Sabtu, 29 Juni 2013

Complicated Part 4 [End]

Title : Complicated
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance, Married Life
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others



Alvin membuka pintu mobilnya. Sudah lima menit lalu gabriel sudah pergi dari rumah kontrakan sivia. Yah alvin terus didalam mobilnya menunggu gabriel pergi. Dan sekarang ia berjalan kerumah sivia.

Tok tok tok

Baru saja sivia mengganti bajunya dengan baju tidur tiba-tiba terdengar suara ketukan. 

'Apa itu gabriel? Apa ada yang ketinggalan?' Sivia menebak dalam hatinya.

Tok tok tok

Pintu kembali diketuk membuat sivia langsung keluar dari kamar dan membuka pintu rumah kontrakannya.

"Alvin?!" Sivia mendesis kaget melihat alvin ada dihadapannya dengan penampilan berantakan dan terlihat marah.

Tanpa permisi alvin langsung masuk kerumah itu. Sivia bingung dan menahan alvin.

"Kamu mau apa kesini?!" Sivia terlalu bingung melihat tingkah alvin.

Mendengar pertanyaan sivia, alvin berbalik dan menatap tepat dimata sivia.

"Jadi karena gabriel kamu minta cerai eh? Kamu terus nyalahin aku tentang kedatangan shilla tapi kenyataannya kamu minta cerai karena gabriel kan?!" Alvin menatap sivia marah.

"A..apa?! Kamu ngomong apasih vin!" Sivia benar-benar bingung dengan perkataan alvin.

"Kamu kira aku gak liat kelakuan kamu sama gabriel barusan hah?! Dia nyium kamu dan kamu malah senyum! Kenapa vi?! Yah aku tau dia keren, kaya, dan dia dokter! Apa karena itu?!!" Alvin mencengkeram pundak sivia dan mengguncangkan tubuh sivia.

Plaak!!

Alvin semakin membelalakkan matanya mendapat tamparan dari sivia. Sivia sendiri terlihat menahan emosi.

"Kamu sadar sama ucapan kamu?! Kamu ingett siapa yang ciuman dirumah disaat aku gak ada?? Bahkan aku gak tau apa yang kamu sama shilla lakuin selama aku pergi!!" Sivia terus membentak alvin. Sungguh sivia tersinggung dengan perkataan alvin yang seakan mengatakan bahwa sivia adalah wanita murahan!

"Aku juga gak tau apa yang kamu lakuin sama gabriel selama kamu pergi!! Kamu istri aku vi!!"

"Istri?! Inget vin, kita akan bercerai! Dan aku yakin selama ini kamu gak pernah anggep aku istri! Kamu inget, selama setahun lebih kamu gak pernah nyentuh aku! Nyium pun gak pernah! Dan sampai malam itu, aku juga yakin waktu itu kamu ngelakuinnya semata-mata karena kamu khilaf!!" Sivia terus mengatakan semua yang ada dihatinya dengan menatap alvin tajam!

Alvin diam. Mendengarkan semua ucapan sivia. Alvin tidak pernah menganggap sivia bukan istrinya setelah mereka menikah. Saat malam yang dimaksud sivia, sungguh alvin melakukannya karena benteng pertahanannya selama setahun lebih hidup dengan sivia tanpa menyentuh sivia telah runtuh. Dan setelah malam itu, alvin bahkan terus menahan diri untuk tidak menyentuh sivia lagi karena alvin selalu ingat saat malam itu sivia menangis kesakitan. Sungguh Alvin hanya tidak ingin membuat sivia menangis kesakitan. Dan semua kenyataan itu membuat alvin semakin yakin ia telah mencintai sivia sejak lama. 

"Vi.." Alvin mengulurkan tangannya mencoba menyentuh pipi sivia tetapi istrinya itu langsung menepis kasar.

"Tunggu apa lagi? Cepet pergi dari sini!" Bentak sivia membuat alvin semakin menyesal. Membuat alvin semakin takut. Apakah ia terlambat? 

"Vi, aku.. Aku cinta sama kamu vi.. Maafin aku.. Aku nyesel..." Tatapan alvin melembut. Diraihnya pipi sivia membuat sivia menatapnya.

"Maaf aku gak pernah sadar sama perasaan aku selama ini.. Aku gakmau kamu pergi, setiap hari aku mikirin kamu, khawatir tentang keadaan kamu, dan cemburu setiap liat kamu sama cowok lain! Aku cinta sama kamu vi.. Aku cinta sama kamu..." Alvin mengucapkan berkali-kali.

Sivia mematung. Apakah yang ada dihadapannya ini nyata? Alvin.......mengatakan cinta?

Baru saja sivia akan naik keatas awan, tetapi sivia buru-buru mencegahnya. Tidak boleh. Ia tidak boleh terlalu melayang dengan kata-kata alvin. Sivia takut akan dihempaskan kembali.

"Kamu gak usah terlalu khawatirin aku. Apalagi sampe nyatain cinta palsu. Sekarang ada gabriel. Gabriel yang baik dan cinta sama aku. Aku yakin dia bisa jadi ayah yang baik dan bisa nganggep anakku seperti anaknya sendiri..."

Alvin mendelik mendengar ucapan sivia. Anak??

Sedangkan sivia langsung menutup mulutnya. Yatuhan, apa yang baru saja ia katakan! Bagaimana bisa ia mengatakannya kepada alvin! 

"A..apa vi? Anak??" Alvin menatap sivia meminta penjelasan. Tapi sivia buru-buru mendorong alvin.

"B..bukan! Udahlah sekarang lo pergi dari sini. Kita ketemu di pengadilan!" Sivia kembali berseru. Menyembunyikan rasa paniknya. Tapi alvin kembali meraih wajah sivia. Menatap sivia penuh sayang.

"Kamu hamil? kenapa kamu gak bilang vi.." Alvin tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Bayangkan! Sivia tengah mengandung anaknya!

Sivia menyerah. Percuma menutupi semuanya. Bagaimanapun juga alvin adalah ayah anak ini.

"Untuk apa? Aku tau kamu gak pernah mengharapkan anak ini. Anak ini bakal semakin bikin kamu terkekang.." 

"Kata siapa vi?! Asal kamu tau, aku seneng banget sekarang. Kamu ngandung anak aku vi! Anak kita.." Alvin tersenyum lebar dan memeluk sivia begitu saja.

Senang? Benarkah alvin senang? Sungguh sivia tidak bisa mempercayainya.

"Vin berhenti.. Aku gaktau maksud kamu bersikap kayak gini tapi aku tau kamu cuma akting.! Jadi berhenti berpura-pura dan pergi dar sini!" Sivia mencoba mendorong alvin tetapi lelaki itu memeluknya terlalu kuat! Hingga sivia merasakan pundaknya basah. Ada air menetes disana. Tidak! Tidak mungkin alvin menangis!

"Vii.. Aku mohon beri aku kesempatan.. Aku tau selama ini aku selalu bikin kamu sakit.. Aku bakal tebus semua kesalahan aku vi.. Aku janji.. Aku cinta sama kamu vi.. Beri aku kesempatan buat jadi suami kamu dan jadi ayah anak kita.. Aku mohon.." Suara alvin bergetar! Yatuhan, apa benar alvin menangis??

Alvin melepas pelukannya dan menyentuh kedua pipi sivia lembut. Menatap sivia penuh kasih sayang dengan matanya yang basah. Jadi alvin benar menangis? Untuknya?? Sivia benar-benar tidak bisa percaya! Tetapi yang ada dihadapannya kini nyata.

"Aku mohon.." Alvin menatap sivia sungguh-sunguh. Sivia tidak bisa berbohong bahwa ia melihat kesungguhan dimata alvin. Sivia mendesah. Sungguh bersyukur semangatnya selama ini ternyata membuahkan hasil. Alvin mencintainya!

Sivia mengangguk dan perlahan tersenyum. Alvin merasa akan pingsan begitu leganya melihat anggukan dan senyuman sivia itu. Ternyata ia belum terlambat! Alvin langsung menarik sivia kedalam pelukannya kembali. Tidak henti-hentinya terus mengucap syukur.

Alvin melepas pelukannya dan menatap wajah sivia. Sungguh ia merindukan sivia! Perlahan ia menundukkan wajahnya hingga bibirnya menyentuh bibir sivia. Alvin mencium sivia lembut...

Alvin melepaskan ciumannya dan menatap wajah sivia yang sekarang muncul semburat merah dipipinya. Cantik sekali istrinya! Dan bodohnya ia telah berkali-kali menyakiti istrinya ini.

Alvin mengelus pipi sivia lembut.

"I love you..." Bisik alvin sekali lagi. Sivia tidak bisa menyembunyikan senyumannya merasakan bahagia yang amat sangat. Ia kira ini hanya ada dalam mimpinya. Dan selamanya akan hanya ada dalam mimpi. Tapi ternyata semua mimpinya menjadi nyata...

* * *

Sivia membuka matanya yang sebenarnya masih lelah. Ia melihat kesamping. Alvin masih disini, masih memeluknya. Sivia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pipi alvin. Lagi-lagi sivia mengembangkan senyumnya. Tidak henti-hentinya ia mengucap syukur. Sivia memajukan wajahnya dan mengecup bibir alvin singkat.

Tiba-tiba mata alvin bergerak. Sivia pun buru-buru melepas tangannya dari pipi alvin sebelum alvin bangun.

Alvin bangun dan langsung menatap sivia.

"Kenapa berhenti?" Tanya alvin kembali meraih tangan sivia dan menyentuhkannya kepipinya.

Wajah sivia langsung memerah. Apakah alvin sudah bangun daritadi? Jadi apakah alvin tau semua yang ia lakukan barusan? Ah memalukan!

"Kamu gak kerja?" Tanya sivia sengaja mengalihkan pembicaraan. 

"Aku mau disini seharian... sama kamu.." Alvin memeluk sivia semakin erat. Mempersempit jarak diantara mereka. Sivia tersenyum. Ini benar-benar seperti mimpi. Tapi tiba-tiba pikirannya tertuju pada............... Shilla.

"Em, shilla..."

"Aku bakal secepetnya ngomong ke shilla. Dan kamu tau, aku ngerasa bodoh banget gak bisa bedain obsesi sama cinta. Gara-gara kebodohan aku itu, aku hampirrr kehilangan kamu.." Kata alvin cepat. Sivia tersenyum lega.

"Oke aku tunggu.." Kata sivia.

"Dan soal perceraian... Kamu bakal batalin kan?" Tanya alvin menatap sivia memohon. Dan alvin begitu lega melihat sivia mengangguk. 

Syukurlah..
Sungguh alvin sangat bersyukur. Istrinya sangat baik. Alvin telah menyakitinya berkali-kali. Tetapi sivia dapat memaafkan dan memberi kesempatan lagi kepada alvin. Alvin berjanji dalam hati, ini terakhir kalinya ia menyakiti sivia..........


>>>>><<<<< 


Shilla berkali-kali mengeluarkan kaca kecil yang selalu ada didalam tasnya untuk melihat penampilannya. Hari ini begitu mengejutkan untuk shilla. Pagi-pagi sekali ia mendapat pesan dari cakka untuk bertemu. Dan disinilah ia sekarang. Shilla sudah duduk di tempat makan dimana cakka janjikan.

Sebenarnya dari kemarin malam shilla bingung karena alvin begitu saja dan tidak ada kabar sampai sekarang. Tetapi sekarang ia tidak memperdulikan apapun selain bertemu cakka. Ia yakin cakka ingin menemuinya untuk menjadikan shilla kekasihnya lagi. Mungkin cakka sangat menyesal telah mencampakkannya tanpa sebab. Dan tentu saja shilla akan menerima cakka kembali dengan senang hati. Dan shilla tentu akan meninggalkan alvin lagi demi cakka.

Shilla tersenyum lebar melihat cakka masuk ke tempat makan itu dan berjalan kearah tempat duduk shilla.

"Hai." Cakka menyapa dan tersenyum membuat wajah shilla memerah seketika.

"Hei.." Shilla balas tersenyum. Cakka pun duduk dihadapan shilla.

"Ada apa?" Tanya shilla langsung. Rupanya ia sudah tidak sabar mendengar ungkapan cinta dan menyesal dari cakka.

"Oke gue langsung aja.. Apa hubungan lo sama alvin?" Tanya cakka. Shilla tersenyum. Ah ternyata ia berhasil membuat cakka cemburu saat di dufan waktu itu.

"Alvin masih cinta sama gue, dan gue cuma ngasih dia kesempatan.." Jawab shilla.

"To the point aja. Lo balikan sama shilla? Jadi alvin sama via udah cerai?" Tanya cakka penasaran.

"Ce..cerai? Alvin sivia cuma sahabatan kka.." Shilla bingung dengan kata-kata cakka. Cakka jadi merasa ada yang tidak beres.

"Jangan bilang lo gaktau kalau alvin sama sivia suami istri..." Cakka menatap shilla melihat reaksi perempuan itu. Dan benar saja shilla terlihat terkejut.

"G..gak mungkin.. Gue tinggal sama alvin sekarang. Dan gak mungkin alvin menikah sama sivia." Kata shilla tidak sadar membuat cakka geram. Bagaimana bisa shilla tinggal dirumah alvin! Pantas saja sivia terlihat sedih saat bertemu mereka.

"Gue gak habis pikir sama lo! Kenapa sih lo daridulu bikin sivia sakit hati! Padahal sivia selalu baik sama lo!" Cakka berkata sambil menggertakkan giginya menakan amarah.

"A..apa maksudnya kka...?" Shilla benar-benar tidak tahu maksud kata-kata cakka. Daridulu? Bikin sivia sakit hati??

"Sivia cinta sama alvin daridulu. Sampai lo dateng dalam persahabatan mereka dan sivia dengan baik hatinya malah bantu kalian bersatu! Dan asal lo tau, gue deketin lo cuma karena bales alvin yang bego! Dia bego milih lo yang jelas-jelas sivia jauuh lebih baik dari lo!!" Bentak cakka mengeluarkan semua unek-uneknya. Shilla langsung menutup mulutnya tidak percaya dengan semua yang cakka katakan.

"Dan gue enek tiap liat lo yang kegenitan! Lo kira gue tertarik sama lo? Gak sama sekali! Cuma sivia yang ada dihati gue.! Dan gue bener-bener gakbisa maafin lo nyakitin sivia lagi!" Cakka berdiri dan langsung pergi meninggal shilla yang mematung ditempat duduknya. Jadi........... Cakka tidak pernah tertarik dengannya? Tidak pernah mencintainya? Cakka melakukannya untuk sivia??

Sivia...
Jadi cewek itu cinta sama alvin? Daridulu? Sok kebaikan dengan membantu hubungannya dan alvin? Ingin sok baik didepan cakka eh? Dan sekarang akhirnya shilla yang sakit! 

Sivia dan alvin sudah menikah?
Shilla tersenyum sinis menyadari mungkin saja kehadirannya membuat hubungan mereka retak. Yah itu bagus. Walaupun cakka pergi, masih ada alvin. Ia takkan memberikan alvin kepada sivia. 

Ah sivia. Kenapa bisa perempuan biasa-biasa seperti dia bisa dicintai begitu dalamnya oleh cakka!

* * *

Gabriel keluar dari mobilnya dan berjalan melewati halaman rumah kontrakan sivia. Ia sudah membawa susu untuk ibu hamil dan buah-buahan untuk sivia. Gabriel mengetuk pintu rumah dengan tidak henti-hentinya menyunggingkan senyum mengingat kemarin sivia seakan memberinya kesempatan. Dan gabriel tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.

Baru saja gabriel akan mengetuk pintu kembali, pintu sudah terbuka dan menampakkan alvin berdiri dihadapannya. Senyum gabriel lenyap. Tiba-tiba ia merasakan firasat buruk.

"Mana sivia?" Tanya gabriel. Alvin malah tersenyum.

"Ada apa pagi-pagi udah nyari istri gue?" 

"Sebentar lagi mantan istri, alvin. Gue gak ada urusan sama lo. Mana sivia?!" Gabriel mulai naik darah melihat alvin yang terus tersenyum seolah mengejek.

"Gabriel.." Terdengar suara dari belakang alvin. Alvin dan gabriel pun menoleh melihat sivia yang berjalan menghampiri mereka.

"Hai vi.. Ini buat kamu.." Gabriel langsung tersenyum menyerahkan tas plastik berisi susu dan buah-buahan. Alvin sampai kagum melihat ekspresi gabriel yang bisa berubah cepat. Baru saja ia menampakkan wajah garang ke alvin dan sekarang gabriel sudah menampakkan wajah manis ke sivia, istrinya.

"Makasih yel.. Seharusnya lo gak usah repot-repot terus gini.." Sivia menerima tas plastik itu dengan tidak enak. Gabriel sendiri memang selalu memaksa sivia dulu untuk menerima pemberiannya. Gabriel selalu berkata bahwa sivia memerlukannya untuk gizi bayinya.

"Ya lo gak usah repot-repot lagi gabriel.. Sebentar lagi sivia balik kerumah dan gue yang bakal jaga dia.." Alvin memeluk pinggang sivia posesif. Gabriel mengepalkan tangannya menahan amarah. Tentu saja gabriel tahu dari sikap alvin dan sivia bahwa mereka sudah baikan. Gabriel menghela nafas. Ia harus bahagia dengan kabar baik ini. Sivia sudah kembali dengan alvin. Sivia terlihat sangat bahagia. Dan inilah yang lebih gabriel inginkan daripada mendapatkan sivia. Ya, gabriel lebih bahagia melihat sivia bahagia.

"Ohya? akhirnya.." Gabriel tersenyum menatap sivia. Sedangkan sivia langsung merasa tidak enak. Baru saja kemarin gabriel mengatakan cinta dan sivia pun memberi kesempatan. Sekarang ia merasa sangat jahat menyakiti gabriel.

"ah tapi lo harus sering-sering main yaa!" Sivia meraih tangan gabriel dan tersenyum. Gabriel balas tersenyum.

"Tentu aja. Gue bakal sering kesana buat ngawasin lo. Awas aja kalau alvin nyakitin lo lagi, gue langsung bawa lo pergi dari dia!" Gabriel dan sivia cekikikan sedangkan alvin langsung mendelik.

"Mana bisa gitu! Sivia milik gue dan gue gak akan nyakitin dia lagi! Jadi lo gak perlu repot-repot bawa dia pergi." Alvin semakin menarik pinggang sivia mendekat.

Gabriel dan sivia malah semakin cekikikan melihat alvin yang seperti anak kecil yang mudah tersulut emosinya.

* * * 

Shilla langsung tersenyum lebar mendengar suara mobil alvin. Sudah berjam-jam ia duduk disofa menunggu alvin pulang. Shilla pun berlari menyambut alvin.

"Sayaang!" Shilla langsung memeluk alvin erat. 

"Kamu kemana aja? Kenapa gak ada kabar? Aku khawatir tauuuu..." Shilla memeluk alvin manja. Sedangkan alvin langsung mendorong shilla pelan untuk melepas pelukannya.

"Ada yang mau aku omongin shill.." Tiba-tiba saja perasaan shilla tidak enak. Shilla menatap alvin was-was.

"A..ada apa vin?" Tanya shilla.

"Maaf aku gak bisa terus pertahanin kamu dirumah ini. Sebenernya ini rumah aku sama sivia. Dia istri aku. Dan...... Maaf aku khilaf. Aku pikir aku masih cinta sama kamu. Tapi sekarang aku sadar ternyata aku terlalu terobsesi sama kamu. Sampai aku gak sadar sama perasaan aku ke sivia. Sivia yang aku cinta shill.. Maaf buat semuanya.." Alvin berkata semuanya tanpa memberi shilla kesempatan untuk menyela. Seolah tidak sabar untuk menyelesaikan masalahnya dengan shilla agar ia bisa melanjutkan pernikahannya dengan sivia.

"Vinn.. Enggak! Kamu gak reobsesi sama aku! Kamu cinta sama aku vinn..." Shilla mencoba memeluk alvin tapi buru-buru alvin hentikan.

"Shil, maaf.. Bener-bener minta maaf. Aku cuma cinta sama sivia..." Kata alvin lagi.

Plakkk!!!

"Kamu jahat!!" setelah menampar alvin dengan kerasnya, shilla langsung berlari pergi. Alvin menatap kepergian shilla penuh rasa bersalah. Tapi memang ia harus melakukannya. 

* * *

Shilla sudah berdiri didepan rumah kontrakan sivia. Kemarin ia mengirim pesan ke sivia dan meminta alamat dengan alasan ingin meminta maaf. Shilla pun mengetuk pintu kontrakan sivia. Tidak lama sivia sudah membuka pintunya.

"Ah shilla.. Ayo masuk shil.." Sivia membuka pintunya lebih lebar mempersilahkan shilla masuk. 

"Jangan sok baik deh lo!" Sivia sangat kaget karena shilla tiba-tiba saja mendorongnya.

"M..maksud lo apa shill?" sivia mencoba bangun. Sedangkan shilla tidak sengaja melihat kotak susu ibu hamil diatas meja. Jadi sivia hamil? Ah tiba-tiba shilla mempunyai ide yang brilliant. Sivia sudah menghancurkan hatinya dengan merebut kedua lelaki yang shilla cintai. Dan sekarang giliran shilla yang menghancurkan sivia!

Shilla mendorong sivia lebih kuat dan melayangkan kakinya siap menendang perut sivia tapi brakk! Dirinya terlempar dan menubruk meja. 

"Apa yang lo lakuin?!!" shilla dan sivia melihat ke pintu dimana cakka sudah berdiri disana dan telah mendorong shilla keras, begitu emosi melihat shilla menyakiti sivia.

"Aahhhh!!! " Shilla langsung bangun dan mencocba menyakiti sivia lagi tapi cakka buru-buru menahan shilla.

"Lo apa-apaan sih shil!!" Cakka menatap shilla murka. Mencengkeram tangan shilla kuat.

"Gue benci sama sivia!! Lo bikin gue hancur vii!! Setelah cakka yang cinta sama lo dan sekarang alvin ninggalin gue demi lo!!! Biar gue bunuh bayi lo!!!" Shilla berteriak-teriak ingin menerjang sivia yang sudah terpojok tapi shilla tidak bisa lepas dari cengkeraman cakka.

"Lo gila!!" Cakka menarik shilla keluar. Sedangkan diluar alvin yang baru datang bingung melihat cakka menarik shilla kasar. Tiba-tiba alvin merasakan firasat buruk.

"Temuin sivia. Biar gue bawa cewek gila ini!" Cakka berkata ke alvin dan membawa shilla pergi entah kemana. Dalam pikiran cakka hana memawa shilla jauh dari sivia.

Alvin semakin khawatir mendengar suara tangisan sivia. Alvin langsung berlari menghampiri sivia yang terduduk dilantai dengan penampilan acak-acakan.

"Via.. Tenang.. Kamu udah aman sayang.." Alvin memeluk sivia erat. Alvin merasakan tubuh sivia bergetar. Alvin tidak tau apa yang telah shilla lakukan tapi yang pasti shilla membuat sivia takut.

Sivia balas memeluk alvin erat. Ia begitu takut apalagi saat shilla akan menendang perutnya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tadi cakka tidak datang pada waktu yang tepat. Memikirkannya membuat sivia menangis semakin kencang.

* * *

"Alviaa! Jangan lari-lari sayang.." Sivia mencoba mengejar puteri kecilnya yang baru berusia lima tahun. Sivia dan alvin sengaja membawa puteri kecil mereka liburan tahun baru di pulau dewata bali. Dan sekarang mereka sedang ada dipantai.

"Udah sayang biarin.." Alvin menahan sivia yang akan berdiri untuk mengejar alvia membuat sivia kembali duduk.

Alvin merangkul sivia sedangkan sivia meletakkan kepalanya dibahu alvin. Mereka tersenyum melihat alvia yang sekarang bermain-main dengan pasir.

Yah, setelah kejadian shilla yang akan melukai sivia, alvin langsung membawa sivia kembali kerumah. Tidak lama kemudian mereka mendapat kabar shilla pergi keluar negeri. Sedangkan gabriel masih sering mengunjungi rumah mereka dan bermain bersama alvia. Begitu juga cakka, di sela-sela kesibukannya cakka meluangkan waktu untuk mengajak alvia jalan-jalan.

Sivia menghela nafas. Ia begitu bahagia. Dulu kisahnya begitu rumit dan hampir membuatnya menyerah. Tetapi sekarang ia bisa hidup bahagia dengan suami dan puteri tercintanya. Andaikan saja ini sebuah dongeng, sivia sudahh menuliskan 'Happily Ever After' di akhir kisahnya ini.

 
-THE END-

Complicated Part 3


Title : Complicated
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance, Married Life
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others




Shilla masuk kedalam kamarnya dengan perasaan kesal. Shilla memberitahu alvin bahwa dirinya sakit untuk menarik perhatian alvin. Tetapi yang didapat shilla malah bentakan. Shilla jadi teringat beberapa tahun lalu saat cakka tiba-tiba bersikap dingin kepadanya dan akhirnya memutuskan dirinya saat shilla masih amat sangat mencintai cakka.

Padahal dulu shilla memutuskan dan mencampakkan alvin demi cakka, tapi akhirnya lelaki itu malah mencampakkannya juga. Shilla sangat bersyukur saat alvin hadir lagi dalam kehidupannya dan masih mencintainya. Dan shilla tidak akan membiarkan alvin mencampakkan dirinya seperti cakka! Tidak akan!

* * *

Sivia melihat-lihat buku untuk ibu hamil yang ada disebuah toko buku. Sivia pun memilih beberapa buku yang dikiranya ia butuhkan. Selain gabriel yang seorang dokter, sivia juga ingin mencari panduan lain seperti buku-buku ini. Karena memang ini pertama kali ia hamil. Sivia mengelus perutnya penuh kasih sayang. Memang perut sivia bisa dibilang masih rata karena usia kandungannya kira-kira masih satu bulan. Tetapi tetap saja ada nyawa didalamnya. Anaknya. Buah hatinya. 

Ah tiba-tiba sivia ingin membaca novel. Sivia pun berjalan ke rak khusus untuk kumpulan novel. Ada banyak sekali novel disana. Ada yang baru dan ada juga novel yang lumayan lama tetapi sudah berganti cover. Sivia melihat disalah satu sisi rak ada beberapa novel esti kinasih yang sudah berganti cover. Covernya lucu! Sivia ingin membelinya tetapi untuk apa. Sivia sudah punya novel-novel dari esti kinasih walaupun dengan cover lawasnya. Karena memang sivia penggemar karya-karya esti kinasih.

Saat melihat-lihat novel, pandangan sivia tiba-tiba tertuju dengan benda berwarna hitam yang ada dilantai dekat rak.

Dompet!

Sivia mengambil dompet itu yang sepertinya terjatuh dengan posisi terbuka hingga sivia dapat melihat foto yang ada disana.

Sivia mengerutkan keningnya mencoba mengingat seseorang yang ada di foto itu.

Bukankah ini........ Cakka?

Sivia membatin ragu. Hingga sivia mengambil KTP yang ada didompet itu denan ragu karena itu milik orang lain. Dan benar saja, di KTP itu tertera nama Cakka Nuraga.

Sivia menoleh kanan kiri hingga ia melihat lelaki sedang berjalan sambil melihat kebawah. Sivia pun berjala mendekati lelaki itu.

"Cari ini?" Tanya sivia sambil menyodorkan dompet yang ia temukan didepan lelaki itu. Lelaki itu mellihat dompetnya penuh kelegaan.

"Ah dompet gue.. Syukurlah.. " Kata lelaki itu mengambil dompetnya. Lalu lelaki itu pun mendongak menatap sivia. Cakka mengerutkan keningnya menatap sivia. Sivia seolah tau bahwa mungkin cakka lupa lupa ingat dengannya. Mengingat bahwa sivia murid yang lebih biasa dari murid biasa (?). Apalagi cakka juga cowok keren disekolah dulu.

"Gue sivia, temen SMA lo.." Kata sivia. 

"Ah ya, sivia.." Ulang cakka sambil mengangguk.

"Thanks ya dompetnya.. Gue udah cari kemana-mana.." Kata cakka lagi.

"Iya sama-sama.. Kebetulan aja gue yang nemuin.." Kata sivia tersenyum ramah.

"Yah, sungguh kebetulan..." Kata cakka tersenyum misterius.....

* * *

Siang ini shilla memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke mall yang berada tidak jauh dari rumah alvin. Lama-lama shilla jenuh didalam rumah. Dari pagi sampai hampir malam alvin bekerja. Sedangkan setelah itu alvin malah mengabaikannya.

Shilla menaiki eskalator menuju lantai dua. Mata shilla langsung berkilauan melihat pakaian yang tergantung di setiap butik. Hingga tidak sengaja shilla melihat lelaki dengan kemeja putih. 

"Cakka!" Shilla sedikit berteriak. Tetapi lelaki itu sepertinya tidak mendengar panggilan shilla. Shilla pun berjalan cepat menghampiri lelaki itu.

"Cakka!" Shilla menepuk pundak lelaki itu hingga ia menoleh.

"Shilla?" Cakka melihat shilla bingung. Bukankah shilla sudah pindah ke kota Yogyakarta?

"Gak nyangka ketemu kamu lagi.." Shilla tersenyum menatap wajah tampan cakka. Wajah yang membuatnya terpesona.

"Hm. Bukannya lo udah pindah ke jogja?" Tanya cakka. Shilla miris ternyata cakka tetap dingin seperti saat terakhir mereka bertemu. Bahkan sekarang tidak ada panggilan 'aku-kamu' lagi untuknya.

"Iya.. Tapi aku balik kesini lagi.." Shilla menjelaskan.

"Oh."

Shilla kecewa mendengar jawaban singkat dari cakka. Hanya itukah reaksi cakka mengetahui shilla sudah kembali tinggal di Jakarta? 

"Gue ada urusan. Gue duluan.." Kata cakka setelah melihat jam tangannya. Cakka pun beranjak pergi.

"Ah cakka.." Cakka berhenti sejenak dan menoleh ke shilla.

"Aku seneng bisa ketemu kamu lagi.." Kata shilla dengan wajah merah.

"Hm." Cakka menjawab lalu kembali berjalan pergi. Sedangkan shilla masih diam ditempat dengan wajah merah. Sedingin apapun cakka, tetap saja tidak menghilangkan ketampanannya yang luar biasa dimata shilla.

Sedangkan cakka memperlambat jalannya saat dirasa ia sudah jauh dari shilla. Sebenarnya hari ini cakka tidak ada urusan lagi makanya ia iseng jalan-jalan mencari buku-buku dan dvd. Dan ternyata dari keisengannya ini mempertemukannya dengan seseorang yang amat ia rindukan.

Setelah masuk kedalam mobilnya, cakka mengeluarkan smartphonenya dari dalam saku. Cakka lalu membuka aplikasi messenger dan mencari contact dengan display name 'Sivia Azizah'. Cakka tersenyum melihat display picture sivia. Sivia tersenyum ke kamera sangat manis. Foto itu memang biasa, tetapi perempuan yang ada di foto itu yang luarbiasa. Sungguh luarbiasa membuat cakka memendam cinta bertahun-tahun lamanya. Dan juga yang membuat cakka dengan teganya mempermainkan seorang perempuan demi membalas dendam ke laki-laki yang dengan bodohnya menyakiti sivia terus-menerus.

Semua diawali saat cakka sedang bermain basket bersama teman-temannya. Saat mengoper bola ke temannya, bola itu terlalu keras hingga terlempar jauh dan akhirnya menerjang sivia yang sedang berjalan melewati lapangan bersama temannya, shilla. Sivia sempat memegangi kepalanya sebelum kehilangan kesadarannya. Cakka pun berlari menghampiri dan menggendong sivia ke UKS. Mungkin lemparannya terlalu keras hingga ada benjolan ke-ungu-an dikening sivia. Apalagi mengingat sivia yang pingsan setelah terkena lemparan bolanya.

Saat sivia sadar, bukan amukan yang didapat cakka. Tetapi sivia malah tersenyum manis dan berkata ia tidak apa-apa. Dan saat itulah cakka terpesona dengan senyum sivia. Memang, cakka terlalu sering mendapat senyuman dari cewek-cewek. Tapi cakka rasa ini senyuman yang berbeda. Senyuman ini tulus. Bukan senyuman genit yang biasa diberikan cewek-cewek untuk menggodanya.

Dari situlah cakka mulai sering memandangi sivia dari jauh. Dan cakka sering melihat tatapan sivia ke alvin yang tulus, penuh cinta. Cakka kesal karena alvin seolah tidak menyadari perasaan sivia sama sekali dan malah berpacaran dengan shilla yang merupakan teman dekat sivia juga. Cakka semakin kesal saat melihat tatapan sedih sivia saat bersama alvin dan shilla yang bermesraan. Walaupun sivia selalu mengembangkan senyum untuk menutupi hatinya. Dari situlah cakka begitu dendam dengan alvin yang terus-terusan membuat sivia sakit hati. Cakka bingung, apa kelebihan shilla dari sivia? Memang shilla cantik, tetapi tetap tidak semanis sivia. Dalam bidang akademik juga sivia lebih unggul. Apalagi tentang sikap, cakka tau bahwa sikap sivia jauh lebih baik dari shilla. Karena shila memang pernah bersikap genit demi mendapat perhatian cakka. Dan itu sudah cukup untuk cakka menilai shilla.

Cakka mulai mendekati shilla. Tidak susah untuk mendapatkan shilla karena menurut cakka, shilla salah satu dari jenis perempuan biasanya. Hanya dengan wajah tampan dan diberi sedikit harapan, shilla sudah jatuh kedalam pesona cakka. 

Dan cakka begitu puas saat semua berjalan seperti rencananya. Alvin hancur. Cakka senang setidaknya alvin bisa merasakan bagaimana sakit hati sivia selama ini! 

Sama halnya dengan gabriel, cakka tidak berani mendekati sivia yang bahkan tidak melirik lelaki manapun selain alvin. Hingga beberapa tahun setelah lulus SMA, cakka mendapat kabar sivia telah menikah dengan alvin. Cakka pun memilih bekerja disalah satu perusahaan keluarganya yang ada diluar negeri. Tentu sebelumnya cakka sudah mengakhiri hubungannya dengan shilla. Cakka berusaha membuka hatinya kepada perempuan lain disana. Dan sampai sekarang ia pindah lagi ke Indonesia tidak ada satu perempuan pun yang dapat merebut hatinya. Hingga sekarang takdir mempertemukannya lagi dengan sivia. Perasaan yang selama ini ia pendam seakan meluap-luap kembali. 

'Sivia.... ' Gumam cakka penuh makna.


>>>>><<<<< 


Sivia membaca buku-buku yang ia beli tadi dikamarnya. Ada beberapa foto-foto bayi disana membuat sivia tiba-tiba membayangkan bagaimana bayinya nanti. Yang sivia bisa pastikan adalah bayi itu pasti memiliki mata yang sipit seperti dirinya dan alvin.

Ah, alvin..

Mengingat nama itu membuat hati sivia lagi-lagi terasa nyeri. Tapi sivia mencoba menghilangkan perasaan itu. Jika alvin bahagia dengan shilla, tentu saja sivia harus bahagia. Tetapi entah kenapa sampai saat ini sivia masih merasa belum terlalu kuat untuk mengurus surat cerai. Sivia yakin alvin pasti sudah menunggu perceraian mereka. Sivia jadi merasa bersalah membuat alvin menunggu terlalu lama.. Apa sebaiknya sivia menyerahkan semua kepada alvin? Karena sivia bahkan tidak yakin kedepannya nanti ia akan sanggup mengurus perceraiannya dengan alvin.

Smartphone sivia berbunyi membuat lamunan sivia buyar. Sivia pun mengambil ponselnya dan melihat ada pesan melalui aplikasi messenger.

Cakka Nuraga:
Hei

Cakka? Batin sivia akhirnya membalas pesan dari cakka itu. Yah, setelah pertemuan mereka di tokobuku mereka menyempatkan untuk makan siang bersama dan bertukar pin.

Sivia Azizah:
Hei jg :)

Dengan melihat emote senyum yang sivia berikan sudah membuat cakka ikut membayangkan senyuman sivia. Dengan bingung cakka mengetikkan beberapa huruf.

Cakka Nuraga:
Lagi apa?

Ah sial. Cakka merasa seperti abg yang memulai proses pendekatan dengan gebetannya! Tapi cakka juga bingung memulai percakapan. Dan akhirnya cakka pun meneruskan chat-nya dengan topik yang bahkan menurutnya sendiri tidak penting.

* * * 

"Alvinnn!" Shilla langsung menghampiri alvin saat lelaki itu baru pulang dari kantor. Seperti biasa shilla memeluk lengan alvin manja.

"Ada apa shil?" Tanya alvin sabar.

"Besok kan weekend. Kita jalan-jalan yaa.." Shilla menatap alvin dengan tatapan memohon. 

"Aku capek.." Kata alvin entah kenapa tidak tertarik sama sekali.

"Ayolaah vin.. Udah sebulan lebih aku disini tapi kamu gak pernah perhatiin aku.. Trus buat apa kamu ajak aku balik ke jakarta!" 

Alvin mendesah. Benar juga kata shilla. Setiap hari alvin bekerja dan meninggalkan shilla dirumah. Dan sepulang kerja alvin sengaja berkata lelah dan pura-pura tidur lebih awal. Alvin jadi merasa bersalah mengingatnya.

"mau kemana?" Tanya alvin akhirnya.

"Kita jalan-jalan ke dufan yaa.. Udah lama kita gak kesana berdua.." 

"Oke.." Shilla langsung tersenyum senang mendengar jawaban alvin. Akhirnya ia bisa jalan-jalan dengan alvin lagi!

"Thankyou sayaang..." Shilla mengecup pipi alvin. 

"Hm.." Jawab alvin mencoba menarik bibirnya untuk tersenyum.

* * * 

Cakka memandang bayangan dirinya di cermin. Hari ini cakka berpenampilan santai dengan kaos dan celana jeans. Setelah merasa puas, cakka mengambil jaket dan kunci mobilnya. Ia keluar dari kamar dan menuju bagasi dimana mobilnya berada.

Cakka mengendarai mobilnya menuju rumah sivia. Yah, kemarin malam saat chat cakka memberanikan diri mengajak sivia jalan. Dan akhirnya sivia setuju untuk jalan-jalan ke dufan. Cakka melihat layar smartphonenya. Disitu tertulis sebuah alamat. Alamat yang sivia kirim sebagai alamatnya.

Sedangkan sivia masih menyisir rambut sebahunya. Ia memandang penampilannya di cermin. Sivia sangat suka dengan baju terusan yang dipakainya. Sejak hamil sivia jadi lebih senang memakai baju terusan semacam gaun. Dan gaun santai ini ia beli saat bulan madu dengan alvin di bali waktu itu. Ah, bulan madu? Bahkan disana mereka tidak lebih dari liburan tanpa melakukan sesuatu yang biasa dilakukan dalam bulan madu sepasang suami istri baru.

Sivia mendesah. Kenapa lagi-lagi ia teringat alvin. Selalu saja hanya melihat hal kecil saja sudah membuatnya teringat alvin. Lamunan sivia buyar saat mendengar suara deru mobil yang ada didepan rumahnya. Sivia pun mengambil tasnya lalu keluar.

Setelah membuka pintu kontrakannya, sivia melihat cakka sudah berdiri didepan mobilnya sambil membawa ponselnya.

"Cakka.." Panggil sivia mendekati cakka.

"Hei.. Baru aja gue mau telpon lo. Gue takut salah rumah hhehe" Cakka pun menyimpan ponselnya.

"Hahaha bener kok.." Kata sivia tersenyum dan sukses membuat wajah cakka memerah. 

"Ah iya.. Yaudah yuk.." Cakka jadi salah tingkah. Cakka pun membukakan pintu mobil untuk sivia. Setelah itu cakka masuk dari pintu lain dan mulai menjalankan mobilnya. 

* * * 

"Nanti kalau kita udah punya anak, aku mau setiap weekend kita ajak kesini.." Shilla terus memeluk lengan alvin manja. Mereka sudah sampai di dufan beberapa menit lalu dan sekarang sedang berjalan mencari wahana. Tapi alvin pikir shilla mungkin saja ingin menghabiskan waktu di dufan hanya untuk memeluk lengan alvin. Hah.

"Trus aku juga mau anak pertama kita cowok trus baru deh anak kedua kita cewek. Hihihi" shilla nyengir membayangkannya. Lama tidak ada jawaban membuat shilla mendongak menatap alvin. Lelaki itu menatap kedepan dengan tatapan kosong.

"Alvin! Kamu kok diem ajasih!" Shilla memukul lengan alvin pelan hanya untuk menyadarkan alvin. Dan akhirnya lelaki itu menoleh ke shilla.

"Apa?" Alvin bertanya polos.

"Ihh aku daritadi ngomong gak kamu dengerin?! Ishh nyebelin banget sih!" Shilla langsung cemberut. Lagi-lagi alvin bersikap seolah tidak memperdulikannya. Menyebalkan!

"Maaf.." Kata alvin. Shilla mendesah mencoba sabar.

"Yaudahlah." Shilla pun mengalah dan kembali memeluk lengan alvin. Mereka pun kembali berjalan-jalan.

"Sayang, aku mau minum.." Kata shilla.

"Disitu ada jual jus" Kata alvin. Dulu ia dan sivia sering ke dufan dan selalu membeli jus disana.

"Yaudah yuk kesana.." Shilla senang alvin mulai bicara. Karena daritadi alvin menanggapi ocehan shilla dengan 'hm' . Mereka pun ke stand penjual jus yang terdapat berbagai pilihan jus.

"Aku mau jus alpukat.." Kata shilla. Ah kalau sivia kesini pasti yang dibeli.........

"Pak jus melon dua.." Kata orang disamping alvin. Alvin menoleh ke samping dan begitu terkejut melihat lelaki disampingnya. Dan yang lebih mengejutkan adalah wanita yang disamping lelaki itu. Sivia.

"Sivia.." Lirih alvin yang cukup dapat didengar cakka dan sivia. Sivia menoleh dan tidak kalah terkejutnya melihat alvin. Dan hati sivia kembali sakit melihat shilla ada disamping alvin dengan memeluk lengan alvin manja. 

"Ah siv....." Shilla akan menyapa sivia juga sebelum akhirnya ia melihat cakka. 

"Hai alvin. Shilla." Cakka mencoba menghapus kecanggungan diantara mereka semua. 

* * *

Sekarang mereka berempat sudah duduk di salah satu tempat makan yang ada di dufan. Cakka mengamati shilla yang terus memeluk lengan alvin manja. Ah cakka sampai lupa. Sivia tinggal sendiri dirumah kontrakannya dan sekarang alvin pergi berdua dengan shilla. Hm, sepertinya ia ketinggalan info penting. Tapi apapun info itu, yang cakka yakini ialah hubungan sivia dan alvin dalam keadaan buruk. Cakka tersenyum. Mungkin ia datang diwaktu yang tepat. Ia akan merebut sivia. 

Shilla yang merasa dilihati cakka jadi semakin memeluk lengan alvin manja. Ia merasa cakka akan cemburu melihatnya dengan alvin. Dan mungkin cakka bisa menyadari bahwa shilla memang cintanya. Hahahaha! Shilla tertawa dalam hati membayangkan cakka mengejarnya kembali.

Dan alvin, lelaki itu terus memandangi sivia. Perempuan itu tampak lebih berisi. Alvin tersenyum mengingat selera makan sivia yang tinggi. Mungkin saja akhir-akhir ini istrinya itu sedang suka-sukanya makan. Istri? Ah sudah sebulan lebih sivia pergi dari rumah. Dan alvin juga ingat kata-kata sivia saat dirumah sakit. Perempuan itu berniat mengurus perceraian mereka. Alvin ingin sekali berbicara empat mata dengan sivia tentang perceraian itu. Apalagi alvin ingat saat itu sivia keluar dari ruang periksa ibu hamil. Dan sekarang sivia jalan berdua dengan cakka! Beberapa kali cakka mengusap makanan yang ada diujung bibir sivia membuat alvin kesal! Ah sungguh alvin ingin berbicara dengan sivia. 

Sedangkan sivia sendiri terus menunduk. Sivia tidak nyaman dengan situasi ini. Dihadapannya kini ada alvin dan shilla. Apalagi sekarang ia bersama cakka, mantan shilla yang membuat shilla meninggalkan alvin dulu. Tiba-tiba saja ponsel sivia bergetar. Ternyata ada pesan dari gabriel.

* * * 

Gabriel duduk diruangannya. Weekend ini gabriel tetap pergi kerumah sakit karena ada beberapa operasi yang sudah dijadwalkan. Baru saja ia menyelesaikan operasi pertama dan operasi berjalan lancar dengan hasil yang baik. Masih ada dua operasi yang harus ia laksanakan lagi tetapi ia sudah kepikiran sivia. Dari kemarin sore ia belum menemui sivia dan itu membuatnya dilanda rindu. Gabriel mengambil ponselnya dan melihat wallpaper ponselnya itu. Gabriel tersenyum melihat foto sivia yang tersenyum manis yang ia jadikan wallpaper.

Gabriel lalu membuka aplikasi messenger dan mengirim pesan ke sivia.

Gabriel Steven:
Hai, lg apa?

Tidak lama sudah ada balasan dari sivia.

Sivia Azizah:
Ah maaf lupa ngasih tau. Gue lg ke dufan sama cakka. Temen SMA kita :)

Cakka? Lelaki dengan rambut agak jabrik si kapten futsal langsung terbayang dipikiran gabriel. Ya gabriel ingat lelaki itu. Dan gabriel juga ingat betapa lelaki itu juga begitu menyukai sivia dulu. Atau sampai sekarang? Ah gabriel tidak bisa membiarkan cakka mengambil sivia. Gabriel tau memang ini saat yang tepat siapapun untuk mendekati sivia karena hubungannya dengan alvin sedang diambang perceraian. Tapi gabriel tentu saja tidak akan membiarkan lelaki lain yang mendapatkan sivia. Gabriel ingin menjadi satu-satunya yang dekat dengan sivia. Yang selalu ada untuk sivia. Dan kehadiran cakka akan menghancurkan semuanya.


>>>>><<<<< 


Sivia meneguk segelas susu untuk ibu hamil yang selalu gabriel belikan untuknya. Hingga terdengar suara ketukan pintu membuat sivia meletakkan gelasnya dan berjalan keluar untuk membuka pintu.

'Pasti gabriel..' Batin sivia melihat jam dinding yang memang sudah biasanya gabriel yang datang.

Sivia membuka pintu dan langsung diam melihat sosok yang ada dihadapannya kini. 

Alvin!

"Hai vi.." Suara alvin serak. Sedangkan sivia masih diam antara kaget, bingung, dan rasa rindu yang menyeruak didadanya melihat alvin ada dihadapannya.

"Boleh aku masuk?" Alvin kembali berkata karena sivia masih diam. Sivia sadar dari lamunannya dan mengangguk. Sivia tidak bisa terus menghindar. Bagaimanapun sivia harus menghadapinya.

Mereka sekarang sudah duduk disofa kontrakan sivia. Mereka duduk berhadapan dan saling diam. Alvin berdehem memecah kesunyian.

"Aku mau bicarain semua.." Alvin mulai berbicara. Sedangkan sivia mengangguk. Ia harus siap untuk apapun hasil pembicaraan mereka nanti.

"Kamu gak serius kan tentang perceraian itu?" Tanya alvin menatap sivia.

"Aku serius, dan maaf kalau terlalu lama nunggu. Mungkin kamu bisa mempercepat prosesnya.." Sivia berbicara dengan tegar. Tidak ada nada takut, kecewa, dan tersakiti didalamnya.

"Gak akan.. Kenapa kamu tiba-tiba kepikiran tentang perceraian? bukannya sebelumnya kita baik-baik aja.."

"Ya kita emang baik-baik aja sebelum shilla kembali." Sivia berkata dengan tegas. 

"Ah maaf.. Tapi kita bisa bicarain lagi vi. Jangan seenaknya ambil keputusan. Dan bukannya... Kamu cinta sama aku?" 

Sivia langsung menatap alvin marah.

"Kalau aku cinta sama kamu itu berarti kamu bisa seenaknya bawa cewek lain kerumah hah?!" Mata sivia mulai memerah menahan marah.

"bukan gitu maksud aku vi..." Alvin menatap sivia sedih. Sungguh bukan itu maksud alvin. 

"Maaf selama ini aku ngekang kamu dengan pernikahan sepihak ini. Aku tau kamu tersiksa dengan pernikahan ini. Dengan datangnya shilla setidaknya bikin aku sadar kalau emang kamu gak pernah bales perasaan aku. Dan secepatnya aku bakal urus perceraian kita!" Sivia mengungkapkan isi hatinya. 

"Vii enggak.. Kamu salah.." Alvin mencoba meraih tangan sivia tapi sivia langsung berdiri.

"Kamu gak usah merasa bersalah. Aku baik-baik aja. Lebih baik kamu pergi sekarang." Kata sivia. 

"Ya, sivia bakal baik-baik aja. Gue yang akan jaga dia.." Baru saja alvin ingin bicara, sudah ada suara yang datang dari pintu. Sivia dan alvin pun menoleh. Emosi alvin langsung tersulut melihat gabriel datang dan masuk kemudian berdiri disamping sivia. Bukan hanya berdiri, gabriel juga memeluk pinggang sivia dari samping!!

"Gue dan sivia akan menikah tepat setelah perceraian kalian selesai."

Alvin langsung menatap gabriel tajam. Baru saja alvin maju akan menyerang, sivia sudah menengahi mereka.

"Aku bakal urus perceraian kita secepetnya. Sebaiknya kamu pergi sekarang." Sivia mencoba menegaskan nada bicaranya. Alvin yang melihat tatapan tidak bersahabat sivia pun mundur. Alvin mengambil nafas panjang dan akhirnya berjalan keluar dari rumah kontrakan sivia itu.

* * *

Alvin menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Sudah hampir dua jam ia berbaring di tempat tidurnya dalam diam. Pikirannya tertuju pada kejadian beberapa jam lalu dimana sivia mengusir dirinya dengan tatapan tidak bersahabat. Sivia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Entah saat menjadi sahabat maupun istrinya.

Alvin juga teringat kata-kata sivia mengenai pendapatnya tentang alvin yang sengaja membawa shilla untuk menyadarkan sivia bahwa dirinya tidak pernah membalas perasaan sivia. Sungguh alvin tidak pernah berfikir seperti itu. Memang alvin sengaja membawa shilla ke jakarta lagi. Tapi sekarang alvin jadi bingung sendiri tentang alasan apa untuknya membawa shilla kembali ke jakarta. Apakah dirinya masih sangat mencintai shilla? Selama ini, itulah pemikiran alvin. Alvin pikir ia masih sangat mencintai shilla, tapi sekarang alvin meragukannya. Kalau ia benar masih sangat mencintai shilla, bukannya harusnya ia senang dengan perceraiannya dengan sivia. Karena dengan begitu dirinya bisa bersatu dengan shilla. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ia tidak nyaman dirumah berdua dengan shilla. Ia juga tidak rela sivia pergi dirumah apalagi mendengar sivia mengucapkan kata ce-rai. 

Apakah ia terlambat menyadari perasaannya? Apakah ia telah mencintai sivia? 

* * *

Sivia memeluk gulingnya sambil diam. Ia memikirkan kedatangan alvin tadi siang. Sivia masih tidak berani menghadapi hari esok. Sivia sudah bertekad untuk mulai mengurus perceraiannya dengan alvin. Sivia sudah berjanji tadi. Dan mau tidak mau sivia harus melakukannya.

Akhirnya saat-saat ini datang. Saat dimana ia harus merelakan alvin. Selama ini sivia terus semangat berusaha membuat alvin membalas cintanya. Tapi ternyata sampai batas waktunya ia belum berhasil. Hingga cinta alvin kembali, shilla datang dengan membawa cinta yang masih utuh untuk alvin. Begitu juga alvin yang masih begitu mencintai shilla. Sivia mencoba tersenyum. 

'Semoga alvin bahagia..' 

* * * 

Gabriel mengancingkan kemejanya. Sejak bangun dari tidurnya gabriel terus menyunggingkan senyum. Kemarin sivia meminta tolong untuk diantar ke pengadilan mengurus perceraiannya dengan alvin. Akhirnya saat ini datang. Gabriel sudah berniat nanti ia akan sekalian membawa sivia makan romantis dan menyatakan cintanya. Memang bukan waktu yang tepat karena sivia baru mengurus perceraiannya. Tapi keadaan yang memaksa. Kini cakka ikut hadir dihadapan sivia. Ia yakin cakka juga sudah bersiap mendapatkan sivia. Dan gabriel tidak mau terlambat. Ia harus bergerak lebih cepat. 

Gabriel mendengar bunyi dari ponselnya. Gabriel tersenyum melihat nama sivia dilayarnya. Gabriel menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ditelinga.

"Hei.."

"Iya gue udah mau berangkat kok"

"Iyaa see you.."

Gabriel menekan tombol merah lalu memasukkan ponselnya ke saku. Ia mengambil kunci mobil dan mengambil mobilnya di garasi. Ia pun melajukan mobilnya menuju rumah sivia.

Gabriel mengerutkan keningnya melihat ada mobil terparkir didepan rumah sivia. Mobil siapa? Yang pasti ini bukan mobil alvin.

Gabriel turun dari mobilnya dan berjalan kerumah sivia. Kebetulan pintunya tidak ditutup dan terlihatlah sivia duduk berhadapan dengan seorang lelaki. 

Cakka.

"Eh lo udah dateng yel.." Sivia menoleh saat gabriel muncul di pintu membuat cakka ikut menoleh.

Gabriel tersenyum ke arah sivia dan langsung menampakkan wajah tidak bersahabat ke cakka.

"Hai, gabriel." Cakka tersenyum ke gabriel. Bukannya senang gabriel malah kesal melihat senyum itu. Gabriel sangat tau maksud senyum itu. Senyum menantang. 

"Ayo berangkat vi.." Gabriel tidak menggubris sapaan cakka malah mendekati sivia. Sivia menoleh ke arah cakka merasa tidak enak jika mengusir cakka. 
"Yaudah gue balik aja.. Nanti gue ngunjungin lo lagi.." Cakka tersenyum ke sivia. Sivia pun tersenyum atas pengertian cakka.

"Oke, gue tunggu ya.." Sivia tersenyum ramah. Membuat dua lelaki disekitarnya lagi-lagi terpesona.

* * *

Sivia dan gabriel duduk berhadapan di sebuah restaurant. Sivia melihat sekitar restaurant sambil menilai. Sungguh restaurant ini ditata dengan suasana romantis. Lampu sedikit remang, wangi yang menenangkan, bahkan musik yang sangat menggetarkan hati. 

"Gimana? Suka?" Tanya gabriel mengamati sivia yang daritadi memandang sekitar restaurant ini.

"Ya. Makanannya enak. Suasananya juga.. Makasih ya udah ajakin kesini hehehe" sivia berkata dengan semangat membuat gabriel lega.

"Gue yang makasih lo udah mau gue ajakin kesini.." Gabriel tersenyum.

"Ya gue lah yang harus makasih. Tadi siang lo udah nemenin gue ngurus ke pengadilan, dan sekarang malah lo yang neraktir gue disini.." kata sivia jadi merasa tidak enak. Berkali-kali sivia memaksa untuk membayar semuanya tapi gabriel tetap tidak mengijinkan.

"Yaudah kita saling makasih hahaha" mereka pun tertawa. Dan setelah itu suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.

"Em,vi.." Gabriel kembali membuka suara setelah mengumpulkan keberanian.

"Ya?" Sivia menatap gabriel.

"Gue.. Gue cinta sama lo.." Gabriel menatap sivia dan menunggu respond sivia atas pernyataannya barusan.

Sivia menatap mata gabriel. Mencari kebohongan disana. Tetapi sivia tidak menemukannya! Apakah gabriel serius??

"Gue serius.. Bahkan, gue udah nyimpen perasaan ini sejak awal kita masuk SMA.." Lanjut gabriel menjawab pertanyaan sivia yang hanya diucapkan sivia dalam hati. 

"Ta..tapi yel..." Sivia bingung! 

"Iya gue tau ini bukan waktu yang tepat. Gue gak maksa lo buat jawab sekarang. Gue cuma mau lo tau perasaan gue. Dan jangan jadiin perasaan gue beban ya vi.." Gabriel tersenyum lembut. Sivia balas tersenyum. Gabriel sungguh lelaki yang baik.

"Makasih ya yel pengertiannya. Gue bakal pertimbangin ini.." Sivia tersenyum. Tidak ada salahnya kan ia memberi kesempatan ke gabriel? Gabriel baik. Dan yang penting, gabriel.....................mencintainya. 

* * *

Alvin tidak bisa tidur tenang. Ia berkali-kali membaca pesan masuk dari sivia dan tidak ada yang berubah. Pesan itu benar-benar nyata!

Sivia Azizah:
Aku udh daftarin perceraian kita di pengadilan. 

Perceraian?!
Ternyata sivia benar-benar serius dengan perkataannya! Alvin memijat keningnya. Perasaannya tidak tenang.

Bercerai dengan sivia? 
Sungguh membayangkan ia hidup tanpa sivia saja alvin tidak sanggup.

Alvin bangun dan buru-buru mengambil jaket dan kunci mobil. Alvin melajukan mobilnya kencang kearah kontrakan sivia. 

Alvin berhenti tidak jauh dari kontrakan sivia karena alvin melihat ada mobil gabriel terparkir tepat didepan rumah kontrakan sivia. Alvin menajamkan penglihatannya kearah didepan pintu kontrakan sivia. Disana sivia dan gabriel berdiri berhadapan, saling tersenyum!

Alvin masih memperhatikan hingga matanya melebar melihat gabriel meraih tangan sivia dan mengecup kening sivia.

Brengsek! Berani-beraninya gabriel mencium istrinya!

Alvin tidak akan membiarkannya! Sivia adalah istrinya. Dan selamanya akan tetap menjadi istrinya!

Yah, sekarang alvin yakin. Ia mencintai sivia. Jauh sebelum ia menyadarinya.