Title : Complicated
Author
: Rosita Dinni
Genre
: Romance, Married Life
Cast
: Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
Shilla masuk
kedalam kamarnya dengan perasaan kesal. Shilla memberitahu alvin bahwa dirinya sakit
untuk menarik perhatian alvin. Tetapi yang didapat shilla malah bentakan.
Shilla jadi teringat beberapa tahun lalu saat cakka tiba-tiba bersikap dingin
kepadanya dan akhirnya memutuskan dirinya saat shilla masih amat sangat
mencintai cakka.
Padahal dulu shilla memutuskan dan mencampakkan alvin demi cakka, tapi akhirnya lelaki itu malah mencampakkannya juga. Shilla sangat bersyukur saat alvin hadir lagi dalam kehidupannya dan masih mencintainya. Dan shilla tidak akan membiarkan alvin mencampakkan dirinya seperti cakka! Tidak akan!
* * *
Sivia melihat-lihat buku untuk ibu hamil yang ada disebuah toko buku. Sivia pun memilih beberapa buku yang dikiranya ia butuhkan. Selain gabriel yang seorang dokter, sivia juga ingin mencari panduan lain seperti buku-buku ini. Karena memang ini pertama kali ia hamil. Sivia mengelus perutnya penuh kasih sayang. Memang perut sivia bisa dibilang masih rata karena usia kandungannya kira-kira masih satu bulan. Tetapi tetap saja ada nyawa didalamnya. Anaknya. Buah hatinya.
Ah tiba-tiba sivia ingin membaca novel. Sivia pun berjalan ke rak khusus untuk kumpulan novel. Ada banyak sekali novel disana. Ada yang baru dan ada juga novel yang lumayan lama tetapi sudah berganti cover. Sivia melihat disalah satu sisi rak ada beberapa novel esti kinasih yang sudah berganti cover. Covernya lucu! Sivia ingin membelinya tetapi untuk apa. Sivia sudah punya novel-novel dari esti kinasih walaupun dengan cover lawasnya. Karena memang sivia penggemar karya-karya esti kinasih.
Saat melihat-lihat novel, pandangan sivia tiba-tiba tertuju dengan benda berwarna hitam yang ada dilantai dekat rak.
Dompet!
Sivia mengambil dompet itu yang sepertinya terjatuh dengan posisi terbuka hingga sivia dapat melihat foto yang ada disana.
Sivia mengerutkan keningnya mencoba mengingat seseorang yang ada di foto itu.
Bukankah ini........ Cakka?
Sivia membatin ragu. Hingga sivia mengambil KTP yang ada didompet itu denan ragu karena itu milik orang lain. Dan benar saja, di KTP itu tertera nama Cakka Nuraga.
Sivia menoleh kanan kiri hingga ia melihat lelaki sedang berjalan sambil melihat kebawah. Sivia pun berjala mendekati lelaki itu.
"Cari ini?" Tanya sivia sambil menyodorkan dompet yang ia temukan didepan lelaki itu. Lelaki itu mellihat dompetnya penuh kelegaan.
"Ah dompet gue.. Syukurlah.. " Kata lelaki itu mengambil dompetnya. Lalu lelaki itu pun mendongak menatap sivia. Cakka mengerutkan keningnya menatap sivia. Sivia seolah tau bahwa mungkin cakka lupa lupa ingat dengannya. Mengingat bahwa sivia murid yang lebih biasa dari murid biasa (?). Apalagi cakka juga cowok keren disekolah dulu.
"Gue sivia, temen SMA lo.." Kata sivia.
"Ah ya, sivia.." Ulang cakka sambil mengangguk.
"Thanks ya dompetnya.. Gue udah cari kemana-mana.." Kata cakka lagi.
"Iya sama-sama.. Kebetulan aja gue yang nemuin.." Kata sivia tersenyum ramah.
"Yah, sungguh kebetulan..." Kata cakka tersenyum misterius.....
* * *
Siang ini shilla memutuskan untuk pergi jalan-jalan ke mall yang berada tidak jauh dari rumah alvin. Lama-lama shilla jenuh didalam rumah. Dari pagi sampai hampir malam alvin bekerja. Sedangkan setelah itu alvin malah mengabaikannya.
Shilla menaiki eskalator menuju lantai dua. Mata shilla langsung berkilauan melihat pakaian yang tergantung di setiap butik. Hingga tidak sengaja shilla melihat lelaki dengan kemeja putih.
"Cakka!" Shilla sedikit berteriak. Tetapi lelaki itu sepertinya tidak mendengar panggilan shilla. Shilla pun berjalan cepat menghampiri lelaki itu.
"Cakka!" Shilla menepuk pundak lelaki itu hingga ia menoleh.
"Shilla?" Cakka melihat shilla bingung. Bukankah shilla sudah pindah ke kota Yogyakarta?
"Gak nyangka ketemu kamu lagi.." Shilla tersenyum menatap wajah tampan cakka. Wajah yang membuatnya terpesona.
"Hm. Bukannya lo udah pindah ke jogja?" Tanya cakka. Shilla miris ternyata cakka tetap dingin seperti saat terakhir mereka bertemu. Bahkan sekarang tidak ada panggilan 'aku-kamu' lagi untuknya.
"Iya.. Tapi aku balik kesini lagi.." Shilla menjelaskan.
"Oh."
Shilla kecewa mendengar jawaban singkat dari cakka. Hanya itukah reaksi cakka mengetahui shilla sudah kembali tinggal di Jakarta?
"Gue ada urusan. Gue duluan.." Kata cakka setelah melihat jam tangannya. Cakka pun beranjak pergi.
"Ah cakka.." Cakka berhenti sejenak dan menoleh ke shilla.
"Aku seneng bisa ketemu kamu lagi.." Kata shilla dengan wajah merah.
"Hm." Cakka menjawab lalu kembali berjalan pergi. Sedangkan shilla masih diam ditempat dengan wajah merah. Sedingin apapun cakka, tetap saja tidak menghilangkan ketampanannya yang luar biasa dimata shilla.
Sedangkan cakka memperlambat jalannya saat dirasa ia sudah jauh dari shilla. Sebenarnya hari ini cakka tidak ada urusan lagi makanya ia iseng jalan-jalan mencari buku-buku dan dvd. Dan ternyata dari keisengannya ini mempertemukannya dengan seseorang yang amat ia rindukan.
Setelah masuk kedalam mobilnya, cakka mengeluarkan smartphonenya dari dalam saku. Cakka lalu membuka aplikasi messenger dan mencari contact dengan display name 'Sivia Azizah'. Cakka tersenyum melihat display picture sivia. Sivia tersenyum ke kamera sangat manis. Foto itu memang biasa, tetapi perempuan yang ada di foto itu yang luarbiasa. Sungguh luarbiasa membuat cakka memendam cinta bertahun-tahun lamanya. Dan juga yang membuat cakka dengan teganya mempermainkan seorang perempuan demi membalas dendam ke laki-laki yang dengan bodohnya menyakiti sivia terus-menerus.
Semua diawali saat cakka sedang bermain basket bersama teman-temannya. Saat mengoper bola ke temannya, bola itu terlalu keras hingga terlempar jauh dan akhirnya menerjang sivia yang sedang berjalan melewati lapangan bersama temannya, shilla. Sivia sempat memegangi kepalanya sebelum kehilangan kesadarannya. Cakka pun berlari menghampiri dan menggendong sivia ke UKS. Mungkin lemparannya terlalu keras hingga ada benjolan ke-ungu-an dikening sivia. Apalagi mengingat sivia yang pingsan setelah terkena lemparan bolanya.
Saat sivia sadar, bukan amukan yang didapat cakka. Tetapi sivia malah tersenyum manis dan berkata ia tidak apa-apa. Dan saat itulah cakka terpesona dengan senyum sivia. Memang, cakka terlalu sering mendapat senyuman dari cewek-cewek. Tapi cakka rasa ini senyuman yang berbeda. Senyuman ini tulus. Bukan senyuman genit yang biasa diberikan cewek-cewek untuk menggodanya.
Dari situlah cakka mulai sering memandangi sivia dari jauh. Dan cakka sering melihat tatapan sivia ke alvin yang tulus, penuh cinta. Cakka kesal karena alvin seolah tidak menyadari perasaan sivia sama sekali dan malah berpacaran dengan shilla yang merupakan teman dekat sivia juga. Cakka semakin kesal saat melihat tatapan sedih sivia saat bersama alvin dan shilla yang bermesraan. Walaupun sivia selalu mengembangkan senyum untuk menutupi hatinya. Dari situlah cakka begitu dendam dengan alvin yang terus-terusan membuat sivia sakit hati. Cakka bingung, apa kelebihan shilla dari sivia? Memang shilla cantik, tetapi tetap tidak semanis sivia. Dalam bidang akademik juga sivia lebih unggul. Apalagi tentang sikap, cakka tau bahwa sikap sivia jauh lebih baik dari shilla. Karena shila memang pernah bersikap genit demi mendapat perhatian cakka. Dan itu sudah cukup untuk cakka menilai shilla.
Cakka mulai mendekati shilla. Tidak susah untuk mendapatkan shilla karena menurut cakka, shilla salah satu dari jenis perempuan biasanya. Hanya dengan wajah tampan dan diberi sedikit harapan, shilla sudah jatuh kedalam pesona cakka.
Dan cakka begitu puas saat semua berjalan seperti rencananya. Alvin hancur. Cakka senang setidaknya alvin bisa merasakan bagaimana sakit hati sivia selama ini!
Sama halnya dengan gabriel, cakka tidak berani mendekati sivia yang bahkan tidak melirik lelaki manapun selain alvin. Hingga beberapa tahun setelah lulus SMA, cakka mendapat kabar sivia telah menikah dengan alvin. Cakka pun memilih bekerja disalah satu perusahaan keluarganya yang ada diluar negeri. Tentu sebelumnya cakka sudah mengakhiri hubungannya dengan shilla. Cakka berusaha membuka hatinya kepada perempuan lain disana. Dan sampai sekarang ia pindah lagi ke Indonesia tidak ada satu perempuan pun yang dapat merebut hatinya. Hingga sekarang takdir mempertemukannya lagi dengan sivia. Perasaan yang selama ini ia pendam seakan meluap-luap kembali.
'Sivia.... ' Gumam cakka penuh makna.
>>>>><<<<<
Sivia membaca
buku-buku yang ia beli tadi dikamarnya. Ada beberapa foto-foto bayi disana
membuat sivia tiba-tiba membayangkan bagaimana bayinya nanti. Yang sivia bisa
pastikan adalah bayi itu pasti memiliki mata yang sipit seperti dirinya dan
alvin.
Ah, alvin..
Mengingat nama itu membuat hati sivia lagi-lagi terasa nyeri. Tapi sivia mencoba menghilangkan perasaan itu. Jika alvin bahagia dengan shilla, tentu saja sivia harus bahagia. Tetapi entah kenapa sampai saat ini sivia masih merasa belum terlalu kuat untuk mengurus surat cerai. Sivia yakin alvin pasti sudah menunggu perceraian mereka. Sivia jadi merasa bersalah membuat alvin menunggu terlalu lama.. Apa sebaiknya sivia menyerahkan semua kepada alvin? Karena sivia bahkan tidak yakin kedepannya nanti ia akan sanggup mengurus perceraiannya dengan alvin.
Smartphone sivia berbunyi membuat lamunan sivia buyar. Sivia pun mengambil ponselnya dan melihat ada pesan melalui aplikasi messenger.
Cakka Nuraga:
Hei
Cakka? Batin sivia akhirnya membalas pesan dari cakka itu. Yah, setelah pertemuan mereka di tokobuku mereka menyempatkan untuk makan siang bersama dan bertukar pin.
Cakka? Batin sivia akhirnya membalas pesan dari cakka itu. Yah, setelah pertemuan mereka di tokobuku mereka menyempatkan untuk makan siang bersama dan bertukar pin.
Sivia Azizah:
Hei jg :)
Dengan melihat emote senyum yang sivia berikan sudah membuat cakka ikut membayangkan senyuman sivia. Dengan bingung cakka mengetikkan beberapa huruf.
Cakka Nuraga:
Lagi apa?
Ah sial. Cakka merasa seperti abg yang memulai proses pendekatan dengan gebetannya! Tapi cakka juga bingung memulai percakapan. Dan akhirnya cakka pun meneruskan chat-nya dengan topik yang bahkan menurutnya sendiri tidak penting.
* * *
"Alvinnn!" Shilla langsung menghampiri alvin saat lelaki itu baru pulang dari kantor. Seperti biasa shilla memeluk lengan alvin manja.
"Ada apa shil?" Tanya alvin sabar.
"Besok kan weekend. Kita jalan-jalan yaa.." Shilla menatap alvin dengan tatapan memohon.
"Aku capek.." Kata alvin entah kenapa tidak tertarik sama sekali.
"Ayolaah vin.. Udah sebulan lebih aku disini tapi kamu gak pernah perhatiin aku.. Trus buat apa kamu ajak aku balik ke jakarta!"
Alvin mendesah. Benar juga kata shilla. Setiap hari alvin bekerja dan meninggalkan shilla dirumah. Dan sepulang kerja alvin sengaja berkata lelah dan pura-pura tidur lebih awal. Alvin jadi merasa bersalah mengingatnya.
"mau kemana?" Tanya alvin akhirnya.
"Kita jalan-jalan ke dufan yaa.. Udah lama kita gak kesana berdua.."
"Oke.." Shilla langsung tersenyum senang mendengar jawaban alvin. Akhirnya ia bisa jalan-jalan dengan alvin lagi!
"Thankyou sayaang..." Shilla mengecup pipi alvin.
"Hm.." Jawab alvin mencoba menarik bibirnya untuk tersenyum.
* * *
Cakka memandang bayangan dirinya di cermin. Hari ini cakka berpenampilan santai dengan kaos dan celana jeans. Setelah merasa puas, cakka mengambil jaket dan kunci mobilnya. Ia keluar dari kamar dan menuju bagasi dimana mobilnya berada.
Cakka mengendarai mobilnya menuju rumah sivia. Yah, kemarin malam saat chat cakka memberanikan diri mengajak sivia jalan. Dan akhirnya sivia setuju untuk jalan-jalan ke dufan. Cakka melihat layar smartphonenya. Disitu tertulis sebuah alamat. Alamat yang sivia kirim sebagai alamatnya.
Sedangkan sivia masih menyisir rambut sebahunya. Ia memandang penampilannya di cermin. Sivia sangat suka dengan baju terusan yang dipakainya. Sejak hamil sivia jadi lebih senang memakai baju terusan semacam gaun. Dan gaun santai ini ia beli saat bulan madu dengan alvin di bali waktu itu. Ah, bulan madu? Bahkan disana mereka tidak lebih dari liburan tanpa melakukan sesuatu yang biasa dilakukan dalam bulan madu sepasang suami istri baru.
Sivia mendesah.
Kenapa lagi-lagi ia teringat alvin. Selalu saja hanya melihat hal kecil saja
sudah membuatnya teringat alvin. Lamunan sivia buyar saat mendengar suara deru
mobil yang ada didepan rumahnya. Sivia pun mengambil tasnya lalu keluar.
Setelah membuka pintu kontrakannya, sivia melihat cakka sudah berdiri didepan mobilnya sambil membawa ponselnya.
"Cakka.." Panggil sivia mendekati cakka.
"Hei.. Baru aja gue mau telpon lo. Gue takut salah rumah hhehe" Cakka pun menyimpan ponselnya.
"Hahaha bener kok.." Kata sivia tersenyum dan sukses membuat wajah cakka memerah.
"Ah iya.. Yaudah yuk.." Cakka jadi salah tingkah. Cakka pun membukakan pintu mobil untuk sivia. Setelah itu cakka masuk dari pintu lain dan mulai menjalankan mobilnya.
* * *
"Nanti kalau kita udah punya anak, aku mau setiap weekend kita ajak kesini.." Shilla terus memeluk lengan alvin manja. Mereka sudah sampai di dufan beberapa menit lalu dan sekarang sedang berjalan mencari wahana. Tapi alvin pikir shilla mungkin saja ingin menghabiskan waktu di dufan hanya untuk memeluk lengan alvin. Hah.
"Trus aku juga mau anak pertama kita cowok trus baru deh anak kedua kita cewek. Hihihi" shilla nyengir membayangkannya. Lama tidak ada jawaban membuat shilla mendongak menatap alvin. Lelaki itu menatap kedepan dengan tatapan kosong.
"Alvin! Kamu kok diem ajasih!" Shilla memukul lengan alvin pelan hanya untuk menyadarkan alvin. Dan akhirnya lelaki itu menoleh ke shilla.
"Apa?" Alvin bertanya polos.
"Ihh aku daritadi ngomong gak kamu dengerin?! Ishh nyebelin banget sih!" Shilla langsung cemberut. Lagi-lagi alvin bersikap seolah tidak memperdulikannya. Menyebalkan!
"Maaf.." Kata alvin. Shilla mendesah mencoba sabar.
"Yaudahlah." Shilla pun mengalah dan kembali memeluk lengan alvin. Mereka pun kembali berjalan-jalan.
"Sayang, aku mau minum.." Kata shilla.
"Disitu ada jual jus" Kata alvin. Dulu ia dan sivia sering ke dufan dan selalu membeli jus disana.
"Yaudah yuk kesana.." Shilla senang alvin mulai bicara. Karena daritadi alvin menanggapi ocehan shilla dengan 'hm' . Mereka pun ke stand penjual jus yang terdapat berbagai pilihan jus.
"Aku mau jus alpukat.." Kata shilla. Ah kalau sivia kesini pasti yang dibeli.........
"Pak jus melon dua.." Kata orang disamping alvin. Alvin menoleh ke samping dan begitu terkejut melihat lelaki disampingnya. Dan yang lebih mengejutkan adalah wanita yang disamping lelaki itu. Sivia.
"Sivia.." Lirih alvin yang cukup dapat didengar cakka dan sivia. Sivia menoleh dan tidak kalah terkejutnya melihat alvin. Dan hati sivia kembali sakit melihat shilla ada disamping alvin dengan memeluk lengan alvin manja.
"Ah siv....." Shilla akan menyapa sivia juga sebelum akhirnya ia melihat cakka.
"Hai alvin. Shilla." Cakka mencoba menghapus kecanggungan diantara mereka semua.
* * *
Sekarang mereka berempat sudah duduk di salah satu tempat makan yang ada di dufan. Cakka mengamati shilla yang terus memeluk lengan alvin manja. Ah cakka sampai lupa. Sivia tinggal sendiri dirumah kontrakannya dan sekarang alvin pergi berdua dengan shilla. Hm, sepertinya ia ketinggalan info penting. Tapi apapun info itu, yang cakka yakini ialah hubungan sivia dan alvin dalam keadaan buruk. Cakka tersenyum. Mungkin ia datang diwaktu yang tepat. Ia akan merebut sivia.
Shilla yang merasa dilihati cakka jadi semakin memeluk lengan alvin manja. Ia merasa cakka akan cemburu melihatnya dengan alvin. Dan mungkin cakka bisa menyadari bahwa shilla memang cintanya. Hahahaha! Shilla tertawa dalam hati membayangkan cakka mengejarnya kembali.
Dan alvin, lelaki itu terus memandangi sivia. Perempuan itu tampak lebih berisi. Alvin tersenyum mengingat selera makan sivia yang tinggi. Mungkin saja akhir-akhir ini istrinya itu sedang suka-sukanya makan. Istri? Ah sudah sebulan lebih sivia pergi dari rumah. Dan alvin juga ingat kata-kata sivia saat dirumah sakit. Perempuan itu berniat mengurus perceraian mereka. Alvin ingin sekali berbicara empat mata dengan sivia tentang perceraian itu. Apalagi alvin ingat saat itu sivia keluar dari ruang periksa ibu hamil. Dan sekarang sivia jalan berdua dengan cakka! Beberapa kali cakka mengusap makanan yang ada diujung bibir sivia membuat alvin kesal! Ah sungguh alvin ingin berbicara dengan sivia.
Sedangkan sivia sendiri terus menunduk. Sivia tidak nyaman dengan situasi ini. Dihadapannya kini ada alvin dan shilla. Apalagi sekarang ia bersama cakka, mantan shilla yang membuat shilla meninggalkan alvin dulu. Tiba-tiba saja ponsel sivia bergetar. Ternyata ada pesan dari gabriel.
* * *
Gabriel duduk diruangannya. Weekend ini gabriel tetap pergi kerumah sakit karena ada beberapa operasi yang sudah dijadwalkan. Baru saja ia menyelesaikan operasi pertama dan operasi berjalan lancar dengan hasil yang baik. Masih ada dua operasi yang harus ia laksanakan lagi tetapi ia sudah kepikiran sivia. Dari kemarin sore ia belum menemui sivia dan itu membuatnya dilanda rindu. Gabriel mengambil ponselnya dan melihat wallpaper ponselnya itu. Gabriel tersenyum melihat foto sivia yang tersenyum manis yang ia jadikan wallpaper.
Gabriel lalu membuka aplikasi messenger dan mengirim pesan ke sivia.
Gabriel Steven:
Hai, lg apa?
Tidak lama sudah ada balasan dari sivia.
Sivia Azizah:
Ah maaf lupa ngasih tau. Gue lg ke dufan sama cakka. Temen SMA
kita :)
Cakka? Lelaki dengan rambut agak jabrik si kapten futsal langsung terbayang dipikiran gabriel. Ya gabriel ingat lelaki itu. Dan gabriel juga ingat betapa lelaki itu juga begitu menyukai sivia dulu. Atau sampai sekarang? Ah gabriel tidak bisa membiarkan cakka mengambil sivia. Gabriel tau memang ini saat yang tepat siapapun untuk mendekati sivia karena hubungannya dengan alvin sedang diambang perceraian. Tapi gabriel tentu saja tidak akan membiarkan lelaki lain yang mendapatkan sivia. Gabriel ingin menjadi satu-satunya yang dekat dengan sivia. Yang selalu ada untuk sivia. Dan kehadiran cakka akan menghancurkan semuanya.
>>>>><<<<<
Sivia meneguk
segelas susu untuk ibu hamil yang selalu gabriel belikan untuknya. Hingga
terdengar suara ketukan pintu membuat sivia meletakkan gelasnya dan berjalan
keluar untuk membuka pintu.
'Pasti gabriel..' Batin sivia melihat jam dinding yang memang sudah biasanya gabriel yang datang.
Sivia membuka pintu dan langsung diam melihat sosok yang ada dihadapannya kini.
Alvin!
"Hai vi.." Suara alvin serak. Sedangkan sivia masih diam antara kaget, bingung, dan rasa rindu yang menyeruak didadanya melihat alvin ada dihadapannya.
"Boleh aku masuk?" Alvin kembali berkata karena sivia masih diam. Sivia sadar dari lamunannya dan mengangguk. Sivia tidak bisa terus menghindar. Bagaimanapun sivia harus menghadapinya.
Mereka sekarang sudah duduk disofa kontrakan sivia. Mereka duduk berhadapan dan saling diam. Alvin berdehem memecah kesunyian.
"Aku mau bicarain semua.." Alvin mulai berbicara. Sedangkan sivia mengangguk. Ia harus siap untuk apapun hasil pembicaraan mereka nanti.
"Kamu gak serius kan tentang perceraian itu?" Tanya alvin menatap sivia.
"Aku serius, dan maaf kalau terlalu lama nunggu. Mungkin kamu bisa mempercepat prosesnya.." Sivia berbicara dengan tegar. Tidak ada nada takut, kecewa, dan tersakiti didalamnya.
"Gak akan.. Kenapa kamu tiba-tiba kepikiran tentang perceraian? bukannya sebelumnya kita baik-baik aja.."
"Ya kita emang baik-baik aja sebelum shilla kembali." Sivia berkata dengan tegas.
"Ah maaf.. Tapi kita bisa bicarain lagi vi. Jangan seenaknya ambil keputusan. Dan bukannya... Kamu cinta sama aku?"
Sivia langsung menatap alvin marah.
"Kalau aku cinta sama kamu itu berarti kamu bisa seenaknya bawa cewek lain kerumah hah?!" Mata sivia mulai memerah menahan marah.
"bukan gitu maksud aku vi..." Alvin menatap sivia sedih. Sungguh bukan itu maksud alvin.
"Maaf selama ini aku ngekang kamu dengan pernikahan sepihak ini. Aku tau kamu tersiksa dengan pernikahan ini. Dengan datangnya shilla setidaknya bikin aku sadar kalau emang kamu gak pernah bales perasaan aku. Dan secepatnya aku bakal urus perceraian kita!" Sivia mengungkapkan isi hatinya.
"Vii enggak.. Kamu salah.." Alvin mencoba meraih tangan sivia tapi sivia langsung berdiri.
"Kamu gak usah merasa bersalah. Aku baik-baik aja. Lebih baik kamu pergi sekarang." Kata sivia.
"Ya, sivia bakal baik-baik aja. Gue yang akan jaga dia.." Baru saja alvin ingin bicara, sudah ada suara yang datang dari pintu. Sivia dan alvin pun menoleh. Emosi alvin langsung tersulut melihat gabriel datang dan masuk kemudian berdiri disamping sivia. Bukan hanya berdiri, gabriel juga memeluk pinggang sivia dari samping!!
"Gue dan sivia akan menikah tepat setelah perceraian kalian selesai."
Alvin langsung menatap gabriel tajam. Baru saja alvin maju akan menyerang, sivia sudah menengahi mereka.
"Aku bakal urus perceraian kita secepetnya. Sebaiknya kamu pergi sekarang." Sivia mencoba menegaskan nada bicaranya. Alvin yang melihat tatapan tidak bersahabat sivia pun mundur. Alvin mengambil nafas panjang dan akhirnya berjalan keluar dari rumah kontrakan sivia itu.
* * *
Alvin menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Sudah hampir dua jam ia berbaring di tempat tidurnya dalam diam. Pikirannya tertuju pada kejadian beberapa jam lalu dimana sivia mengusir dirinya dengan tatapan tidak bersahabat. Sivia tidak pernah seperti itu sebelumnya. Entah saat menjadi sahabat maupun istrinya.
Alvin juga teringat kata-kata sivia mengenai pendapatnya tentang alvin yang sengaja membawa shilla untuk menyadarkan sivia bahwa dirinya tidak pernah membalas perasaan sivia. Sungguh alvin tidak pernah berfikir seperti itu. Memang alvin sengaja membawa shilla ke jakarta lagi. Tapi sekarang alvin jadi bingung sendiri tentang alasan apa untuknya membawa shilla kembali ke jakarta. Apakah dirinya masih sangat mencintai shilla? Selama ini, itulah pemikiran alvin. Alvin pikir ia masih sangat mencintai shilla, tapi sekarang alvin meragukannya. Kalau ia benar masih sangat mencintai shilla, bukannya harusnya ia senang dengan perceraiannya dengan sivia. Karena dengan begitu dirinya bisa bersatu dengan shilla. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Ia tidak nyaman dirumah berdua dengan shilla. Ia juga tidak rela sivia pergi dirumah apalagi mendengar sivia mengucapkan kata ce-rai.
Apakah ia terlambat menyadari perasaannya? Apakah ia telah mencintai sivia?
* * *
Sivia memeluk gulingnya sambil diam. Ia memikirkan kedatangan alvin tadi siang. Sivia masih tidak berani menghadapi hari esok. Sivia sudah bertekad untuk mulai mengurus perceraiannya dengan alvin. Sivia sudah berjanji tadi. Dan mau tidak mau sivia harus melakukannya.
Akhirnya saat-saat ini datang. Saat dimana ia harus merelakan alvin. Selama ini sivia terus semangat berusaha membuat alvin membalas cintanya. Tapi ternyata sampai batas waktunya ia belum berhasil. Hingga cinta alvin kembali, shilla datang dengan membawa cinta yang masih utuh untuk alvin. Begitu juga alvin yang masih begitu mencintai shilla. Sivia mencoba tersenyum.
'Semoga alvin bahagia..'
* * *
Gabriel mengancingkan kemejanya. Sejak bangun dari tidurnya gabriel terus menyunggingkan senyum. Kemarin sivia meminta tolong untuk diantar ke pengadilan mengurus perceraiannya dengan alvin. Akhirnya saat ini datang. Gabriel sudah berniat nanti ia akan sekalian membawa sivia makan romantis dan menyatakan cintanya. Memang bukan waktu yang tepat karena sivia baru mengurus perceraiannya. Tapi keadaan yang memaksa. Kini cakka ikut hadir dihadapan sivia. Ia yakin cakka juga sudah bersiap mendapatkan sivia. Dan gabriel tidak mau terlambat. Ia harus bergerak lebih cepat.
Gabriel mendengar bunyi dari ponselnya. Gabriel tersenyum melihat nama sivia dilayarnya. Gabriel menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ditelinga.
"Hei.."
"Iya gue udah mau berangkat kok"
"Iyaa see you.."
Gabriel menekan tombol merah lalu memasukkan ponselnya ke saku. Ia mengambil kunci mobil dan mengambil mobilnya di garasi. Ia pun melajukan mobilnya menuju rumah sivia.
Gabriel mengerutkan keningnya melihat ada mobil terparkir didepan rumah sivia. Mobil siapa? Yang pasti ini bukan mobil alvin.
Gabriel turun dari mobilnya dan berjalan kerumah sivia. Kebetulan pintunya tidak ditutup dan terlihatlah sivia duduk berhadapan dengan seorang lelaki.
Cakka.
"Eh lo udah dateng yel.." Sivia menoleh saat gabriel muncul di pintu membuat cakka ikut menoleh.
Gabriel tersenyum ke arah sivia dan langsung menampakkan wajah tidak bersahabat ke cakka.
"Hai, gabriel." Cakka tersenyum ke gabriel. Bukannya senang gabriel malah kesal melihat senyum itu. Gabriel sangat tau maksud senyum itu. Senyum menantang.
"Ayo berangkat vi.." Gabriel tidak menggubris sapaan cakka malah mendekati sivia. Sivia menoleh ke arah cakka merasa tidak enak jika mengusir cakka.
"Yaudah gue
balik aja.. Nanti gue ngunjungin lo lagi.." Cakka tersenyum ke sivia.
Sivia pun tersenyum atas pengertian cakka.
"Oke, gue tunggu ya.." Sivia tersenyum ramah. Membuat dua lelaki disekitarnya lagi-lagi terpesona.
* * *
Sivia dan gabriel duduk berhadapan di sebuah restaurant. Sivia melihat sekitar restaurant sambil menilai. Sungguh restaurant ini ditata dengan suasana romantis. Lampu sedikit remang, wangi yang menenangkan, bahkan musik yang sangat menggetarkan hati.
"Gimana? Suka?" Tanya gabriel mengamati sivia yang daritadi memandang sekitar restaurant ini.
"Ya. Makanannya enak. Suasananya juga.. Makasih ya udah ajakin kesini hehehe" sivia berkata dengan semangat membuat gabriel lega.
"Gue yang makasih lo udah mau gue ajakin kesini.." Gabriel tersenyum.
"Ya gue lah yang harus makasih. Tadi siang lo udah nemenin gue ngurus ke pengadilan, dan sekarang malah lo yang neraktir gue disini.." kata sivia jadi merasa tidak enak. Berkali-kali sivia memaksa untuk membayar semuanya tapi gabriel tetap tidak mengijinkan.
"Yaudah kita saling makasih hahaha" mereka pun tertawa. Dan setelah itu suasana kembali hening. Mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing.
"Em,vi.." Gabriel kembali membuka suara setelah mengumpulkan keberanian.
"Ya?" Sivia menatap gabriel.
"Gue.. Gue cinta sama lo.." Gabriel menatap sivia dan menunggu respond sivia atas pernyataannya barusan.
Sivia menatap mata gabriel. Mencari kebohongan disana. Tetapi sivia tidak menemukannya! Apakah gabriel serius??
"Gue serius.. Bahkan, gue udah nyimpen perasaan ini sejak awal kita masuk SMA.." Lanjut gabriel menjawab pertanyaan sivia yang hanya diucapkan sivia dalam hati.
"Ta..tapi yel..." Sivia bingung!
"Iya gue tau ini bukan waktu yang tepat. Gue gak maksa lo buat jawab sekarang. Gue cuma mau lo tau perasaan gue. Dan jangan jadiin perasaan gue beban ya vi.." Gabriel tersenyum lembut. Sivia balas tersenyum. Gabriel sungguh lelaki yang baik.
"Makasih ya yel pengertiannya. Gue bakal pertimbangin ini.." Sivia tersenyum. Tidak ada salahnya kan ia memberi kesempatan ke gabriel? Gabriel baik. Dan yang penting, gabriel.....................mencintainya.
* * *
Alvin tidak bisa tidur tenang. Ia berkali-kali membaca pesan masuk dari sivia dan tidak ada yang berubah. Pesan itu benar-benar nyata!
Sivia Azizah:
Aku udh daftarin perceraian kita di
pengadilan.
Perceraian?!
Ternyata sivia benar-benar serius dengan perkataannya! Alvin memijat keningnya. Perasaannya tidak tenang.
Bercerai dengan sivia?
Sungguh
membayangkan ia hidup tanpa sivia saja alvin tidak sanggup.
Alvin bangun dan buru-buru mengambil jaket dan kunci mobil. Alvin melajukan mobilnya kencang kearah kontrakan sivia.
Alvin bangun dan buru-buru mengambil jaket dan kunci mobil. Alvin melajukan mobilnya kencang kearah kontrakan sivia.
Alvin berhenti tidak jauh dari kontrakan sivia karena alvin melihat ada mobil gabriel terparkir tepat didepan rumah kontrakan sivia. Alvin menajamkan penglihatannya kearah didepan pintu kontrakan sivia. Disana sivia dan gabriel berdiri berhadapan, saling tersenyum!
Alvin masih memperhatikan hingga matanya melebar melihat gabriel meraih tangan sivia dan mengecup kening sivia.
Brengsek! Berani-beraninya gabriel mencium istrinya!
Alvin tidak akan membiarkannya! Sivia adalah istrinya. Dan selamanya akan tetap menjadi istrinya!
Yah, sekarang alvin yakin. Ia mencintai sivia. Jauh sebelum ia menyadarinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar