Rabu, 28 Mei 2014

Happy Anniversary

“HAPPY ANNIVERSARRY”

Karya : Aninda Ocha
Cast : Alvin, Sivia, Shilla, Cakka
Genre: Romance,Friendship,Happyend

Sinar matahari masuk melalui celah – celah jendela kamar itu. Sinarnya seakan memaksa seorang gadis cantik yang masih senantiasa menikmati mimpinya. Dan kali ini mata itu terpaksa dibukanya karna silau yang menyapa matanya.
Setelah kesadarannya terkumpul, gadis cantik itu berjalan menuju gorden lalu menyibak kain berwarna ungu itu. Gadis itu juga menggeser jendela kamarnya yang disambut angin sepoi – sepoi pagi ini. “selamat pagi.” Ucapnya senang.
Gadis bernama –Sivia- itu mengambil handphonenya yang tergeletak di kasur. Membaca pesan masuk kemudian tersenyum.
From: My Boo
Sayang... baru bangun pasti ya? :p siap – siap gih, nanti aku jemput jam 8, dandan yang cantik sayang. Morning and I Love You :*
Sivia kemudian mengetik balasannya.
To: My Boo
Kamu tau aja sayang :p haha oke sip, aku tunggu sayang :* I Love You Too {}
-
Sivia yang sudah wangi dan bersih langsung menuruni anak tangga dan senyuman masih tercetak di bibirnya. Sang mama yang memperhatikannya hanya ikut tersenyum. Sudah jadi keseharian melihat Sivia tersenyum setelah bangun tidur.
“selamat pagi mama.” Sivia mencium pipi sang mama yang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga itu.
“selamat pagi sayang. Anak mama rapi banget, mau jalan – jalan sama Alvin ya?” goda mama Sivia yang membuat pipi gadis itu memerah karna malu. Alvin dan mamanya sama saja –sama-sama-suka-menggoda-.
“mama masak apa?”
“nasi mawut. Yang pernah kita cobain waktu kita liburan ke Lombok itu, Vi. Yang di puji habis – habisan sama papamu.” Cerocos mama Sivia. Wanita paruh baya itu memang sangat pandai memasak. Masakan apapun yang disukai oleh anak dan suaminya akan ia buatkan khusus untuk keluarga kecilnya itu.
Terdengar suara mobil yang berhenti di depan rumah mereka. Sivia dan sang mama sama – sama tersenyum. Keduanya berjalan kearah pintu dan benar dugaan mereka. Alvin sudah berdiri di depan pintu.
“pagi tante. Cantik banget pagi ini.” goda Alvin. Sivia tertawa sementara sang mama memukul lengan Alvin pelan.
“kamu kok gombalin tante – tante, Vin.” Mama Sivia mengajak Alvin untuk ikut sarapan bersama.
Alvin duduk di samping Sivia yang sudah melahap makanannya. Alvin tertawa melihat cara makan Sivia seperti anak sd yang tidak mau makanannya diambil orang. “papa kamu mana, Vi?” tanya Alvin.
“papa lagi sakit. Makanya tadi mama bawain nasi sama susu ke dalem kamar.” Jawab Sivia seadanya. Gadis itu masih menikmati sarapan paginya.
Alvin kembali tertawa karna ada makanan yang sedikit belepotan di sudut bibir Sivia. Laki – laki itu mengambil tisu lalu membersihkan bibir Sivia. Gadis itu merasa pipinya sudah memerah saat ini.
“hehe, makasi sayang.”
“sama –sama sayang. Cepet gih habisin makannya, ntar jalanan keburu rame.” Suruh Alvin sambil mengelus rambut hitam Sivia.
-
-
Alvin dan Sivia dalam perjalanan yang entah kemana karna Alvin tidak memberitahu kemana mereka akan pergi. Setiap Sivia tanya, pasti jawabannya Cuma ‘nanti kamu juga tau’ atau ‘udah duduk manis aja’ dan itu cukup bikin Sivia kesal sekarang.
“sayang, jangan ngambek dong.” Bujuk Alvin.
“kamu sih nggak mau kasih tau kita mau kemana.” Sivia menikmati pemandangan luar jendela. Malas banget lihat Alvin saat ini.
“lagi bentar kita sampai kok, nanti kamu bakal tau kita kemana, sayang.”
Tak lama Alvin memarkirkan mobilnya kemudian membukakan pintu untuk kekasihnya yang lagi ‘ngambul’ itu. Sivia menatap taman kecil tempat mereka sekarang tanpa berkedip. Taman ini cantik sekali, pikir Sivia. Ada beberapa kertas origami berbentuk burung dan beberapa bunga mawar yang kelopaknya bertaburan di atas rumput membentuk sebuah tulisan.
‘HAPPY 5 MONTH ANNIVERSARY’
“Vin... i-ini...” Sivia menggantungkan kata – katanya. Kesal, sedih dan bahagia yang dirinya rasakan sekarang.
Alvin memeluk Sivia dari belakang. menumpukan dagunya di atas bahu Sivia. “Happy anniversary sayang. Aku harap kamu selalu ada disamping aku dalam kondisi apapun.” Bisik Alvin.
Sivia menangis haru. “m-makasi sayang. Aku harap kamu juga bakal selalu ada disamping aku dalam kondisi apapun.” Sivia membalikkan tubuhnya dan memeluk tubuh Alvin yang lebih tinggi darinya. Menyalurkan semua perasaan yang ia rasakan sekarang.
“i love you, i love you more than you know.” Bisik Alvin lagi sambil mengecup puncak kepala Sivia.
Alvin melepaskan pelukan mereka. Laki – laki itu merogoh saku jaket yang ia gunakan. “ada apa, Vin?” tanya Sivia bingung.
“coba kamu balik badan terus tutup mata kamu.” Suruh Alvin –masih merogoh saku jaketnya- mencari sesuatu yang sudah ia siapkan 3 hari yang lalu.
Sivia menurut kemudian membalikkan badannya membelakangi Alvin lalu menutup matanya. Dalam hati dirinya sudah penasaran dengan kelakuan Alvin sekarang ini. walaupun Alvin sudah sering memberi kejutan untuknya.
Sivia merasa dingin menyapa lehernya. Gadis itu membuka matanya. Mendapati sebuah kalung permata di lehernya. ‘Alvin romantis banget’ batin Sivia yang tidak mampu menyembunyikan senyum bahagianya.
“kamu bikin aku kaya cewek terbahagia di dunia ini, Vin” celetuk Sivia.
“dan aku bakal selalu bikin kamu bahagia tiap harinya, Vi”
-
-
Setelah acara kejutan tadi, Alvin mengajak Sivia ke sebuah caffe yang tidak terlalu jauh dari taman itu. Mereka memilih duduk di sudut caffe tersebut yang dekat dengan jendela.
“mau pesan apa, sayang?”
“chocolate milkshake aja sayang, kamu apa?”
“chocolate milkshake sama cappucino coffe ya mbak.”
Alvin memberi daftar menu tadi kepada pelayan yang melayani mereka. Keduanya menatap keluar jendela yang nampak begitu ramai oleh lalu – lalang kendaraan. Jakarta benar – benar padat, pikir mereka.
Mata Sivia tidak sengaja menangkap seseorang yang berjalan kearah caffe ini, “itu Shilla ‘kan?” ucap Sivia tanpa sadar. Dan benar saja, itu adalah Shilla –sahabatnya-.
TRIINNG!!
Bel berbunyi, pertanda seorang pelanggan baru datang. Sivia segera bangkit dan menghampiri pelanggan itu. “ke caffe kok nggak bilang – bilang.” Sindir Sivia.
Shilla yang masih fokus dengan gadget miliknya mengangkat kepalanya. Mendapati sahabatnya yang manyun dan menatapnya kesal.
“eh, Sivia? Sama siapa kesini? Hehe, gue fikir jam segini lo belum bangun, Vi.” Tawa Shilla.
“lo fikir gue kebo apa! Yaudah yuk nimbrung aja sama gue dan Alvin. Biar tambah rame.” Sivia menarik atau lebih tepatnya –menggeret- Shilla ke tempatnya tadi.
Alvin yang masih bingung dengan tingkah pacarnya tadi tak lama tersenyum melihat Sivia bersama Shilla, “hoy Shil, lama nggak ketemu.” Alvin mengajak Shilla ‘high-five’.
“alah, bilang aja lo kangen sama gue, Vin. Ngomong – ngomong kalian habis darimana?”
“tempat romantis, Shil.” Ucap Sivia. Pipinya tiba – tiba memerah lagi. sementara Alvin mencubit pipi pacarnya itu gemas.
“oh iya, kalian anniv ya sekarang? Ya ampun! Selamat ya!” seru Shilla. Sivia dan Alvin tersenyum kemudian mengucapkan ‘terima-kasih’ bersamaan.
“lo mau pesan apa, Shil? Biar gue yang traktir” tanya Alvin.
“gue cappucino coffe aja.” Jawab Shilla seadanya. Alvin memanggil seorang pelayan dan memesan kembali pesanan yang Shilla minta.
Shilla masih fokus dengan handphonenya. Sedangkan Alvin masih asyik menatap keluar jendela. Lalu Sivia? Gadis itu hanya mencoba untuk tenang sekarang karna sedari tadi gadis itu terus memikirkan pesanan Alvin-Shilla yang sama.
-
“Shil, gimana kuis lo kemaren? Lancar, ‘kan?” tanya Sivia sambil menyeruput chocolate milkshake yang ia pesan.
“yah... lo tau sendiri gimana guru yang satu itu kalau ngajar. Demi apapun gue rasanya pengen pindah dari sekolah itu.” Shilla memanyunkan bibirnya kesal.
“kalau lo sampe pindah sekolah, jangan harap gue mau ngomong sama lo lagi, Shil.” Ujar Sivia. Hanya bercanda sebenarnya. Tapi itu cukup membuat Shilla tersedak karna kopi-nya.
“yaelah, lo gitu aja langsung ngambek. Lo kira gue anak presiden yang bisa pindah ke sekolah mana aja gue mau? Bisa – bisa gue di sekap dalem kamar sama bokap – nyokap gue.”
“yaelah lo gue ngomong gitu aja langsung keselek kopi.” Celetuk Sivia mengikuti gaya bicara Shilla sebelumnya. Shilla hanya tersenyum kecil melihatnya.
Alvin yang hanya diam sedari tadi akhirnya ikut nimbrung dengan kedua gadis cantik itu. Alvin mengeluarkan beberapa candaannya yang cukup membuat suasana seru diantara ketiganya.
“Shil, kapan lo bakal nyusul kita buat pacaran?” tanya Alvin.
Shilla menatap kesal kearah Alvin, “santai aja kali. Yang pacaran juga gue, kenapa jadi lo yang ngebet?”
Alvin tertawa puas menggoda Shilla yang memasang wajah cemberut andalannya. Selalu begitu, pikir Sivia. Jika Alvin dan Shilla bertemu tidak ada habisnya mereka akan bertengkar. Biasanya Alvin akan menggoda Shilla seperti tadi menyebabkan gadis cantik itu akan marah padanya.
“jodohin sama Chakka aja, Vin.” Timpal Sivia.
“tanpa lo jodohin, gue juga lagi deket sama dia, Vi.” Shilla masih memasang wajah kesalnya. Sementara Alvin dan Sivia memasang wajah ‘bodoh’ mereka. Ckck, pasangan yang serasi, pikir Shilla.
Tanpa mereka sadari bahwa salah satu dari mereka tertawa miris dalam hati.
-
-
-
Sivia dan Alvin saling bergandeng-tangan. Keduanya memasuki wilayah koridor sekolah dan berjalan beriringan. Keduanya mendapat kelas yang berbeda. Alvin yang berada satu tingkat di bawah Sivia. Tapi untungnya mereka mengambil jurusan yang sama. Jadi mereka tidak perlu susah – susah untuk bertemu karna ruangan mereka yang bisa dibilang cukup dekat itu.
Kedua orang menyapa mereka sambil tersenyum hangat, “berdua aja, ikut nimbrung dong.” Shilla menggandeng tangan laki – laki yang ada disebelahnya.
“ekhem, yang baru jadian ya. Traktiran boleh kali.” Goda Sivia.
“selamat ya Chakka, Shilla. Langgeng selalu bro.” Timpal Alvin. Shilla dan Chakka saling berpandangan kemudian mengucapkan terima kasih.
“lo berdua serasi.” Kata Alvin merangkul bahu Sivia.
“ah lo, muji pas lagi ada maunya. Tenang aja, ntar gue traktir.” Chakka memukul bahu Alvin setelah itu tertawa ringan.
Chakka adalah sahabat kecil Alvin. Mereka sering menghabiskan waktu bersama jika Alvin tidak sedang ada kencan dengan Sivia. Tapi, tidak jarang juga Alvin mengajak Chakka untuk ikut bersamanya dan Sivia.
Keempat remaja itu berjalan kekelas mereka masing – masing. Shilla dengan Sivia sementara Chakka dengan Alvin.
“kapan lo di tembak, Shil?”
“pulang dari caffe dia langsung ngajak gue ketemuan, eh nggak taunya dia nembak gue.” Shilla mengingat kejadian 2 hari yang lalu dimana Chakka menembak dia di taman kecil dekat caffe itu.
Sivia tersenyum, “semoga lo langgeng ya.”
-
‘Lo cinta sama dia?’
‘kalau gue nggak cinta, terus untuk apa gue jadiin dia pacar gue?’
‘tapi... tapi apa masih ada gue dihati lo?’
‘itu masa lalu. Lo udah lihat sendiri, ‘kan? Gue bahagia sama dia. Dan gue nggak bakal lepasin dia’
‘tapi lo sama dia kan–‘
‘gue harap lo ngerti.’
‘tapi gue suka sama lo! Dan gue mau kita kaya dulu lagi.’
‘lo nggak salah? Gue udah bilang, ‘kan. Gue cinta sama dia dan gue nggak bakal lepasin dia! Lagian lo udah sama yang lain, ‘kan?’
-
-
-
Sivia merebahkan tubuhnya dikasur. Raut wajah sedih, kecewa dan kesal tercetak di wajah cantiknya. Alvin dengan seenak jidatnya membatalkan acara kencan mereka. Padahal sudah semalaman penuh Sivia mempersiapkan pakaian untuk kencan mereka.
Gadis itu meraih ponsel yang di letakkannya di meja nakas,
From: My Boo
Sayang, aku minta maaf banget ya. Aku janji deh besok kita habisin waktu berdua seharian. Sekarang aku lagi sibuk ngurusin tugas sekolah aku.
Sivia melemparkan ponselnya ke sembarang arah. Tidak ada niat sama sekali untuk membalas sms pacarnya itu. Dan wajahnya kembali kesal karna ponselnya bergetar lagi. pasti Alvin, pikirnya.
From: My Boo
Aku udah nyuruh Chakka kerumah kamu. Kamu jalan – jalan sama dia dulu aja, nggak apa – apa,  ‘kan sayang? I’m really sorry L
What the... pergi dengan Chakka? Hey! Dirinya tidak mau mencari resiko dibilang ‘perusak hubungan orang’ apalagi Chakka pacar Shilla, sahabatnya.
“dia gila atau gimana sih?” kesal Sivia.
Dan benar saja, Chakka mengirim sms ke Sivia. Menyuruh gadis itu untuk siap – siap karna ia dalam perjalanan kerumah Sivia. Damn! Sivia semakin kesal sekarang.
Dengan malas Sivia melangkah ke kamar mandi. membersihkan dirinya setelah itu berdandan seadanya. Mau cantik atau tidak toh tidak penting baginya sekarang.
From: Chakka
Gue depan rumah lo, cepet gih keluar
“bilang permisi atau assalamu’alaikum bisa kali.” Decih Sivia.
-
Sivia menyambut Chakka dengan wajah masamnya. Laki – laki itu menggunakan jaket denim biru tua dengan celana jins berwarna senada. Sok kece, pikir Sivia.
Vi, anak orang emang kece kali!
Sementara Sivia mengenakan kaos merah dengan celana jins berwarna sama seperti Chakka.
“manyun mulu, senyum biar cantik.” Tanpa ba-bi-bu Chakka menarik Sivia keluar rumah. Laki – laki itu mengenakan helm putih di kepala Sivia.
“naik!” suruh Chakka.
“biasa aja kali ngomongnya kan bisa.”
Sivia naik ke atas motor hitam milik Chakka. Setelahnya mereka melesat entah kemana, keduanya juga tidak tahu
-
“hahahaa!!” gelak tawa Sivia semakin keras mendengar lelucon yang dilontarkan Chakka tanpa henti. Keduanya sama – sama tertawa. Tidak peduli dengan tatapan orang – orang yang aneh pada mereka.
Saat ini keduanya duduk sambil memegang es krim di sebuah taman bermain. Entah karna sudah tidak ada tempat atau bagaimana, akhirnya mereka memutuskan untuk kesini.
“aduh Ka! Udah udah udah, lo bikin gue sakit perut jadinya.” Sivia memegang perutnya yang sedikit perih karna terlalu lama tertawa.
“muka lo manis kalau ketawa, Vi.”
DEG!
Sivia terdiam. Gadis itu bahkan tidak berani menatap kearah Chakka. Buru – buru di tepis fikiran aneh yang menghampiri otaknya. ‘inget Vi, dia pacar sahabat lo. Jangan terlalu ge-er. Mungkin itu pujian biasa.’
“lo di puji bukannya bilang makasi atau muji gue balik gitu.” Chakka menyentil jidat Sivia membuat sang empunya meringis.
“sialan lo! Sakit tau! Pengen banget di puji balik? Ntar yang ada Alvin marah sama gue.” Ujar Sivia. Di sendokkan es krim coklat itu kedalam mulutnya.
Suasana hening. Mereka diam dengan fikiran mereka masing masing. Sivia menatap Chakka lama. Ada satu hal yang mengganjal di fikirannya. “lo nggak sibuk, Ka?” tanya Sivia.
“kalau gue sibuk, terus ngapain gue nemenin lo?” jawab Chakka. Sivia menautkan kedua alisnya.
“bukannya lo ada tugas? Alvin aja nggak bisa nemenin gue kencan karna kerjain tugas bu Clara lo tau sendiri kan sama guru itu.”
Chakka menautkan kedua alisnya.
“kelas gue free kok. Lagian tumben banget Alvin mau ngerjain tugas kampusnya. Lo tau sendiri, ‘kan? Pacar lo paling males namanya ngerjain tugas kampus.” Jelas Chakka.
Fikiran aneh mulai berkecamuk di fikiran Sivia. Jadi, kalau tidak mengerjakan tugas kampus, terus apa? Kalau sakit, pasti Alvin akan memberitahunya. “gue jadi curiga.”
“hah?”
-
JDAR!
"Apaan tuh?" Tanya Cakka mendengar suara keras yang berasal dari  halaman rumah Sivia. Cakka langsung berlari mencari asal suara tersebut, di ikuti Sivia di belakangnya.
Cakka mengedarkan pandangannya ke segala arah di halaman rumah Sivia, berusaha mencari asal suara tersebut. Namun hasilnya nihil. Cakka melirik ke arah Sivia yang menggigit ujung bibir bawahnya penuh ketakutan. Mata Sivia pun sudah berkaca-kaca membuat Cakka menyeritkan dahinya heran. Apakah Sivia terluka?
"Via awasss" Teriak Cakka menarik Sivia kala melihat sebuah batu besar yang ingin menghantam kepala gadis itu. Sivia menunduk takut, lalu menatap Cakka yang sedang berlari kecil ke arah batu yang hampir mengenai Sivia tadi. Selalu seperti ini batin Sivia.
-
Yaa, Sebenarnya kejadian ini sudah tidak asing lagi bagi Sivia. Bagaimana tidak? Jika setiap hari dia selalu saja menerima hal-hal aneh.
Seperti mendapatkan tikus mati yang di bungkus di depan jendela kamarnya. Di takuti dengan suara-suara bising horor yang selalu mengusik tidurnya Dan masih banyak hal aneh lainnya yang di terima Sivia. tak jarang juga itu menyakiti dirinya sendiri.
Cakka terkejut bukan main saat melihat batu penuh bercak darah yang tadi hampir saja mengenai kepala Sivia. Bagaimana jika batu itu benar-benar akan mengenai Sivia? Hiih membayangkannya saja Cakka sudah merinding. Di alihkannya tatapannya ke arah gadis itu, wajahnya pucat pasi dan Oh yaampun ini pertama kalinya Cakka melihat penampilan Sivia yang acak-acakkan.
Siapa yang melakukan ini? Apakah ini sudah sering di alami Sivia? Itulah pertanyaan-pertannyan aneh yang berkecamuk di otak Cakka.
Cakka berlari kecil menghampiri Sivia, memegang pundak gadis itu yang bergetar.
"Vi, lo kenapa?" Tanya Cakka. Tak bisa di pungkiri bahwa ia sangat mengkhawatirkan gadis cantik ini.
Sivia menggelengkan kepalanya, tiba-tiba bibir  nya sulit mengeluarkan kata-kata dan tubuhnya bergetar hebat membuat Cakka semakin khawatir.
"Via lo kenapa?" Tanya Cakka ---lagi. Dan lagi hanya gelengan dari kepala Sivia yang di dapatkannya. Cakka yang memahami mungkin Sivia tidak ingin berbicara kemudian membawa gadis ini ke dalam rumahnya, dan membatalkan acaranya mengajak Sivia pergi.
-
Sudah 3 hari ini Sivia terbaring lemah tak berdaya di balik selimutnya. Sejak peristiwa 'batu bercak merah' itu Sivia didera depresi. Terang saja, ia sudah cukup sakit hati dan tidak tahan lagi mendapatkan hal-hal yang jauh dari pikirannya.
Sivia sudah berusaha mencari tau siapa di balik semua ini namun hasilnya tetap nihil.
Memikirkan itu membuat kepala Sivia tiba-tiba terasa seperti ditindih beton. Matanya sesekali terpejam. Dan yang Sivia rasakan dunia berjungkir balik tak karuan seperti bermain sirkus menertawakan sakitnya. Darahnya seperti terpusat pada kepala. Sakit bukan main dan perutnya sudah di obok-obok. Mual tak karuan. Yaampun ada apa dengannya??
"Via kamu ga apapakan?" Alvin berteriak, berusaha keras agar gadisnya yang sedang terbaring lemah tak berdaya bisa mendengar suaranya. Sivia tersenyum, dalam keadaan sakitpun dia sangat gembira karna mendapatkan perhatian 'khusus' dari Alvin.
Bisa tidak untuk saat ini Sivia lebih memilih sakit dari pada sehat? Alasannya simple, karna ia senang jika Alvin sudah perhatian seperti ini.  Memang sedikit Norak. Tapi...
"Nggapapa Vin, tenang aja"
Alvin menempelkan tangannya di dahi Sivia "Kamu panas banget" Serunya cemas. Sivia melihat semuanya begitu putih. Putih tanpa rasa. Tanpa dimensi.
"Kamu ga masuk  Vin?" Tanya Sivia pelan. Alvin menggelengkan kepalanya dan mengelus puncak kepala Sivia.
"Bisa gitu aku sekolah sementara kamu kaya orang sekarat gini?" Tanya Alvin lembut, dan itu semakin membuat poin Sivia untuk selalu ingin sakit bertambah.
Sivia sudah tidak bisa lagi menahan gejolak di dadanya, ditambah lagi seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di dalam dirinya.
Tapi bagaimanapun itu dia tidak boleh egois. Dia tidak boleh membuat Alvin sangat mengkhawatirkan dirinya sampai tidak mengikuti pelajaran seperti biasanya.

"Makasih yaa" Ucap Sivia tersenyum pada Alvin. Alvin membalasnya. Ada getar hati yang membuat jalinan mereka semakin dekat, semakin aneh dan semakin susah di diskripsikan.
"Masih sakit? Sekarang kamu minum obatnya aja dulu. Abis itu istirahat. Biar cepet sembuh" Khotbah Alvin seperti ibu-ibu. Sivia mengerucutkan bibirnya kesal.
"Istirahat mulu. Capek tau" Ketusnya membuat Alvin terkekeh geli. Alvin menarik hidung Sivia gemas membuatnya mau tidak mau mendapatkan pelototan dari sang gadis.
"Udah sih sipit mah sipit aja" Ledek Alvin
"Dih berasa belo gtu?" Ucap Sivia menantang. Pasalnya Alvin tidak tahu diri banget. Dia juga sipit tapi ngatain orang sipit. Dasar!
"Biarin. Aku sipit tapi tajam. Ga kaya kamu sipit tapi buta" Ledeknya lagi. Sivia menyeritkan dahinya, heran dan sama sekali tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Alvin barusan.
"Maksudnya Vin?" Tanya Sivia. Alvin menggeleng cepat.
-
3 hari berlalu kini keadaan Sivia makin membaik ditambah lagi penyemangatnya sang pujaan hati Alvin. Namun akhir-akhir ini Alvin sangat sulit untuk dihubungi Sivia mencoba mengerti mungkin Alvin sedang sibuk. Terroran yang sering menimpa Sivia akhir – akhir ini sudah jarang sekali. Syukurlah Sivia dapat bernafas lega
Tiin-
Suara klakson dari luar rumah Sivia.
 Segera Sivia beranjak dari tempat duduknya dan pergi membukakan pintu. Dari balik pintu terlihat laki-laki tampan berpostur tinggi tersenyum manis kearahnya Sivia membalasnya dengan senyum tipis yang menghiasi wajah ayunya
Dia Cakka sahabat Alvin sekaligus orang yang suka menemani Sivia jika Alvin sedang tidak dapat diganggu. Cakka hadir karena suruhan Alvin untuk menemaninya.
“Sore Vi” Sapa Cakka. Cakka terlihat tampan dengan jaket merah dan celana panjang yang membalut tubuhnya.
“Sore Cak. Tunggu sebentar ya gue mau ngambil tas dulu”balas Sivia. Cakka hanya mengacungkan jempol
“Vi kalau naek motor ga papa kan. Soalnya gue lagi males pake mobil”Tanya cakka.
“ya gapapa kali. Lo piker gue cewek apa pake motor aja ga mau”balas sivia dengan kekehan kecil yang keluar dari bibir manisnya. Cakka tertawa sambil mengacak rambut Sivia gemas
Sivia yang mendapat perlakuan seperti itu hanya memanyunkan bibirnya tapi lama kelamaan Sivia menunduk dia teringat dengan Alvin sang kekasih yang selalu memperlakukannya seperti itu namun mengingat kesibukan Alvin. Huh… segera saja Sivia mencegah pikiran negative yang memasuki pikirannya. Dia harus berpikiran positif
Melihat itu Cakka menjadi heran. Cakka melambaikan tanggannya di depan muka Sivia.
“Vi lo kenapa?” Tanya Cakka
“hah.. enggak yaudah yuk kita jalan ntar keburu sore”Ucap Sivia sambil menaiki motor Cakka
“yaudah sok atuh neng. Makan dulu aja yuk laper nih gue belum sempet makan siang hehe”Cengir Cakka mengusap perutnya.
Sivia terkekeh geli melihatnya. “dasar lo ntar kalo lo gak makan kan sakit kasian tau Shillanya” Balas Sivia. Mengingat Shilla, Sivia berpikiran sesuatu
“Eh Cak emang Shilla gak marah lo jalan sama gue gini?”Tanya Sivia. Cakka melihat Sivia melalui kaca spion. “ya gak lah vi dia mah ngerti gue kok” Balas Cakka
-
-
“Vin, aku masih sayang sama kamu”tangis seseorang.
“Tapi shil aku harus gimana? Aku gak mungkin ninggalin Sivia gitu aja”Balas Alvin. Shilla yang tertunduk tadi langsung menatap Alvin dengan tatapan sendu. Alvin memegang tangan Shilla lembut
“Shilla. Sebenernya aku juga masih sayang sama kamu. Tapi gimana? Aku gak mungkin nentang mama shil”Ucap Alvin lembut. Shilla hanya menangis dan tak mampu memendung air mata yang sejak tadi bersarang dimatanya
“Kamu tau aku udah ngejalanin berbagai cara biar aku bisa sama kamu lagi vin. Aku nerror Sivia biar dia mau ngejauhin kamu. Aku gak bisa lepas dari kamu vin” Ucap Shilla. Mendengar itu Alvin jelas sangat kaget dan syok sama apa yang udah dilakukan Shilla terhadap Sivia.
Tangan Alvin terulur dan segera memeluk Shilla. Mereka berdua ditonton banyak orang dengan apa yang mereka lakukan. Jelas mereka heran karena mereka berpelukan dan ceweknya menangis disebuah café mungkin mereka berpikir mereka sedang dilanda masalah. Jelas masalah besar
“Maafin aku shill.oke detik ini aku bakal selalu ada buat kamu dan aku akan berjuang mertahanin kamu dan kita minta restu dari mama aku”Ucap Alvin. Mendengar itu Shilla menangis bahagia karena perjuangannya tidak sia-sia. Kita lihat saja nanti
-
-
Matahari mengalirkan rasa panasnya, meraung ganas menggigit kulit Sivia. Berkali-kali ia membasuh keringat yang berada di keningnya lalu menuruni pipinya, hari itu begitu panas, hanya sesekali angin mendesah perlahan. Sesekali di teguknya air mineral yang sejak tadi ia genggam. Perasaannya tidak enak, ada firasat buruk yang merasuk masuk di dadanya.
Sivia menghela napas sebentar untuk menetralisikan otaknya yang entah memusingkan apa. Ia berjalan santai memasuki cafe yang biasa ia kunjungi.
Tiga sentuhan kecil yang berarti besar. Sandaran bahu yang romantis, pelukan yang manis, dan kecupan yang penuh magis.
Sivia ternganga melihat itu semua. Ada rasa sakit yang pelan-pelan tergores di dadanya. Semakin dalam, semakin panjang, semakin perih. Tak mampu untuk di jelaskan, kecemasan yang sama dan selalu berulang. Berkali-kali Sivia menatap dua orang yang ada di depannya. Saling menggenggam tangan,menatap, berpelukan.
Ia menatap 2 orang itu lagi. Berharap menemukan jawaban dari hatinya yang mulai membuncah dan menggema dengan liarnya. Dan sampai menit demi menit berlalu pun, jawaban masih belum ia dapatkan. Ia hanya mampu menerka-nerka.
Dan dalam terkaannya. Shilla menyukai Alvin. Kekasihnya sekaligus cinta pertamanya.
sejahat itukah Shilla?
Siapa yang harus disalahkan?
Sivia tidak sedang berhalusinasi. Mungkin dia memang suka berhalusinasi, tapi tidak pernah sama sekali ia menghalusinasikan keadaan ini. Sivia terisak oleh banyak pertanyaan yang tak terjawab. Wajah Shilla dan Alvin bergantian bergulat dalam otaknya juga hatinya. Lelah. Banyak teka-teki yang rasa-rasanya sulit untuk dipecahkan. Sivia merasa terbodohi. Melihat peristiwa ini, Sivia menciut, mematung, membisu. Tubuhnya seperti mengecil. Ia seperti berhenti bernapas untuk beberapa detik. Tak percaya pada peristiwa yang benar-benar menyayat hati ini. Inilah jawaban atas kecemasannya, kebingungannya, segalanya.
Maka dengan tubuh yang bergetar ia keluar dari tempat yang mungkin akan menjadi tempat terkutuk di hidupnya. Pergi dengan kepingan hati yang telah hancur karna 2 orang yang berarti dihidupnya.
 “Loh Vi lo kok masih disini kan udah gue suruh masuk tadi”Heran Cakka. Memang tadi Cakka menyuruh Sivia untuk duluan masuk ke Café karna dirinya sedang memarkirkan motornya.
Yang ditanya malah lari dengan air mata yang membanjiri pipinya. Cakka yang kaget karna Sivia berlari begitu saja karna penasaran Cakka masuk ke Café dan melihat apa yang dilihat Sivia
. “astaga vin lo masih aja ngarep sama dia jelas-jelas disini ada wanita yang udah setia sama lo”pikir Cakka
Sivia berjalan menulusuri trotoar dia menangis histeris. Dia menjambak rambutnya sendiri dia tidak menyangka dengan apa yang dilihatnya.
-
-
Besoknya Sivia berangkat sekolah menggunakan mobilnya yang biasanya ia dijemput Alvin. Tapi kali ini dia menolaknya. Sivia masih sakit dengan apa yang dilihatnya kemarin matanya sembab itu menandakan bahwa dia menangis semalaman. Tadi malam pun Sivia tidak dapat menutup matanya. Namun syukur ada Cakka yang bersedia mendengar curhatan dan menghiburnya meskipun melalui telepon.
Sivia berpikir bahwa Cakka pasti merasakan hal yang sama dengannya. Pagi ini Sivia ingin mendapatkan kejelasan dari apa yang dilihatnya kemarin.
Terlihat diujung koridor terlihat wanita cantik berjalan menghampiri Sivia. Dia shilla entah Shilla masih dianggap sahabat atau tidak oleh Sivia.
“Hai Vi. Lo kenapa mata lo kenapa sembab gitu” Tanya Shilla sambil memegang pipi Sivia.
Sivia menatap benci Shilla terang saja langsung ditepisnya tangan Shilla yang berada dipipinya. Shilla yang mendapatkan perlakuan seperti itu menatap aneh Sivia. “Loh Vi, lo kenapa sih?”Tanya Shilla

“LO GAK USAH SOK MUNA”tunjuk Sivia tepat di depan wajah Shilla. Shilla kaget ditepisnya halus tangan sivia.
“Lo mau ngerebut Alvin dari gue? HAH?”marah Sivia
“ma.. maksud lo apa? Gue gak ngerti deh”Balas Shilla.
“Alah gak usah sok suci lo. Lo kemaren ngapain berdua sama Alvin di Café hah?”Tanya Sivia. Dia menatap Shilla penuh kebencian ditambah dengan sakit yang bersarang di dadanya. Shilla mulai mengerti dengan apa yang dibicarakan Sivia. Ternyata kemarin Sivia melihat itu semua. Shilla mengeluarkan senyum evilnya
“Oh jadi lo liat semuanya? Yang harusnya jadi perebut itu lo”tunjuk balik Shilla. Syukur saat mereka berantem ini keadaan koridor sekolah sedang sepi karna memang tempat ini sangat jarang dilalui oleh siswa/siswi tempat inilah yang selalu dikunjungi dua sahabatnya ini karena tempat ini langsung menghadap taman yang membuat Suasana sejuk. Ralat mungkin sekarang panas karna dua mantan sahabat ini maybe.
”Ke.. kenapa gue?”Balas Sivia.
“Iya elo. Sebelum Alvin sama lo dia pernah punya hubungan sama gue tapi karna mama lo minta ke mamanya Alvin buat jodohin lo sama Alvin. Hubungan kita jadi selesai”Balas Shilla getir.
“Tapi kan gue gak tau apa-apa. Kenapa kalian ngelibatin gue hah?”Balas Sivia ikut bergetar. Terlihat dari dua orang wanita ini sama-sama memiliki luka yang tergores.
“Ohya. Jangan lo pikir gue sahabatan sama lo karna gue mau. Ya emang awalnya gue mau lupain dendam gue ini dan mulai suka sama Cakka. Tapi apa?Cakka sukanya sama lo vi,kenapa sih semua orang selalu berpihak sama lo hah?gue sakit”Ucap Shilla keras. Sivia menutup telinganya kencang sambil menangis histeris dia tidak menyangka dengan apa yang terjadi kepada dirinya.
“Kalo lo gak percaya lo bisa Tanya sama Alvin. Kalo sekarang kita sama-sama mencintai yaudah lo say good bye aja sama hubungan basi lo itu”Ucap Shilla berlalu pergi meninggalkan Sivia yang menangis terjatuh di lantai.
-
-
Siang ini Sivia menyuruh Alvin untuk datang kerumahnya Sivia juga perlu penjelasan dari Alvin.
“Jadi kamu udah denger semua dari Shilla? Iya emang aku dan dia saling mencintai. Soal hubungan kita dan semua rasa sayang aku ke kamu itu Cuma pengen ngebahagiain mama aku aja”
Kata-kata itu terus tergiang dalam pikiran Sivia dia tidak menyangka dengan apa yang ia alami ternyata kata-kata manis dan kejutan kecil untuknya itu hanya palsu pemberian Alvin.
ARRGH!
Sivia melempar semua barang yang ada didepannya. Sudah seminggu sejak kejadian itu Sivia tidak pernah masuk sekolah. Tentang Cakka dan Shilla ternyata itu hanya bagian rencana Shilla untuk membuat Alvin cemburu. Sivia marah tentang pengakuan Cakka untuknya tentang hal itu. Namun berangsur-angsur ia mulai memaafkannya
Untuk Shilla dan Alvin Sivia belum berpikir untuk memaafkan mereka meski mereka belum meminta maaf. Hari-hari Sivia mulai diisi oleh Cakka namun hal itu tidak menghapus tentang Alvin dalam benak dan pikirannya.
-
-
“Sayang aa dong”Ucap Shilla. Saat ini Shilla dan Alvin sedang berada di sebuah Café untuk makan siang.
“Udah Sivia sayang aku kenyang”Ucap Alvin yang sedang memainkan handphonenya. Shilla kaget ia menggigit bibir bawahnya apa ia tidak salah dengar Alvin menyebut nama SIVIA bukan namanya. Shilla takut kalau rasa cinta Alvin sudah berubah bukan lagi untuknya.
“apa vin Sivia?”Tanya Shilla lirih. Alvin menoleh kearah Shilla. “Hah? Maksud aku Shilla sayang”Balas Alvin ia sama sekali tidak sadar dengan apa yang dia ucapkan.
“Sayang aku mau ke seberang jalan dulu ya. Aku mau beliin sesuatu buat kamu”Ucap Alvin. Shilla hanya tersenyum tipis lalu mengangguki ucapan Alvin
BRAKS!
“Alviiinn…”
-
-
Dua orang itu Cakka dan Sivia berlari kearah ruang rawat seseorang. Sivia mendengus kesal disaat seperti ini dia harus menggunakan sepatu berhak pendek tapi sama saja menyulitkannya berjalan sampai akhirnya mereka sampai di depan ruang rawat.
 “gimana keadaan Alvin shil?”Sivia. Shilla menangis dan segera memeluk Sivia. Sivia kaget jujur saja dia masih belum memaafkan Shilla dengan apa yang ia lakukan padanya. Namun dalam keadaan begini ia mencoba melupakannya.
Shilla menyuruh Sivia untuk masuk kedalam melihat keadaan Alvin. Awalnya Sivia ragu namun Sivia mulai mebuka knop pintu dan menutupnya kembali. Di dalam Sivia heran mengapa tidak ada seseorang pun disana. Sivia merasa kalau dia sedang dibohongi
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang melingkar di perutnya. Ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Sivia kenal dengan wangi orang ini dan Sivia yakin sekali. Orang itu menyembunyikan wajahnya di sela-sela rambut Sivia. Sivia mulai membalikan badannya
Ia kaget dan sontak memeluk orang itu yang ternyata Alvin. Sivia menangis sekaligus lega dengan keadaan Alvin namun ada perban kecil yang menghiasi kepalanya.
“Aku seneng kamu ga papa. Kalau boleh aku bakal menjadi orang yang egois. Aku bakalan merjuangin cinta aku sama kamu meskipun aku harus dibilang orang jahat sekalipun”Sivia. Alvin tersenyum mendengar kata-kata Sivia.Alvin melepas pelukannya dan menatap Sivia.
“Kamu ga boleh jadi orang jahat karna kamu adalah malaikatku. Aku milikmu dan kamu milikku”Sivia tersenyum tapi Sivia masih tidak yakin. Alvin yang mengerti mulai menjelaskan
“Aku tau pasti kamu mau nanya kenapa sama shilla kan?. Emang bener aku sama dia pernah punya hubungan tapi mama aku nentang itu semua karna asal-usul keluarga Shilla yang gak jelas. Kakaknya buroanan dan papanya gak tau dimana. Orang tuanya bercerai”Jelas Alvin
Sivia tersentak kaget. Apakah benar itu semua? Sivia merasa kasihan dengan apa yang terjadi pada Shilla saat ini. “Tadi juga Shilla udah ditangkep sama polisi ternyata dia juga terlibat kasus pembunuhan yang dilakukan kakaknya. Sebenernya aku udah lama tau tapi bodohnya aku menutupinya”Lanjut Alvin.
“Apapun yang terjadi sekarang kita jadiin pelajaran. Intinya aku gak mau kehilangan kamu vin”Ucap Sivia memeluk Alvin. Diam-diam Alvin memasang Kalung yang dia beli di leher manis Sivia. Sivia kaget sekaligus tersenyum bahagia.
“Thanks Sob berkat lo gue tau pilihan gue yang tepat. Lo emang sahabat terbaik gue”Alvin menepuk bahu Cakka. Cakka menggangguk dan mengacungkan jempol memang Cakka dan Alvin sempat bertemu dan Cakka memaksa Alvin untuk memilih dua diantara wanita yang benar-benar dicintainya hingga Alvin menemukannya cintanya yang asli
“Pilih cinta sesuai kata hati lo bukan karna ego lo. Cari tau siapakah dia?”-Cakka
Happy Anniversary Alvia


[END]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar