yang entah kemana karna Alvin tidak
memberitahu kemana mereka akan pergi. Setiap Sivia tanya, pasti
jawabannya Cuma ‘nanti kamu juga tau’ atau ‘udah duduk manis aja’ dan
itu cukup bikin Sivia kesal sekarang.
“sayang, jangan ngambek dong.” Bujuk Alvin.
“kamu sih nggak mau kasih tau kita mau kemana.” Sivia menikmati pemandangan luar jendela. Malas banget lihat Alvin saat ini.
“lagi bentar kita sampai kok, nanti kamu bakal tau kita kemana, sayang.”
Tak
lama Alvin memarkirkan mobilnya kemudian membukakan pintu untuk
kekasihnya yang lagi ‘ngambul’ itu. Sivia menatap taman kecil tempat
mereka sekarang tanpa berkedip. Taman ini cantik sekali, pikir Sivia.
Ada beberapa kertas origami berbentuk burung dan beberapa bunga mawar
yang kelopaknya bertaburan di atas rumput membentuk sebuah tulisan.
‘HAPPY 5 MONTH ANNIVERSARY’
“Vin... i-ini...” Sivia menggantungkan kata – katanya. Kesal, sedih dan bahagia yang dirinya rasakan sekarang.
Alvin
memeluk Sivia dari belakang. menumpukan dagunya di atas bahu Sivia.
“Happy anniversary sayang. Aku harap kamu selalu ada disamping aku dalam
kondisi apapun.” Bisik Alvin.
Sivia menangis haru. “m-makasi
sayang. Aku harap kamu juga bakal selalu ada disamping aku dalam kondisi
apapun.” Sivia membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh Alvin yang lebih
tinggi darinya. Menyalurkan semua perasaan yang ia rasakan sekarang.
“i love you, i love you more than you know.” Bisik Alvin lagi sambil mengecup puncak kepala Sivia.
Alvin melepaskan pelukan mereka. Laki – laki itu merogoh saku jaket yang ia gunakan. “ada apa, Vin?” tanya Sivia bingung.
“coba
kamu balik badan terus tutup mata kamu.” Suruh Alvin –masih merogoh
saku jaketnya- mencari sesuatu yang sudah ia siapkan 3 hari yang lalu.
Sivia
menurut kemudian membalikkan badannya membelakangi Alvin lalu menutup
matanya. Dalam hati dirinya sudah penasaran dengan kelakuan Alvin
sekarang ini. walaupun Alvin sudah sering memberi kejutan untuknya.
Sivia merasa dingin menyapa lehernya. Gadis itu membuka matanya. Mendapati sebuah kalung permata di lehernya. ‘Alvin romantis banget’ batin Sivia yang tidak mampu menyembunyikan senyum bahagianya.
“kamu bikin aku kaya cewek terbahagia di dunia ini, Vin” celetuk Sivia.
“dan aku bakal selalu bikin kamu bahagia tiap harinya, Vi”
-
-
Setelah
acara kejutan tadi, Alvin mengajak Sivia ke sebuah caffe yang tidak
terlalu jauh dari taman itu. Mereka memilih duduk di sudut caffe
tersebut yang dekat dengan jendela.
“mau pesan apa, sayang?”
“chocolate milkshake aja sayang, kamu apa?”
“chocolate milkshake sama cappucino coffe ya mbak.”
Alvin
memberi daftar menu tadi kepada pelayan yang melayani mereka. Keduanya
menatap keluar jendela yang nampak begitu ramai oleh lalu – lalang
kendaraan. Jakarta benar – benar padat, pikir mereka.
Mata Sivia
tidak sengaja menangkap seseorang yang berjalan kearah caffe ini, “itu
Shilla ‘kan?” ucap Sivia tanpa sadar. Dan benar saja, itu adalah Shilla
–sahabatnya-.
TRIINNG!!
Bel berbunyi, pertanda seorang
pelanggan baru datang. Sivia segera bangkit dan menghampiri pelanggan
itu. “ke caffe kok nggak bilang – bilang.” Sindir Sivia.
Shilla yang masih fokus dengan gadget miliknya mengangkat kepalanya. Mendapati sahabatnya yang manyun dan menatapnya kesal.
“eh, Sivia? Sama siapa kesini? Hehe, gue fikir jam segini lo belum bangun, Vi.” Tawa Shilla.
“lo
fikir gue kebo apa! Yaudah yuk nimbrung aja sama gue dan Alvin. Biar
tambah rame.” Sivia menarik atau lebih tepatnya –menggeret- Shilla ke
tempatnya tadi.
Alvin yang masih bingung dengan tingkah pacarnya
tadi tak lama tersenyum melihat Sivia bersama Shilla, “hoy Shil, lama
nggak ketemu.” Alvin mengajak Shilla ‘high-five’.
“alah, bilang aja lo kangen sama gue, Vin. Ngomong – ngomong kalian habis darimana?”
“tempat romantis, Shil.” Ucap Sivia. Pipinya tiba – tiba memerah lagi. sementara Alvin mencubit pipi pacarnya itu gemas.
“oh
iya, kalian anniv ya sekarang? Ya ampun! Selamat ya!” seru Shilla.
Sivia dan Alvin tersenyum kemudian mengucapkan ‘terima-kasih’ bersamaan.
“lo mau pesan apa, Shil? Biar gue yang traktir” tanya Alvin.
“gue cappucino coffe aja.” Jawab Shilla seadanya. Alvin memanggil seorang pelayan dan memesan kembali pesanan yang Shilla minta.
Shilla
masih fokus dengan handphonenya. Sedangkan Alvin masih asyik menatap
keluar jendela. Lalu Sivia? Gadis itu hanya mencoba untuk tenang
sekarang karna sedari tadi gadis itu terus memikirkan pesanan
Alvin-Shilla yang sama.
-
“Shil, gimana kuis lo kemaren? Lancar, ‘kan?” tanya Sivia sambil menyeruput chocolate milkshake yang ia pesan.
“yah...
lo tau sendiri gimana guru yang satu itu kalau ngajar. Demi apapun gue
rasanya pengen pindah dari sekolah itu.” Shilla memanyunkan bibirnya
kesal.
“kalau lo sampe pindah sekolah, jangan harap gue mau
ngomong sama lo lagi, Shil.” Ujar Sivia. Hanya bercanda sebenarnya. Tapi
itu cukup membuat Shilla tersedak karna kopi-nya.
“yaelah, lo
gitu aja langsung ngambek. Lo kira gue anak presiden yang bisa pindah ke
sekolah mana aja gue mau? Bisa – bisa gue di sekap dalem kamar sama
bokap – nyokap gue.”
“yaelah lo gue ngomong gitu aja langsung
keselek kopi.” Celetuk Sivia mengikuti gaya bicara Shilla sebelumnya.
Shilla hanya tersenyum kecil melihatnya.
Alvin yang hanya diam
sedari tadi akhirnya ikut nimbrung dengan kedua gadis cantik itu. Alvin
mengeluarkan beberapa candaannya yang cukup membuat suasana seru
diantara ketiganya.
“Shil, kapan lo bakal nyusul kita buat pacaran?” tanya Alvin.
Shilla menatap kesal kearah Alvin, “santai aja kali. Yang pacaran juga gue, kenapa jadi lo yang ngebet?”
Alvin
tertawa puas menggoda Shilla yang memasang wajah cemberut andalannya.
Selalu begitu, pikir Sivia. Jika Alvin dan Shilla bertemu tidak ada
habisnya mereka akan bertengkar. Biasanya Alvin akan menggoda Shilla
seperti tadi menyebabkan gadis cantik itu akan marah padanya.
“jodohin sama Chakka aja, Vin.” Timpal Sivia.
“tanpa
lo jodohin, gue juga lagi deket sama dia, Vi.” Shilla masih memasang
wajah kesalnya. Sementara Alvin dan Sivia memasang wajah ‘bodoh’ mereka.
Ckck, pasangan yang serasi, pikir Shilla.
Tanpa mereka sadari bahwa salah satu dari mereka tertawa miris dalam hati.
-
-
-
Sivia
dan Alvin saling bergandeng-tangan. Keduanya memasuki wilayah koridor
sekolah dan berjalan beriringan. Keduanya mendapat kelas yang berbeda.
Alvin yang berada satu tingkat di bawah Sivia. Tapi untungnya mereka
mengambil jurusan yang sama. Jadi mereka tidak perlu susah – susah untuk
bertemu karna ruangan mereka yang bisa dibilang cukup dekat itu.
Kedua
orang menyapa mereka sambil tersenyum hangat, “berdua aja, ikut
nimbrung dong.” Shilla menggandeng tangan laki – laki yang ada
disebelahnya.
“ekhem, yang baru jadian ya. Traktiran boleh kali.” Goda Sivia.
“selamat
ya Chakka, Shilla. Langgeng selalu bro.” Timpal Alvin. Shilla dan
Chakka saling berpandangan kemudian mengucapkan terima kasih.
“lo berdua serasi.” Kata Alvin merangkul bahu Sivia.
“ah lo, muji pas lagi ada maunya. Tenang aja, ntar gue traktir.” Chakka memukul bahu Alvin setelah itu tertawa ringan.
Chakka
adalah sahabat kecil Alvin. Mereka sering menghabiskan waktu bersama
jika Alvin tidak sedang ada kencan dengan Sivia. Tapi, tidak jarang juga
Alvin mengajak Chakka untuk ikut bersamanya dan Sivia.
Keempat remaja itu berjalan kekelas mereka masing – masing. Shilla dengan Sivia sementara Chakka dengan Alvin.
“kapan lo di tembak, Shil?”
“pulang
dari caffe dia langsung ngajak gue ketemuan, eh nggak taunya dia nembak
gue.” Shilla mengingat kejadian 2 hari yang lalu dimana Chakka menembak
dia di taman kecil dekat caffe itu.
Sivia tersenyum, “semoga lo langgeng ya.”
-
‘Lo cinta sama dia?’
‘kalau gue nggak cinta, terus untuk apa gue jadiin dia pacar gue?’
‘tapi... tapi apa masih ada gue dihati lo?’
‘itu masa lalu. Lo udah lihat sendiri, ‘kan? Gue bahagia sama dia. Dan gue nggak bakal lepasin dia’
‘tapi lo sama dia kan–‘
‘gue harap lo ngerti.’
‘tapi gue suka sama lo! Dan gue mau kita kaya dulu lagi.’
‘lo
nggak salah? Gue udah bilang, ‘kan. Gue cinta sama dia dan gue nggak
bakal lepasin dia! Lagian lo udah sama yang lain, ‘kan?’
-
-
-
Sivia
merebahkan tubuhnya dikasur. Raut wajah sedih, kecewa dan kesal
tercetak di wajah cantiknya. Alvin dengan seenak jidatnya membatalkan
acara kencan mereka. Padahal sudah semalaman penuh Sivia mempersiapkan
pakaian untuk kencan mereka.
Gadis itu meraih ponsel yang di letakkannya di meja nakas,
From: My Boo
Sayang,
aku minta maaf banget ya. Aku janji deh besok kita habisin waktu berdua
seharian. Sekarang aku lagi sibuk ngurusin tugas sekolah aku.
Sivia
melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Tidak ada niat sama sekali
untuk membalas sms pacarnya itu. Dan wajahnya kembali kesal karna
ponselnya bergetar lagi. pasti Alvin, pikirnya.
From: My Boo
Aku udah nyuruh Chakka kerumah kamu. Kamu jalan – jalan sama dia dulu aja, nggak apa – apa, ‘kan sayang? I’m really sorry L
What
the... pergi dengan Chakka? Hey! Dirinya tidak mau mencari resiko
dibilang ‘perusak hubungan orang’ apalagi Chakka pacar Shilla,
sahabatnya.
“dia gila atau gimana sih?” kesal Sivia.
Dan
benar saja, Chakka mengirim sms ke Sivia. Menyuruh gadis itu untuk siap –
siap karna ia dalam perjalanan kerumah Sivia. Damn! Sivia semakin kesal
sekarang.
Dengan malas Sivia melangkah ke kamar mandi.
membersihkan dirinya setelah itu berdandan seadanya. Mau cantik atau
tidak toh tidak penting baginya sekarang.
From: Chakka
Gue depan rumah lo, cepet gih keluar
“bilang permisi atau assalamu’alaikum bisa kali.” Decih Sivia.
-
Sivia
menyambut Chakka dengan wajah masamnya. Laki – laki itu menggunakan
jaket denim biru tua dengan celana jins berwarna senada. Sok kece, pikir
Sivia.
Vi, anak orang emang kece kali!
Sementara Sivia mengenakan kaos merah dengan celana jins berwarna sama seperti Chakka.
“manyun
mulu, senyum biar cantik.” Tanpa ba-bi-bu Chakka menarik Sivia keluar
rumah. Laki – laki itu mengenakan helm putih di kepala Sivia.
“naik!” suruh Chakka.
“biasa aja kali ngomongnya kan bisa.”
Sivia naik ke atas motor hitam milik Chakka. Setelahnya mereka melesat entah kemana, keduanya juga tidak tahu
-
“hahahaa!!”
gelak tawa Sivia semakin keras mendengar lelucon yang dilontarkan
Chakka tanpa henti. Keduanya sama – sama tertawa. Tidak peduli dengan
tatapan orang – orang yang aneh pada mereka.
Saat ini keduanya
duduk sambil memegang es krim di sebuah taman bermain. Entah karna sudah
tidak ada tempat atau bagaimana, akhirnya mereka memutuskan untuk
kesini.
“aduh Ka! Udah udah udah, lo bikin gue sakit perut
jadinya.” Sivia memegang perutnya yang sedikit perih karna terlalu lama
tertawa.
“muka lo manis kalau ketawa, Vi.”
DEG!
Sivia terdiam. Gadis itu bahkan tidak berani menatap kearah Chakka. Buru – buru di tepis fikiran aneh yang menghampiri otaknya. ‘inget Vi, dia pacar sahabat lo. Jangan terlalu ge-er. Mungkin itu pujian biasa.’
“lo di puji bukannya bilang makasi atau muji gue balik gitu.” Chakka menyentil jidat Sivia membuat sang empunya meringis.
“sialan
lo! Sakit tau! Pengen banget di puji balik? Ntar yang ada Alvin marah
sama gue.” Ujar Sivia. Di sendokkan es krim coklat itu kedalam mulutnya.
Suasana
hening. Mereka diam dengan fikiran mereka masing masing. Sivia menatap
Chakka lama. Ada satu hal yang mengganjal di fikirannya. “lo nggak
sibuk, Ka?” tanya Sivia.
“kalau gue sibuk, terus ngapain gue nemenin lo?” jawab Chakka. Sivia menautkan kedua alisnya.
“bukannya lo ada tugas? Alvin aja nggak bisa nemenin gue kencan karna kerjain tugas bu Clara lo tau sendiri kan sama guru itu.”
Chakka menautkan kedua alisnya.
“kelas
gue free kok. Lagian tumben banget Alvin mau ngerjain tugas kampusnya.
Lo tau sendiri, ‘kan? Pacar lo paling males namanya ngerjain tugas
kampus.” Jelas Chakka.
Fikiran aneh mulai berkecamuk di fikiran
Sivia. Jadi, kalau tidak mengerjakan tugas kampus, terus apa? Kalau
sakit, pasti Alvin akan memberitahunya. “gue jadi curiga.”
“hah?”
-
JDAR!
"Apaan
tuh?" Tanya Cakka mendengar suara keras yang berasal dari halaman
rumah Sivia. Cakka langsung berlari mencari asal suara tersebut, di
ikuti Sivia di belakangnya.
Cakka mengedarkan pandangannya ke
segala arah di halaman rumah Sivia, berusaha mencari asal suara
tersebut. Namun hasilnya nihil. Cakka melirik ke arah Sivia yang
menggigit ujung bibir bawahnya penuh ketakutan. Mata Sivia pun sudah
berkaca-kaca membuat Cakka menyeritkan dahinya heran. Apakah Sivia
terluka?
"Via awasss" Teriak Cakka menarik Sivia kala melihat
sebuah batu besar yang ingin menghantam kepala gadis itu. Sivia menunduk
takut, lalu menatap Cakka yang sedang berlari kecil ke arah batu yang
hampir mengenai Sivia tadi. Selalu seperti ini batin Sivia.
-
Yaa,
Sebenarnya kejadian ini sudah tidak asing lagi bagi Sivia. Bagaimana
tidak? Jika setiap hari dia selalu saja menerima hal-hal aneh.
Seperti
mendapatkan tikus mati yang di bungkus di depan jendela kamarnya. Di
takuti dengan suara-suara bising horor yang selalu mengusik tidurnya Dan
masih banyak hal aneh lainnya yang di terima Sivia. tak jarang juga itu
menyakiti dirinya sendiri.
Cakka terkejut bukan main saat melihat
batu penuh bercak darah yang tadi hampir saja mengenai kepala Sivia.
Bagaimana jika batu itu benar-benar akan mengenai Sivia? Hiih
membayangkannya saja Cakka sudah merinding. Di alihkannya tatapannya ke
arah gadis itu, wajahnya pucat pasi dan Oh yaampun ini pertama kalinya
Cakka melihat penampilan Sivia yang acak-acakkan.
Siapa yang
melakukan ini? Apakah ini sudah sering di alami Sivia? Itulah
pertanyaan-pertannyan aneh yang berkecamuk di otak Cakka.
Cakka berlari kecil menghampiri Sivia, memegang pundak gadis itu yang bergetar.
"Vi, lo kenapa?" Tanya Cakka. Tak bisa di pungkiri bahwa ia sangat mengkhawatirkan gadis cantik ini.
Sivia
menggelengkan kepalanya, tiba-tiba bibir nya sulit mengeluarkan
kata-kata dan tubuhnya bergetar hebat membuat Cakka semakin khawatir.
"Via
lo kenapa?" Tanya Cakka ---lagi. Dan lagi hanya gelengan dari kepala
Sivia yang di dapatkannya. Cakka yang memahami mungkin Sivia tidak ingin
berbicara kemudian membawa gadis ini ke dalam rumahnya, dan membatalkan
acaranya mengajak Sivia pergi.
-
Sudah 3 hari ini Sivia
terbaring lemah tak berdaya di balik selimutnya. Sejak peristiwa 'batu
bercak merah' itu Sivia didera depresi. Terang saja, ia sudah cukup
sakit hati dan tidak tahan lagi mendapatkan hal-hal yang jauh dari
pikirannya.
Sivia sudah berusaha mencari tau siapa di balik semua ini namun hasilnya tetap nihil.
Memikirkan
itu membuat kepala Sivia tiba-tiba terasa seperti ditindih beton.
Matanya sesekali terpejam. Dan yang Sivia rasakan dunia berjungkir balik
tak karuan seperti bermain sirkus menertawakan sakitnya. Darahnya
seperti terpusat pada kepala. Sakit bukan main dan perutnya sudah di
obok-obok. Mual tak karuan. Yaampun ada apa dengannya??
"Via kamu
ga apapakan?" Alvin berteriak, berusaha keras agar gadisnya yang sedang
terbaring lemah tak berdaya bisa mendengar suaranya. Sivia tersenyum,
dalam keadaan sakitpun dia sangat gembira karna mendapatkan perhatian
'khusus' dari Alvin.
Bisa tidak untuk saat ini Sivia lebih memilih
sakit dari pada sehat? Alasannya simple, karna ia senang jika Alvin
sudah perhatian seperti ini. Memang sedikit Norak. Tapi...
"Nggapapa Vin, tenang aja"
Alvin
menempelkan tangannya di dahi Sivia "Kamu panas banget" Serunya cemas.
Sivia melihat semuanya begitu putih. Putih tanpa rasa. Tanpa dimensi.
"Kamu ga masuk Vin?" Tanya Sivia pelan. Alvin menggelengkan kepalanya dan mengelus puncak kepala Sivia.
"Bisa
gitu aku sekolah sementara kamu kaya orang sekarat gini?" Tanya Alvin
lembut, dan itu semakin membuat poin Sivia untuk selalu ingin sakit
bertambah.
Sivia sudah tidak bisa lagi menahan gejolak di dadanya, ditambah lagi seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam dirinya.
Tapi
bagaimanapun itu dia tidak boleh egois. Dia tidak boleh membuat Alvin
sangat mengkhawatirkan dirinya sampai tidak mengikuti pelajaran seperti
biasanya.
"Makasih yaa" Ucap Sivia tersenyum pada Alvin.
Alvin membalasnya. Ada getar hati yang membuat jalinan mereka semakin
dekat, semakin aneh dan semakin susah di diskripsikan.
"Masih
sakit? Sekarang kamu minum obatnya aja dulu. Abis itu istirahat. Biar
cepet sembuh" Khotbah Alvin seperti ibu-ibu. Sivia mengerucutkan
bibirnya kesal.
"Istirahat mulu. Capek tau" Ketusnya membuat Alvin
terkekeh geli. Alvin menarik hidung Sivia gemas membuatnya mau tidak
mau mendapatkan pelototan dari sang gadis.
"Udah sih sipit mah sipit aja" Ledek Alvin
"Dih
berasa belo gtu?" Ucap Sivia menantang. Pasalnya Alvin tidak tahu diri
banget. Dia juga sipit tapi ngatain orang sipit. Dasar!
"Biarin.
Aku sipit tapi tajam. Ga kaya kamu sipit tapi buta" Ledeknya lagi. Sivia
menyeritkan dahinya, heran dan sama sekali tidak mengerti dengan apa
yang diucapkan Alvin barusan.
"Maksudnya Vin?" Tanya Sivia. Alvin menggeleng cepat.
-
3
hari berlalu kini keadaan Sivia makin membaik ditambah lagi
penyemangatnya sang pujaan hati Alvin. Namun akhir-akhir ini Alvin
sangat sulit untuk dihubungi Sivia mencoba mengerti mungkin Alvin sedang
sibuk. Terroran yang sering menimpa Sivia akhir – akhir ini sudah
jarang sekali. Syukurlah Sivia dapat bernafas lega
Tiin-
Suara klakson dari luar rumah Sivia.
Segera
Sivia beranjak dari tempat duduknya dan pergi membukakan pintu. Dari
balik pintu terlihat laki-laki tampan berpostur tinggi tersenyum manis
kearahnya Sivia membalasnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajah
ayunya
Dia Cakka sahabat Alvin sekaligus orang yang suka menemani
Sivia jika Alvin sedang tidak dapat diganggu. Cakka hadir karena suruhan
Alvin untuk menemaninya.
“Sore Vi” Sapa Cakka. Cakka terlihat tampan dengan jaket merah dan celana panjang yang membalut tubuhnya.
“Sore Cak. Tunggu sebentar ya gue mau ngambil tas dulu”balas Sivia. Cakka hanya mengacungkan jempol
“Vi kalau naek motor ga papa kan. Soalnya gue lagi males pake mobil”Tanya cakka.
“ya
gapapa kali. Lo piker gue cewek apa pake motor aja ga mau”balas sivia
dengan kekehan kecil yang keluar dari bibir manisnya. Cakka tertawa
sambil mengacak rambut Sivia gemas
Sivia yang mendapat perlakuan
seperti itu hanya memanyunkan bibirnya tapi lama kelamaan Sivia menunduk
dia teringat dengan Alvin sang kekasih yang selalu memperlakukannya
seperti itu namun mengingat kesibukan Alvin. Huh… segera saja Sivia
mencegah pikiran negative yang memasuki pikirannya. Dia harus berpikiran
positif
Melihat itu Cakka menjadi heran. Cakka melambaikan tanggannya di depan muka Sivia.
“Vi lo kenapa?” Tanya Cakka
“hah.. enggak yaudah yuk kita jalan ntar keburu sore”Ucap Sivia sambil menaiki motor Cakka
“yaudah sok atuh neng. Makan dulu aja yuk laper nih gue belum sempet makan siang hehe”Cengir Cakka mengusap perutnya.
Sivia
terkekeh geli melihatnya. “dasar lo ntar kalo lo gak makan kan sakit
kasian tau Shillanya” Balas Sivia. Mengingat Shilla, Sivia berpikiran
sesuatu
“Eh Cak emang Shilla gak marah lo jalan sama gue
gini?”Tanya Sivia. Cakka melihat Sivia melalui kaca spion. “ya gak lah
vi dia mah ngerti gue kok” Balas Cakka
-
-
“Vin, aku masih sayang sama kamu”tangis seseorang.
“Tapi
shil aku harus gimana? Aku gak mungkin ninggalin Sivia gitu aja”Balas
Alvin. Shilla yang tertunduk tadi langsung menatap Alvin dengan tatapan
sendu. Alvin memegang tangan Shilla lembut
“Shilla. Sebenernya aku
juga masih sayang sama kamu. Tapi gimana? Aku gak mungkin nentang mama
shil”Ucap Alvin lembut. Shilla hanya menangis dan tak mampu memendung
air mata yang sejak tadi bersarang dimatanya
“Kamu tau aku udah
ngejalanin berbagai cara biar aku bisa sama kamu lagi vin. Aku nerror
Sivia biar dia mau ngejauhin kamu. Aku gak bisa lepas dari kamu vin”
Ucap Shilla. Mendengar itu Alvin jelas sangat kaget dan syok sama apa
yang udah dilakukan Shilla terhadap Sivia.
Tangan Alvin terulur
dan segera memeluk Shilla. Mereka berdua ditonton banyak orang dengan
apa yang mereka lakukan. Jelas mereka heran karena mereka berpelukan dan
ceweknya menangis disebuah café mungkin mereka berpikir mereka sedang
dilanda masalah. Jelas masalah besar
“Maafin aku shill.oke detik
ini aku bakal selalu ada buat kamu dan aku akan berjuang mertahanin kamu
dan kita minta restu dari mama aku”Ucap Alvin. Mendengar itu Shilla
menangis bahagia karena perjuangannya tidak sia-sia. Kita lihat saja
nanti
-
-
Matahari mengalirkan rasa panasnya, meraung
ganas menggigit kulit Sivia. Berkali-kali ia membasuh keringat yang
berada di keningnya lalu menuruni pipinya, hari itu begitu panas, hanya
sesekali angin mendesah perlahan. Sesekali di teguknya air mineral yang
sejak tadi ia genggam. Perasaannya tidak enak, ada firasat buruk yang
merasuk masuk di dadanya.
Sivia menghela napas sebentar untuk
menetralisikan otaknya yang entah memusingkan apa. Ia berjalan santai
memasuki cafe yang biasa ia kunjungi.
Tiga sentuhan kecil yang berarti besar. Sandaran bahu yang romantis, pelukan yang manis, dan kecupan yang penuh magis.
Sivia
ternganga melihat itu semua. Ada rasa sakit yang pelan-pelan tergores
di dadanya. Semakin dalam, semakin panjang, semakin perih. Tak mampu
untuk di jelaskan, kecemasan yang sama dan selalu berulang. Berkali-kali
Sivia menatap dua orang yang ada di depannya. Saling menggenggam
tangan,menatap, berpelukan.
Ia menatap 2 orang itu lagi. Berharap
menemukan jawaban dari hatinya yang mulai membuncah dan menggema dengan
liarnya. Dan sampai menit demi menit berlalu pun, jawaban masih belum ia
dapatkan. Ia hanya mampu menerka-nerka.
Dan dalam terkaannya. Shilla menyukai Alvin. Kekasihnya sekaligus cinta pertamanya.
sejahat itukah Shilla?
Siapa yang harus disalahkan?
Sivia
tidak sedang berhalusinasi. Mungkin dia memang suka berhalusinasi, tapi
tidak pernah sama sekali ia menghalusinasikan keadaan ini. Sivia
terisak oleh banyak pertanyaan yang tak terjawab. Wajah Shilla dan Alvin
bergantian bergulat dalam otaknya juga hatinya. Lelah. Banyak teka-teki
yang rasa-rasanya sulit untuk dipecahkan. Sivia merasa terbodohi.
Melihat peristiwa ini, Sivia menciut, mematung, membisu. Tubuhnya
seperti mengecil. Ia seperti berhenti bernapas untuk beberapa detik. Tak
percaya pada peristiwa yang benar-benar menyayat hati ini. Inilah
jawaban atas kecemasannya, kebingungannya, segalanya.
Maka dengan
tubuh yang bergetar ia keluar dari tempat yang mungkin akan menjadi
tempat terkutuk di hidupnya. Pergi dengan kepingan hati yang telah
hancur karna 2 orang yang berarti dihidupnya.
“Loh Vi lo kok
masih disini kan udah gue suruh masuk tadi”Heran Cakka. Memang tadi
Cakka menyuruh Sivia untuk duluan masuk ke Café karna dirinya sedang
memarkirkan motornya.
Yang ditanya malah lari dengan air mata yang
membanjiri pipinya. Cakka yang kaget karna Sivia berlari begitu saja
karna penasaran Cakka masuk ke Café dan melihat apa yang dilihat Sivia
. “astaga vin lo masih aja ngarep sama dia jelas-jelas disini ada wanita yang udah setia sama lo”pikir Cakka
Sivia
berjalan menulusuri trotoar dia menangis histeris. Dia menjambak
rambutnya sendiri dia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
-
-
Besoknya
Sivia berangkat sekolah menggunakan mobilnya yang biasanya ia dijemput
Alvin. Tapi kali ini dia menolaknya. Sivia masih sakit dengan apa yang
dilihatnya kemarin matanya sembab itu menandakan bahwa dia menangis
semalaman. Tadi malam pun Sivia tidak dapat menutup matanya. Namun
syukur ada Cakka yang bersedia mendengar curhatan dan menghiburnya
meskipun melalui telepon.
Sivia berpikir bahwa Cakka pasti
merasakan hal yang sama dengannya. Pagi ini Sivia ingin mendapatkan
kejelasan dari apa yang dilihatnya kemarin.
Terlihat diujung
koridor terlihat wanita cantik berjalan menghampiri Sivia. Dia shilla
entah Shilla masih dianggap sahabat atau tidak oleh Sivia.
“Hai Vi. Lo kenapa mata lo kenapa sembab gitu” Tanya Shilla sambil memegang pipi Sivia.
Sivia
menatap benci Shilla terang saja langsung ditepisnya tangan Shilla yang
berada dipipinya. Shilla yang mendapatkan perlakuan seperti itu menatap
aneh Sivia. “Loh Vi, lo kenapa sih?”Tanya Shilla
“LO GAK USAH SOK MUNA”tunjuk Sivia tepat di depan wajah Shilla. Shilla kaget ditepisnya halus tangan sivia.
“Lo mau ngerebut Alvin dari gue? HAH?”marah Sivia
“ma.. maksud lo apa? Gue gak ngerti deh”Balas Shilla.
“Alah
gak usah sok suci lo. Lo kemaren ngapain berdua sama Alvin di Café
hah?”Tanya Sivia. Dia menatap Shilla penuh kebencian ditambah dengan
sakit yang bersarang di dadanya. Shilla mulai mengerti dengan apa yang
dibicarakan Sivia. Ternyata kemarin Sivia melihat itu semua. Shilla
mengeluarkan senyum evilnya
“Oh jadi lo liat semuanya? Yang
harusnya jadi perebut itu lo”tunjuk balik Shilla. Syukur saat mereka
berantem ini keadaan koridor sekolah sedang sepi karna memang tempat ini
sangat jarang dilalui oleh siswa/siswi tempat inilah yang selalu
dikunjungi dua sahabatnya ini karena tempat ini langsung menghadap taman
yang membuat Suasana sejuk. Ralat mungkin sekarang panas karna dua
mantan sahabat ini maybe.
”Ke.. kenapa gue?”Balas Sivia.
“Iya
elo. Sebelum Alvin sama lo dia pernah punya hubungan sama gue tapi
karna mama lo minta ke mamanya Alvin buat jodohin lo sama Alvin.
Hubungan kita jadi selesai”Balas Shilla getir.
“Tapi kan gue gak
tau apa-apa. Kenapa kalian ngelibatin gue hah?”Balas Sivia ikut
bergetar. Terlihat dari dua orang wanita ini sama-sama memiliki luka
yang tergores.
“Ohya. Jangan lo pikir gue sahabatan sama lo karna
gue mau. Ya emang awalnya gue mau lupain dendam gue ini dan mulai suka
sama Cakka. Tapi apa?Cakka sukanya sama lo vi,kenapa sih semua orang
selalu berpihak sama lo hah?gue sakit”Ucap Shilla keras. Sivia menutup
telinganya kencang sambil menangis histeris dia tidak menyangka dengan
apa yang terjadi kepada dirinya.
“Kalo lo gak percaya lo bisa
Tanya sama Alvin. Kalo sekarang kita sama-sama mencintai yaudah lo say
good bye aja sama hubungan basi lo itu”Ucap Shilla berlalu pergi
meninggalkan Sivia yang menangis terjatuh di lantai.
-
-
Siang ini Sivia menyuruh Alvin untuk datang kerumahnya Sivia juga perlu penjelasan dari Alvin.
“Jadi
kamu udah denger semua dari Shilla? Iya emang aku dan dia saling
mencintai. Soal hubungan kita dan semua rasa sayang aku ke kamu itu Cuma
pengen ngebahagiain mama aku aja”
Kata-kata itu terus tergiang
dalam pikiran Sivia dia tidak menyangka dengan apa yang ia alami
ternyata kata-kata manis dan kejutan kecil untuknya itu hanya palsu
pemberian Alvin.
ARRGH!
Sivia melempar semua barang yang ada
didepannya. Sudah seminggu sejak kejadian itu Sivia tidak pernah masuk
sekolah. Tentang Cakka dan Shilla ternyata itu hanya bagian rencana
Shilla untuk membuat Alvin cemburu. Sivia marah tentang pengakuan Cakka
untuknya tentang hal itu. Namun berangsur-angsur ia mulai memaafkannya
Untuk
Shilla dan Alvin Sivia belum berpikir untuk memaafkan mereka meski
mereka belum meminta maaf. Hari-hari Sivia mulai diisi oleh Cakka namun
hal itu tidak menghapus tentang Alvin dalam benak dan pikirannya.
-
-
“Sayang aa dong”Ucap Shilla. Saat ini Shilla dan Alvin sedang berada di sebuah Café untuk makan siang.
“Udah
Sivia sayang aku kenyang”Ucap Alvin yang sedang memainkan handphonenya.
Shilla kaget ia menggigit bibir bawahnya apa ia tidak salah dengar
Alvin menyebut nama SIVIA bukan namanya. Shilla takut kalau rasa cinta
Alvin sudah berubah bukan lagi untuknya.
“apa vin Sivia?”Tanya
Shilla lirih. Alvin menoleh kearah Shilla. “Hah? Maksud aku Shilla
sayang”Balas Alvin ia sama sekali tidak sadar dengan apa yang dia
ucapkan.
“Sayang aku mau ke seberang jalan dulu ya. Aku mau beliin
sesuatu buat kamu”Ucap Alvin. Shilla hanya tersenyum tipis lalu
mengangguki ucapan Alvin
BRAKS!
“Alviiinn…”
-
-
Dua
orang itu Cakka dan Sivia berlari kearah ruang rawat seseorang. Sivia
mendengus kesal disaat seperti ini dia harus menggunakan sepatu berhak
pendek tapi sama saja menyulitkannya berjalan sampai akhirnya mereka
sampai di depan ruang rawat.
“gimana keadaan Alvin shil?”Sivia.
Shilla menangis dan segera memeluk Sivia. Sivia kaget jujur saja dia
masih belum memaafkan Shilla dengan apa yang ia lakukan padanya. Namun
dalam keadaan begini ia mencoba melupakannya.
Shilla menyuruh
Sivia untuk masuk kedalam melihat keadaan Alvin. Awalnya Sivia ragu
namun Sivia mulai mebuka knop pintu dan menutupnya kembali. Di dalam
Sivia heran mengapa tidak ada seseorang pun disana. Sivia merasa kalau
dia sedang dibohongi
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang melingkar di
perutnya. Ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Sivia kenal
dengan wangi orang ini dan Sivia yakin sekali. Orang itu menyembunyikan
wajahnya di sela-sela rambut Sivia. Sivia mulai membalikan badannya
Ia
kaget dan sontak memeluk orang itu yang ternyata Alvin. Sivia menangis
sekaligus lega dengan keadaan Alvin namun ada perban kecil yang
menghiasi kepalanya.
“Aku seneng kamu ga papa. Kalau boleh aku
bakal menjadi orang yang egois. Aku bakalan merjuangin cinta aku sama
kamu meskipun aku harus dibilang orang jahat sekalipun”Sivia. Alvin
tersenyum mendengar kata-kata Sivia.Alvin melepas pelukannya dan menatap
Sivia.
“Kamu ga boleh jadi orang jahat karna kamu adalah
malaikatku. Aku milikmu dan kamu milikku”Sivia tersenyum tapi Sivia
masih tidak yakin. Alvin yang mengerti mulai menjelaskan
“Aku tau
pasti kamu mau nanya kenapa sama shilla kan?. Emang bener aku sama dia
pernah punya hubungan tapi mama aku nentang itu semua karna asal-usul
keluarga Shilla yang gak jelas. Kakaknya buroanan dan papanya gak tau
dimana. Orang tuanya bercerai”Jelas Alvin
Sivia tersentak kaget.
Apakah benar itu semua? Sivia merasa kasihan dengan apa yang terjadi
pada Shilla saat ini. “Tadi juga Shilla udah ditangkep sama polisi
ternyata dia juga terlibat kasus pembunuhan yang dilakukan kakaknya.
Sebenernya aku udah lama tau tapi bodohnya aku menutupinya”Lanjut Alvin.
“Apapun
yang terjadi sekarang kita jadiin pelajaran. Intinya aku gak mau
kehilangan kamu vin”Ucap Sivia memeluk Alvin. Diam-diam Alvin memasang
Kalung yang dia beli di leher manis Sivia. Sivia kaget sekaligus
tersenyum bahagia.
“Thanks Sob berkat lo gue tau pilihan gue yang
tepat. Lo emang sahabat terbaik gue”Alvin menepuk bahu Cakka. Cakka
menggangguk dan mengacungkan jempol memang Cakka dan Alvin sempat
bertemu dan Cakka memaksa Alvin untuk memilih dua diantara wanita yang
benar-benar dicintainya hingga Alvin menemukannya cintanya yang asli
“Pilih cinta sesuai kata hati lo bukan karna ego lo. Cari tau siapakah dia?”-Cakka
Happy Anniversary Alvia
[END]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar