Title : Complicated
Author
: Rosita Dinni
Genre
: Romance, Married Life
Cast
: Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
Sivia memasuki
lift rumah sakit sambil terus diam. Yah, sivia baru saja memeriksakan dirinya
dan hasilnya memang sivia positif hamil.
Ting.
Pintu lift terbuka dan masuklah seorang lelaki dengan jas putih. Lelaki itu masuk sambil mengamati sivia. Sedangkan sivia sendiri bahkan tidak tertarik untuk melihat sekitarnya.
"Sivia?" Sivia mendengar suara disampingnya. Sivia pun menoleh.
"Ternyata bener lo sivia!" Kata lelaki itu.
"Gabriel?" Sivia butuh waktu beberapa detik untuk mengenali lelaki itu.
"Ya gue gabriel. Syukurlah lo masih inget gue.." Yah, gabriel adalah teman sekelasnya waktu SMA.
"Siapa yang bisa lupa sama kapten basket paling keren se-sekolah! Hahha" Yah, gabriel adalah salah satu most wanted di SMA Budi Luhur. Dan tidak mungkin sivia bisa berteman dengan cowok terkeren se-sekolah kalau bukan karena mereka teman sekelas.
"Hahaha ohya, lo ngapain disini? Lo sakit??" Tanya gabriel mengamati wajah sivia yang sedikit pucat.
"Em, iya cuma gak enak badan dikit. Lo sendiri........." Sivia mengamati penampilan gabriel hingga ia melihat name tag yang ada di bagian dada gabriel.
'Dr. Gabriel Steven'
"Yaampun, lo dokter disini??!" Lanjut sivia.
"Iya, gue kerja disini." Kata gabriel dan tepat setelah itu pintu lift terbuka. Mereka pun sama-sama keluar dari lift.
"Em, lo udah makan siang? Mau makan siang bareng?" Gabriel menatap sivia. Sedangkan sivia diam sebentar, kalaupun dia pulang sivia pasti hanya bisa melihat alvin dan shilla bersama-sama yang membuat hati sivia sakit.
"Iya boleh.." Sivia pun mengangguk. Tanpa disadari sivia, gabriel tersenyum.
* * *
Gabriel terus tersenyum memandangi sivia yang sedang makan dihadapannya. Gabriel tidak menyangka bisa bertemu dengan perempuan yang ada dihadapannya sekarang ini. Gabriel geleng-geleng menyadari bahwa perempuan dihadapannya ini ternyata masih memiliki tempat terbesar dihatinya.
Gabriel memang sudah memiliki perasaan lebih semenjak mengikuti MOS yang kebetulan satu gugus dengan sivia. Dan gabriel sangat kecewa saat kelas 10 ternyata dirinya dan sivia tidak satu kelas. Tapi saat kelas 11 gabriel sangat senang melihat namanya ada di daftar dikelas yang sama dengan sivia. Begitupun kelas 12 gabriel masih satu kelas dengan sivia.
Gabriel terus mencoba menunjukkan perasaannya ke sivia tetapi perempuan itu benar-benar tidak peka. Gabriel ingin sekali langsung menyatakan cintanya, tetapi gabriel sadar sivia memiliki laki-laki lain dihatinya. Alvin Jonathan. Yah gabriel sangat yakin sivia mencintai sahabatnya itu. Gabriel sangat cemburu melihat setiap tatapan yang sivia berikan kepada lelaki itu. Tetapi entah kenapa sivia malah seperti selalu mendekatkan alvin dengan shilla.
"Gimana kabar alvin? Kalian masih sahabatan?" Tanya gabriel karena tiba-tiba ingat dengan lelaki itu. Sivia menghentikan makannya lalu mengangguk.
"Ya.." Sivia menjawab dengan singkat.
"Dan dia masih pacaran sama shilla?" Tanya gabriel lagi.
"Mungkin.." Kata sivia lagi. Sivia sendiri memang tidak tahu hubungan antara alvin dan shilla saat ini.
"ohya, sejak kapan lo jadi dokter? Gue jadi inget dulu lo cerita pingin jadi dokter dan gue gak nyangka lo bisa wujud-in secepet ini!" Lanjut sivia sengaja mengalihkan pembicaraan.
"Hahaha berkat kerja keras vi.. Lo sendiri kerja dimana? Udah lama ya kita lost contact.." Gabriel menatap sivia dengan penasaran.
"Gue sih lagi gak kerja.. Gue lagi males hehehe" sivia nyengir mendengar jawabannya sendiri. Sivia tidak bisa mengatakan bahwa alvin yang melarang untuk bekerja. Sivia sungguh tidak punya muka untuk menganggap dirinya sebagai istri alvin yang bahkan alvin sendiri tidak menganggapnya sebagai istri.
Sedangkan gabriel masih menatap sivia yang meneruskan makannya. Sivia masih sama seperti dulu. Sangat manis. Apalagi lesung pipitnya yang membuat gabriel gemas. Yang berubah hanya rambutnya yang sekarang dipotong pendek sebahu. Memang sih gabriel lebih suka rambut panjang sivia dulu tapi tetap saja itu tidak merubah pesona sivia dimata gabriel.
* * *
"thankyou ya udah nemenin gue.." Kata gabriel setelah menghentikan mobilnya didepan rumah yang sivia bilang sebagai rumahnya.
"Gue yang harusnya makasih udah di traktir hehe" kata sivia.
"Hahaha yaudah kapan-kapan kita jalan lagi ya.. Kalau lo mau sih.."
"Tentu aja.. Yaudah gue masuk dulu ya.." Sivia pun keluar dari mobil. setelah berpamitan gabriel pun melajukan mobilnya pergi. Setelah mobil gabriel sudah tidak terlihat sivia pun masuk kerumahnya.
Sivia bingung karena rumah sepi padahal mobil alvin terparkir didepan. Sivia pun menaiki tangga dan mencoba ke kamar tamu.
Ckrek..
Baru saja membuka pintu kamar itu dan tubuh sivia seolah mati rasa. Dihapannya kini terlihat alvin dan shilla sedang..........ber-ci-u-man.
Alvin dan shilla menyadari kehadiran sivia dan langsung melepaskan diri masing-masing. Shilla menoleh ke sivia sambil nyengir dengan wajah merah. Sedangkan alvin langsung pucat.
"Eh maaf. Gue ganggu kalian. Yaudah lanjutin ajaa hehehe" kata sivia mencoba tersenyum walaupun suaranya bergetar. Sivia pun menutup pintu itu dan langsung berlari hingga keluar rumah. Sivia berhenti saat merasa tidak kuat berlari lagi. Sivia menangis. Hati sivia hancur. Tidak ada yang bisa ia lakukan untuk mempertahankan pernikahannya. cintanya memang akan selamanya bertepuk sebelah tangan. Sivia terus menangis hingga tak menyadari sebuah mobil berhenti didepannya bahkan sang empunya sudah keluar dan berjongkok didepannya.
"Sivia? Lo kenapa??" Lelaki itu menyentuh pundak sivia pelan. Sivia tersentak dan menatap gabriel ada didepannya. Gabriel begitu khawatir melihat airmata sivia mengalir disekitar pipinya.
"Yaudah yuk kita masuk ke mobil dulu.." Kata gabriel membantu sivia berdiri dan masuk ke mobil gabriel.
* * *
Sudah tiga puluh menit gabriel diam mengamati sivia masih menangis. Gabriel tidak mau memaksa sivia untuk menceritakan kepadanya. Jadi gabriel hanya bisa mengelus bahu sivia. Hingga sivia mulai berhenti menangis.
"Maaf gue ngerepotin.." Kata sivia akhirnya.
"Gak vi.. Lo sama sekali gak ngerepotin.. Yaudah minum dulu biar lo tenang.." Gabriel mengambil gelas yang sudah ia siapkan daritadi diatas meja. Sivia pun mengangguk dan meminumnya.
"Lo kenapa?? Kenapa bisa nangis disitu??" Tanya gabriel. Sedangkan sivia hanya menggeleng.
"Gakpapa.." Lirih sivia.
"Yaudah kalau lo gamau cerita sekarang. Tapi gue dengan senang hati kalau nanti lo mau cerita.." Gabriel mengelus kepala sivia lembut. Sivia lagi-lagi hanya mengangguk.
"Ohya, inii.." Gabriel menyerahkah handphone sivia.
"Tadi ketinggalan di mobil gue. Jadi gue balik buat ngasih ini tapi gue keburu liat lo dijalan tadi.." Kata gabriel.
"Thanks ya yel.. Gue jadi ngerepotin lo. Seharusnya lo lagi kerja.." Sivia benar-benar tidak enak dengan gabriel.
"Gak apa-apa vi.. Lo lebih penting.." Sivia menatap gabriel bingung sedangkan gabriel hanya tersenyum.
* * *
Alvin melihat jam untuk kesekian kalinya. Sudah jam sebelas malam tapi sivia belum juga pulang. Alvin tidak henti-hentinya mencoba menelpon sivia tapi nomornya tidak aktif.
Alvin berkali-kali menjambak rambutnya kesal. Alvin tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan sivia saat melihatnya dengan shilla tadi. Itu adalah ciuman pertamanya dengan shilla karena selama pacaran dulu mereka hanya sebatas gandengan tangan dan cium kening. Tapi setelahnya bukan rasa senang yang alvin rasakan, malah alvin sangat menyesal sekarang!
Alvin buru-buru berjalan ke arah balkon saat mendengar suara mobil. Alvin begitu lega melihat sivia keluar dari mobil itu. Tapi kemudian alvin melihat lelaki yang keluar dari pintu lain. Lelaki itu...... Gabriel steven!
Ya alvin ingat lelaki itu. Gabriel adalah salah satu teman sekelas sivia yang sangat populer disekolah. Dan alvin juga tau lelaki itu sudah lama naksir sivia tetapi sivia tidak pernah peka dengan sikap gabriel kepadanya. Alvin sendiri tidak pernah berniatan untuk memberitahu sivia tentang perasaan gabriel. Entah kenapa.
Dan setelah lulus SMA dan bahkan selama dua tahun alvin dan sivia menikah, gabriel tidak pernah muncul lagi. Tapi sekarang kenapa bisa sivia bersama gabriel! Jadi daritadi alvin menunggu sivia sedangkan sivia pergi dengan lelaki itu?!
Memikirkan hal itu tiba-tiba saja membuat alvin kesal. Alvin keluar dari kamar dan langsung keluar rumah. Gabriel tampak kaget melihat alvin keluar dan menghampiri mereka. Alvin langsung saja menarik tangan sivia untuk masuk kerumah sebelum sivia sempat mengucapkan salam atau terimakasih ke gabriel.
Ckrek.
Alvin mengunci pintu rumahnya dan langsung menatap sivia.
"Jadi seharian ini kamu pergi sama dia?!!" Alvin sedikit membentak. Sedangkan sivia hanya diam menunduk.
"Via jawab!!" Kali ini alvin sudah benar-benar membentak sivia membuat sivia kaget.
"Alvin, dia temen lama aku. Gak ada salahnya aku ketemu temen lama. Udahlah aku gakmau ribut masalah sepele gini.." Sivia sudah ingin pergi tapi alvin buru-buru menahan tangan sivia.
"Masalah sepele?! Asal kamu tau dia nganggep kamu lebih dari temen! Dia udah suka sama kamu sejak lama tapi kamu gakpernah peka! Dan sekarang kamu malah jalan sama dia!" Alvin terus membentak sivia membuat sivia semakin ingin menangis. Sebelumnya alvin tidak pernah memarahinya seperti ini. Apa karena shilla? Alvin sengaja ingin membuat sivia tidak betah disini? Kalau begitu alvin berhasil.
"Kamu gakusah ngomong yang enggak-enggak vin. Apa gak cukup semenjak shilla disini kamu cuekin aku selama ini? Nganggep aku gak ada?? Dan sekarang kamu bentak-bentak aku kayak gini. Seharusnya kamu ngomong secara langsung kalau kamu udah gakmau aku ada disini. Ya aku tau memang dari awal shilla yang kamu harepin ada disini. Jadi istri kamu. Bukan aku." Sivia mengusap airmatanya kasar.
"kamu tenang aja, impian kamu bakal terkabul.." Sivia langsung berjalan cepat kekamarnya dan langsung menguncinya. Sivia buru-buru memasukkan baju-bajunya kedalam koper. Yah, sivia sudah memutuskan untuk mengakhiri semua. Tidak ada jalan lagi untuk mempertahankan pernikahan mereka. Sivia akan merawat anaknya sendiri. Sivia yakin bisa!
Setelah selesai packing, sivia kembali menangis. Hatinya benar-benar sakit. Lebih sakit dari sebelum-sebelumnya.
Sedangkan alvin masih diam ditempat. Perkataan sivia seakan menghantamnya dengan kenyataan. Entah kenapa alvin baru menyadari semua perbuatan yang telah ia lakukan. Alvin baru menyadari bagaimana ia begitu menyakiti sivia.
"Aarrggh!" Alvin menjambak rambutnya kesal. Alvin sangat menyesal!!
'Maafin aku vi..' Lagi-lagi hanya kata-kata itu yang mampu ia ucapkan.
>>>>><<<<<
Sudah hampir setengah
jam alvin mondar-mandir didepan kamar sivia dan juga kamarnya. Alvin ingin
berbicara dengan sivia tapi takut sivia masih tidur.
Alvin mendesah dan akhirnya memutuskan untuk masuk. Tiba-tiba perasaan takut menguasai alvin. Kamar itu sepi. Alvin langsung menuju lemari sivia yang sedikit terbuka dan alvin langsung lemas melihat lemari itu kosong.
Buggg! Alvin meninju lemari itu sampai retak. Perasaan alvin begitu campur aduk. Dan yang pasti alvin sangat menyesal membentak sivia kemarin. Dan dalam hatinya alvin berjanji kemarin malam adalah pertama dan terakhir kali alvin membentak-bentak sivia. Dan sekarang alvin bingung. Dimana sivia? Kemana via pergi? Apakah alvin masih pantas mencari sivia? Kalaupun ia mencari sivia, alvin sendiri tidak bisa berjanji membiarkan shilla pergi. Jadi apa yang harus alvin lakukan sekarangg????
* * *
Gabriel mengendarai mobilnya menuju Rumah Sakit dimana ia bekerja. Hingga ia tidak sengaja melihat seorang perempuan berambut sebahu sedang berjalan dengan membawa tas besar.
Sivia!
Gabriel yakin itu sivia. Gabriel pun memutar arah dan berbalik mengejar sivia.
"Via!" Gabriel menghentikan mobilnya saat tepat berada di samping sivia. Sivia yang sedang melamun pun terlonjak kaget.
"Gabriel?" Sivia tidak menyangka lagi-lagi gabriel yang menghampirinya.
"Lo mau kemana?" Gabriel keluar dari mobilnya dan berdiri dihadapan sivia.
"Gatau.." Sivia mengangkat bahunya karena memang daritadi sivia hanya berjalan tanpa arah.
"Trus kenapa lo bawa koper segala??" Gabriel terus mengamati sivia yang hanya diam.
"Yaudah kita kerumah gue aja ya.." Tentu saja gabriel tidak bisa membiarkan sivia terus berjalan tanpa arah seperti ini. Gabriel mengambil alih koper sivia lalu memasukkannya ke bagasi mobil. Sedangkan sivia yang memang sudah lelah hanya bisa menurut dan masuk ke mobil gabriel. Gabriel pun melajukan mobilnya kembali kerumahnya.
* * *
Gabriel hanya bisa mematung mendengar semua cerita sivia. Akhirnya sivia menceritakan semua kepada gabriel. Sivia sudah tidak kuat menahannya sendiri. Sivia butuh teman untuk menghadapinya. Dan gabriel selama ini sudah terlalu baik kepadanya.
"Alvin udah tau lo hamil?" Akhirnya gabriel mengeluarkan suara. Selama beberapa waktu lalu gabriel terus diam menahan sakit hati, kesal, dan murka terhadap alvin. Gabriel tidak bisa membayangkan bagaimana sakit hatinya sivia terhadap perlakuan alvin. Andai saja waktu dapat diputar sungguh gabriel ingin sekali mendekati sivia sampai perempuan ini jatuh cinta kepadanya dan menjadi miliknya. Bukan alvin. Karena gabriel yakin ia tak akan menyakiti sivia seperti yang alvin lakukan terhadap sivia.
"Alvin gak perlu tau yel.. Gue yakin alvin gak pernah mengharapkan anak ini. Seperti dia yang gak pernah mengharapkan gue jadi istrinya.." Sivia mencoba menahan airmatanya. Ia sudah lelah menangis..
"Tapi dia tetep ayah anak ini vi.. Dia yang ngehamilin lo.." Lagi-lagi sivia menggeleng.
"Gue yang godain dia yel.. Dulu berbulan-bulan setelah menikah alvin bahkan gak pernah nyentuh gue. Gue yang terus mancing dia pakai baju seksi. Gue yang murahan.. Gue yang murahann yel..." Akhirnya airmata sivia kembali tumpah. Sivia kesal karena tidak pernah bisa menahan airmatanya sendiri!
Gabriel langsung memeluk sivia. Gabriel terus mengutuk alvin yang tega-teganya menyakiti sivia.
"Tenang ya vi.. Masih ada gue..." Gabriel mengelus punggung sivia menenangkan.
* * *
Gabriel membawa koper sivia masuk kesebuah rumah. Gabriel terpaksa menyetujui sivia untuk mencari kontrakan. Dan sivia malah memilih kontrakan yang sederhana yang jauh dari rumah alvin. Sivia berkata bahwa dirinya tidak ingin bertemu alvin dahulu sampai sivia siap untuk bercerai dengan alvin.
"Vi lo serius mau tinggal disini? Lo bisa tinggal sama gue. Dirumah gue ada banyak kamar kosong vi.." Gabriel masih mencoba membujuk sivia. Sungguh gabriel tidak tega membiarkan sivia tinggal sendirian apalagi dalam kondisi hamil.
"Gakpapa yel, gue baik-baik ajaa.." Sivia meyakinkan gabriel karena lelaki itu begitu mencemaskannya. Gabriel mendesah.
"Oke, gue bakal kesini tiap hari.. Abis beresin ini semua kita belanja kebutuhan lo ya.." Kata gabriel. Sivia pun mengangguk.
* * *
Alvin hanya diam mengikuti shilla yang terus menggandeng tangannya berkali-kali memasuki butik baju yang ada di mall itu. Alvin jadi teringat jika pergi ke mall dengan sivia. Satu tempat yang wajib dikunjungi adalah timezone! Mereka akan menghabiskan waktu seharian untuk bermain disana.
Sivia.. Kamu dimana..
Baru saja alvin membatin dan sekarang alvin melihat sivia melewati butik itu. Sebelum alvin mengejar sivia, alvin menyadari sivia tidak sendiri.
Gabriel!
Yah alvin melihat gabriel seenaknya menggenggam tangan sivia!
"Vinn bagus gak? Cocok gak kalau aku pake baju ini.." Baru saja alvin akan menghampiri sivia dan gabriel tapi shilla sudah menarik tangannya.
"Iya." Jawab alvin seadanya lalu menoleh ke luar butik tapi sivia dan gabriel sudah tidak ada disana.
Brengsek! Umpat alvin dalam hati tiba-tiba ingin sekali menghajar gabriel.
* * *
"Lo harus rajin minum susu ibu hamil ini. Dan besok gue bakal kasih vitamin biar kandungan lo sehat.." Gabriel menjelaskan sambil membawa belanjaan. Mereka baru saja keluar dari hypermart. Dan gabriel tidak mengijinkan sivia membawa satupun belanjaan.
"Iya dokterr.." Sivia terkikik geli melihat gabriel yang begitu cerewet.
"Vi gue serius.." Gabriel memperingatkan.
"Iyaa iyaa.. Abisnya lo cerewet banget sih. Udah kayak mama gue aja" lagi-lagi sivia cekikikan.
"Ya sorry.. Gue cuma gakmau lo kenapa-kenapa. Gue mau kandungan lo sehat, gak kekurangan vitamin.." Gabriel mengelus kepala sivia sambil menatap sivia lembut.
Andai saja alvin yang ada didepannya kini. Sivia mungkin tidak bisa menggambarkan sebahagia apa dirinya. Tapi sayangnya itu cuma 'andai'. Tak akan pernah terwujud.....
>>>>><<<<<
Alvin
berkali-kali mengganti posisi tidurnya. Lagi-lagi alvin memandangi bantal
disebelahnya yang sudah tiga hari ini ditinggal sang empunya. Yah sudah tiga
hari sivia pergi dari rumah dan alvin tidak pernah bertemu dengan sivia setelah
ia melihat sivia di mall dengan gabriel waktu itu.
Setiap mengingat gabriel bersama sivia entah kenapa emosi alvin langsung naik. Bukankah bagus sivia menemukan lelaki lain? Jadi alvin tidak merasa bersalah jika alvin kembali bersatu dengan shilla, wanita pujaannya selama ini.
Tapi sebaliknya. Setiap hari bahkan setiap waktu alvin terus mencoba menghubungi nomor sivia tetapi nomor itu tidak pernah aktif. Alvin juga sudah mencari sivia kemana saja tetapi alvin tetap tidak menemukan sivia.
Alvin beralih melihat keluar jendela. Diluar sedang hujan lebat dan berkali-kali terdengar suara petir menggelegar. Alvin jadi teringat sivia yang langsung menyembunyikan dirinya didalam selimut setiap mendengar petir. Yap, sivia takut dengan petir.
Dan fikiran alvin sekarang melayang dikejadian beberapa bulan lalu. Sivia yang kaget mendengar suara petir reflek memeluk alvin erat. Alvin tersenyum geli mengingat wajah sivia yang pucat waktu itu. Tapi kemudian alvin ingat saat itulah semua terjadi. Mereka saling pandang, saling berdebar, hingga terjadilah sesuatu yang seharusnya sudah mereka lakukan setelah menikah.
"Alvinnn..." Tiba-tiba terdengar suara shilla dari luar kamarnya membuat lamunan alvin buyar.
Dengan malas alvin bangun dan membuka pintu. Alvin mengerutkan keningnya melihat penampilan shilla. Shilla mengenakan baju tidur dengan belahan dada rendah dan panjangnya yang hanya sebatas setengah pahanya.
"Kenapa?" Kata alvin langsung. Tapi tiba-tiba saja shilla sudah memeluknya.
"Aku takut dikamar sendiri.. Aku tidur disini ya.." Shilla sudah melepas pelukannya dan langsung duduk dikasur. Dikasur...........sivia.
"Aku temenin dikamar kamu aja." Kata alvin sudah keluar. Entah kenapa alvin tidak suka melihat shilla menempati kasur itu. Itu tempat sivia. Hanya sivia.
Shilla yang ditinggal pun langsung berlari menyusul alvin.
"Yaudah yuk tidur.." Shilla menarik alvin ke kasur tapi alvin menahannya dan memilih duduk di sofa yang ada dikamar itu.
"Kok duduk disitu? Ayo tidur.." shilla masih mencoba membujuk alvin.
"Aku belum ngantuk. Kamu tidur aja duluan. Nanti aku nyusul.." Kata alvin. Shilla mendesah kecewa lalu tiduran dikasurnya.
'Apa kurang seksi?' Shilla membatin. Karena memang shilla sengaja menggoda alvin. Ingin alvin segera menjadi miliknya. Mendapat reaksi yang berbeda dengan dugaannya tentu saja membuat shilla kecewa. Tapi usaha shilla tidak berhenti disitu. Shilla pura-pura memejamkan matannya dan tidur dengan memeluk guling yang membuat baju tidurnya yang sudah pendek semakin tersingkap membuat pahanya lebih ter-ekspos.
Sedangkan alvin sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya. Alvin lebih memilih melihat jendela yang menampakkan hujan masih turun deras.
Dimana sivia? Siapa yang menemani sivia? Sivia pasti takut dengan petir yang begitu menggelegar ini..
Pikiran alvin benar-benar hanya dipenuhi dengan sivia. Membuat alvin tidak tenang.
* * *
Sivia berkali-kali menutup telinganya saat terdengar suara petir. Selama itu pula gabriel memperhatikan sivia. Gabriel jadi mengerti alasan sivia tidak memperbolehkan gabriel pulang dahulu. Pasti karena sivia takut dengan petir! Bahkan sivia tidak memperbolehkan gabriel untuk sekedar membeli martabak manis yang ada tepat didepan gang rumah sivia. Jadilah sekarang mereka hanya duduk diruang tamu.
"Vi ini udah malem.. Lo pasti ngantuk.." Gabriel melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas lebih sepuluh malam.
"Gue gak bakal bisa tidur.." Sivia masih meringkuk diujung sofa sambil memeluk guling.
"Yaudah lo tidurr aja, gue bakal jagain lo.." Kata gabriel melihat sofa itu cukup panjang untuk ditiduri sivia.
"Tapi lo gak pulang kan.." Kata sivia.
"enggak.. Gue bakal disini.. Yaudah gue ambilin bantal ya.." Gabriel bangun dan kekamar sivia mengambil dua bantal dan selimut. Gabriel juga mengambil karpet dan membuka karpet itu didekat sofa sivia.
Gabriel menaruh satu bantal disofa untuk sivia. Sivia pun tiduran dan gabriel menyelimuti sivia. Lalu gabriel tiduran dibawah.
"Makasih ya yel udah mau nemenin gue disini.." Sivia berkata lalu menguap.
"Iyaa.. Yaudah tidur gih.."
Dan setelah itu tidak ada suara lagi. Gabriel melihat keatas dan terlihat sivia sudah terlelap.
* * *
Alvin melirik ke kasur. Shilla sudah benar-benar tertidur. Alvin pun bangun dan keluar dari kamar itu. Alvin tahu kalau shilla sengaja menggodanya. Berkali-kali shilla mengubah posisi tidurnya yang membuat roknya tersingkap semakin keatas. Alvin adalah lelaki normal dan alvin akui 'milik'nya tegang melihat itu. Tapi tentu saja alvin tidak akan menyentuh bahkan melakukan lebih dengan shilla. Apalagi alvin malah kecewa dengan sikap shilla itu. Alvin tidak menyangka shilla akan melakukannya. Alvin pikir shilla adalah perempuan 'baik' yang menjaga kesuciannya. Setelah melihat kelakuan shilla tadi alvin sempat berpikir mungkin saja perempuan itu sudah melakukannya dengan orang lain sebelumnya.
Alvin mendesah. Lagi-lagi sivia masuk ke pikirannya. Pikirannya kembali ke beberapa bulan lalu -lagi- . Saat itu alvin benar-benar menjadi yang pertama untuk sivia. Begitu pula sivia yang menjadi pertama untuk alvin. Tiba-tiba saja 'milik' alvin semakin tegang mengingat malam itu.
Aneh. Hanya membayangkan sivia saja membuat alvin begitu tegang seperti ini. Bahkan jauh lebih tegang saat ia tidak sengaja melihat shilla yang berpura-pura tidur dengan posisi menggoda tadi.
Aahh! Alvin mengacak rambutnya frustasi. Memikirkan sivia yang entah dimana membuat alvin bingung. Kepergian sivia benar-benar membuat bingung dengan perasaannya.
Via... Kamu dimanaa....
>>>>><<<<<
Alvin berjalan
memasuki sebuah restaurant yang tidak jauh dari kantornya. Sepulang dari kantor
alvin memutuskan untuk makan dulu karena entah kenapa sekarang alvin jadi tidak
bersemangat pulang. Padahal dulu alvin selalu berusaha pulang lebih awal hanya
karena tidak sabar merasakan masakan sivia.
Saat menunggu pesanannya datang, alvin tidak sengaja melihat gabriel akan keluar dari restaurant itu.
Gabriel! Alvin yakin laki-laki itu tau dimana sivia!
Alvin pun segera menyusul gabriel dan menahan bahu lelaki itu saat gabriel sudah akan masuk ke mobilnya.
"Dimana sivia?" Tanya alvin langsung saat gabriel berbalik.
"Kenapa lo tanya gue?" Gabriel mengangkat sebelah alisnya.
"Gue yakin lo tau dimana dia!"
"Kalaupun gue tau gue gak bakal kasih tau lo." Alvin mulai geram dengan kata-kata gabriel.
"Kasih tau dimana sivia! Asal lo tau sivia 'istri' gue!" Alvin sengaja menekankan kata 'istri' ke gabriel.
"Istri? Hahahaha mana ada suami yang bawa cewek lain kerumah. Masih berani anggep sivia istri eh?" Gabriel malah tertawa membuat alvin benar-benar geram tapi alvin sendiri seakan tertusuk dengan kata-kata gabriel yang tidak bisa disangkalnya.
"Jangan ikut campur rumah tangga gue! Cepet kasih tau dimana sivia!" Alvin menarik kerah baju gabriel emosi apalagi melihat gabriel yang malah menyeringai meremehkan.
"Sivia gak mau ketemu lo. Dan tenang aja, gak lama lagi lo bakal nerima surat gugatan cerai dari sivia. Dan setelah itu........." Gabriel mengambil jeda sambil mengeringai semakin lebar.
"Gue yang bakal gantiin lo. Gue bakal nikahin sivia dan gue bakal jagain sivia. Dan tentu, gue gak bakal nyakitin sivia sepeti yang lo lakuin!"
Bugg!!
Gabriel mengelap ujung bibirnya yang berdarah. Alvin baru saja meninju wajahnya begitu keras. Tapi gabriel sama sekali tidak menghilangkan seringaiannya.
"Sayangnya, sivia gak pernah cinta sama lo! Dan sivia gak akan mau jadi istri lo!" Kata Alvin menatap gabriel tajam.
"Kita liat aja nanti. Udah ya, calon istri gue udah nunggu.. " Lagi-lagi gabriel menyeringai merasa puas melihat alvin yang menahan emosi. Gabriel pun masuk mobilnya dan menjalankan mobilnya kerumah sivia. Meninggalkann alvin yang pucat mendengar kata-kata gabriel.
* * *
"Gabriel?!! Lo kenapa?!!" Sivia langsung menghampiri gabriel dengan panik melihat pipi gabriel yang biru dan ujung bibirnya yang sedikit sobek.
"Gakpapa, cuma jatuh aja tadi hehehe" gabriel malah nyengir.
"Yaampun kok bisa! Yaudah lo duduk dulu!" Sivia langsung berlari ke kotak p3k dan mengambil air, obat merah, kapas dan plaster.
Setelah itu sivia pun mengobati luka diwajah gabriel. Sedangkan gabriel mengamati wajah sivia yang begitu dekat. Gabriel tersenyum menyadari sivia mengkhawatirkannya.
"Yaudah yuk makan. Tadi gue beliin makanan.." Gabriel mengambil tas plastik dengan label restaurant cukup mewah.
"Waahh sushii! Lo masih inget aja makanan favorite guee!" Mata sivia langsung bersinar melihat gabriel menyiapkan sushi itu diatas meja.
"Pasti lah vi.. Yuk makan.." Baru saja gabriel berhenti bicara sivia langsung saja memakan sushi itu. Gabriel tersenyum senang melihat sivia makan dengan lahap.
* * *
Alvin memasuki rumah sakit sambil membawa buah-buahan. Baru saja tadi pagi Alvin mendapat kabar bahwa istri rekan bisnisnya kemarin telah melahirkan. Setelah menanyakan ke resepsionis ruangan rekan bisnisnya itu, alvin pun mencari di lantai khusus ibu hamil dan melahirkan. Cukup susah karena memang rumah sakit ini bisa dibilang besar dan memiliki ruangan cukup banyak.
Alvin berjalan sambil melihati nomor ruangan satu persatu hingga alvin berhenti saat melihat dua sosok yang baru keluar dari ruang periksa.
Sivia dan gabriel!
Ternyata benar gabriel
yang menyembunyikan sivia!! Tidak sadar alvin meremas keranjang buah itu saat
melihat gabriel merangkul sivia dari ruang periksa...........ibu hamil??
Tanpa perlu basa-basi alvin langsung mempercepat langkahnya menghampiri dua orang itu hingga setelah sampai alvin langsung membuang keranjang buah-buahan dan menarik kerah kemeja gabriel lagi-lagi memukul rahang gabriel dengan kerasnya.
Bugg!!! gabriel langsung tersungkur kelantai. Tidak berhenti disitu, alvin menindih gabriel lalu kembali melayangkan tinjunya.
"Alvin!! Berhentiii!!!" Sivia berteriak histeris sangat shock tiba-tiba alvin datang dan langsung memukuli gabriel habis-habisan. Sivia terus menarik lengan alvin hingga akhirnya alvin berdiri.
"Ayo pulang." Kata alvin menarik tangan sivia sedangkan gabriel langsung berdiri dan menahan sivia.
"Sivia gak akan pernah kesana lagi!" Gabriel menarik sivia dan merangkulnya erat.
"Jangan sentuh istri gue!!" Alvin akan menghajar gabriel lagi tetapi sivia dengan cepat berdiri diantara kedua pria itu.
"Gue bakal cepet urus surat cerai kita. Dan satu lagi, jangan sakiti gabriel lagi!" Sivia berkata sambil menatap alvin dingin. Dan setelah itu sivia memeluk lengan gabriel untuk segera pergi.
Sedangkan alvin masih diam tidak menyangka sivia akan berkata seperti itu. Sivia selalu lembut kepadanya. Tetapi tadi sivia menatapnya dingin. Dan..... Alvin masih ingat sivia tadi memakai panggilan 'Lo gue' ??
'Yatuhaann via gak mungkin serius! Via gak akan benar-benar mengurus surat cerai!' Batin alvin memijat keningnya yang pusing. Alvin semakin bingung dengan perasaannya. Alvin sangat sakit saat melihat sivia membela gabriel apalagi melihat gabriel menyentuh sivia. Alvin semakin sakit saat sivia mengucapkan kata 'cerai'. Alvin tidak berani membayangkan hidupnya tanpa sivia, membuka matanya setiap pagi tanpa sivia, pulang dari kerja tanpa disambut senyum sivia, dan tidak bisa menggoda perempuan itu lagi. Alvin benar-benar tidak bisa........
* * *
Gabriel mengendarai mobilnya sambil berkali-kali melihat kesamping. Sivia memejamkan matanya. Gabriel tau sivia menahan untuk tidak menangis. Tapi akhirnya setetes airmata mengalir dari sudut matanya.
Gabriel hanya diam membiarkan sivia menenangkan diri. Gabriel bangga sivia terlihat tangguh saat menghadapi alvin tadi. Padahal gabriel tau sivia sangat sakit. Ia sangat mencintai alvin. Apalagi sivia sedang mengandung anak alvin.
Mungkin sudah saatnya gabriel bertindak...
* * *
Alvin pulang kerumah dengan wajah suram dan rambut acak-acakan. Baru saja alvin sampai dilantai dua shilla sudah muncul dari kamarnya.
"Alvinn.. Aku sakit.." Shilla menghampiri alvin dan langsung memeluk lengan alvin manja. Alvin diam saja tidak menghiraukan.
"Alvinn aku sakit.." Shilla mengulang lagi karena tidak mendapat respond dari alvin. Tapi lagi-lagi alvin hanya diam.
"Alvinn aku sakit! Aku masuk anginn!" Shilla lebih menaikkan nada bicaranya karena kesal alvin hanya diam.
"Diem!!" Bentak alvin menepis tangan shilla lalu segera masuk kekamarnya. Alvin tidak lupa untuk mengunci pintu kamarnya itu.
'Gimana gak masuk angin setiap malem tidur pake baju mini.' Alvin membatin. Alvin tidak habis pikir dengan shilla. Memang shilla terlihat seperti wanita dewasa. Tapi kelakuannya jauh dari kata dewasa! Lama-kelamaan alvin semakin tidak betah dirumah.
Jauh dari dugaannya, kehadiran shilla malah membuatnya tertekan. Kehadiran shilla malah membuat sivia pergi dari hidupnya!! Tapi entah kenapa alvin juga tidak mau shilla pergi lagi darinya. Tidak mau shilla meninggalkannya lagi.
Ahhh!! Alvin mengerang frustasi. Benar-benar bingung dengan situasi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar