Title : If You Earn Me
Author
: Rosita Dinni
Genre
: Romance
Cast
: Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
“Vin, gak lucu.” Kata sivia berharap alvin akan menghentikan godaannya yang benar-benar tidak lucu!
“Yatuhan, via! Harus berapa kali gue bilang kalau gue serius?! Gue bener-bener suka sama lo vi, lo mau kan jadi cewek gue?” kata alvin tidak sabaran menghadapi sivia yang terus menganggapnya hanya bercanda.
“Gue, gue gak tau.” Kata sivia bingung.
“Kenapa? Lo bener-bener gak punya perasaan apa-apa sama gue?” tanya alvin dengan tatapan kecewa. Ya walaupun alvin sudah mempersiapkan diri dengan kemungkinan sivia akan menolaknya, tapi tetap saja alvin merasa kecewa.
“B…bukan gitu. Gu…gue cuma bingung.” Sivia malah semakin bingung. Apa yang harus ia katakan? Entah kenapa lidahnya gatal sekali ingin mengatakan ‘YA’. Tapi tetap saja masih ada yang membuat sivia tidak yakin.
“Jadi, lo juga punya perasaan sama gue?” tanya alvin lagi. Sivia yang mendengarnya lagi-lagi bertambah bingung.
Alvin melihat sivia yang salah tingkah mendengar pertanyaannya. Apalagi wajah sivia yang memerah membuat alvin tidak tahan untuk menyunggingkan senyum. Sepertinya alvin sudah tahu jawabannya.
“Lo cukup jawab iya atau enggak, vi.” Kata alvin yang melihat sivia yang berkali-kali membuka mulutnya lalu menutupnya kembali. Sivia seperti sangat bingung akan menjawab.
“G…gue…”
“Iya atau enggak?” kata alvin tegas.
“Iya iya!!” kata sivia akhirnya. Ia kesal dengan dirinya sendiri yang sangat susah untuk menjawabnya.
“Jadi?” kata alvin menarik sudut bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya mendengar jawaban sivia.
“Apa?!” kata sivia membuang muka, malu.
“Kita pacaran?” tanya alvin menggoda. Sivia yang mendengar kata ‘pacaran’ menjadi salah tingkah sendiri. Ia tidak menyangka kini ia dan alvin berpacaran!
“Kalau gak mau yaudah!” kata sivia mencoba bangun dari duduknya sebelum alvin menahan dan langsung saja memeluk sivia.
“Thankyou.” Kata alvin lembut. Ia benar-benar sangat senang sivia menerima cintanya. Sedangkan sivia pun mengangguk dan mencoba rileks dalam pelukan alvin. Ia juga mencoba mengontrol detak jantungnya agar alvin tidak sampai merasakan debarannya. Sungguh, sivia sampai tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.
* * *
Sivia membolak-balik novel yang ia pegang tanpa minat. Ia sendiri juga bingung, bagaimana mungkin ia bisa tidak minat membaca novel. Ia hanya membaca sekilas setiap halaman dan beberapa kali melirik smartphone-nya yang tidak menunjukkan tanda-tanda ada pesan masuk. Sivia akhirnya menyerah. Ia menaruh novel itu diatas meja dan langsung menyambar smartphone-nya. Setelah mengecek ponselnya, ternyata benar-benar tidak ada pesan masuk!
“Awas lo!” gumam sivia membanting ponselnya ke kasur. Ia melihat jam dinding, sudah pukul satu siang dan alvin belum mengiriminya pesan sama sekali!
Sivia duduk gelisah di kasurnya. Apa benar kemarin malam itu nyata? Ia masih sulit percaya bahwa ia dan alvin benar-benar berpacaran. Sivia jadi teringat awal mereka bertemu dan berkenalan. Ia sangat merasa tidak suka dengan cowok itu. Tapi kini? Ia sedang gelisah hanya karena tidak kunjung mendapat pesan dari alvin. Padahal baru saja kemarin malam mereka resmi menyandang status ‘berpacaran’. Dan memikirkan itu membuat sivia semakin merasa gelisah. Berbagai pikiran buruk melintas di kepalanya. Jangan-jangan…kemarin malam memang hanyalah kejailan alvin?!!
Belum selesai dengan pemikirannya, sivia menoleh ke arah pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka. Seperti biasa, ray masuk ke kamarnya tanpa permisi!
“Ciee yang baru jadian ciee!” Ray menunjukkan cengirannya sambil mendekat ke sivia.
“Apasih!” Sivia memilih tiduran dan membalikkan badannya, memunggungi ray. Ia tidak mau ray melihat wajahnya yang pasti sudah berubah merah. Lagian, kenapa ray bisa tau sih?
“Ciee pake malu-malu.” Ray sengaja mencolek-colek lengan kakaknya menggoda. Jarang-jarang ia bisa melihat kakaknya yang cuek dan jutek itu bisa menunjukkan ekspresi malu-malunya.
“Oh ya, gue belum bilang mama sama papa! Pasti mama seneng banget!” ray tertawa puas melihat kakaknya yang langsung bangun siap meninjunya. Tapi ray lebih dulu berlari keluar dari kamar kakaknya masih sambil tertawa lebar.
Sivia menaruh kembali boneka yang baru saja akan ia lemparkan ke ray. Sivia yakin adiknya itu sekarang sedang memberitahukan mamanya tentang dirinya dan alvin. Apalagi kini papanya juga sedang ada di rumah!
Sivia kembali tiduran hingga ia mendengar suara dering ponselnya. Sivia buru-buru bangun dan langsung menyambar ponselnya. Ajaibnya, bibir sivia refleks menyunggingkan senyum begitu melihat nama alvin di layar ponselnya. Sivia menyempatkan untuk berdehem sebelum akhirnya menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya itu di telinga.
“Apa?!” kata sivia langsung, dengan judes.
* * *
“Apa?!” Alvin terkejut mendengar suara sivia. Alvin jadi bingung. Walaupun ia baru bangun tidur, tapi ia benar-benar yakin bahwa kejadian di kolam renang bukanlah mimpi. Ia benar-benar menyatakan cintanya ke sivia dan sivia menerimanya! Lalu kenapa sivia masih judes kepadanya?
“Lagi apa?” Tanya alvin ragu-ragu, bingung ingin berkata apa.
“Makan tokek.”
“Serius?!” alvin langsung ngeri membayangkan sivia makan tokek.
“Menurut lo?!” Alvin mendengar suara sivia yang seperti sangat kesal. Alvin jadi bingung, apa ia salah bicara sampai membuat sivia kesal? Perasaan ia baru mengatakan 2 kalimat. ‘Lagi apa?’ dan ‘Serius?’. Apa ada yang salah dengan kedua kalimat itu?
“Vi, di rumah?” tanya alvin hati-hati.
“Hn.” Jawab sivia di seberang sana.
“Oke, see you.” Alvin langsung memutus sambungan telponnya dengan sivia. Ia pun memilih mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Alvin berpikir lebih baik ia langsung bertemu dengan sivia daripada berbicara melalui telepon. Lagian ia juga sudah merasa sangat rindu dengan cewek barunya itu.
* * *
“Ngeselin!!” Sivia memaki smartphone-nya kesal. Bisa-bisanya alvin langsung memutus sambungan telponnya. Ia sudah menunggu dari pagi pesan dari alvin dan akhirnya cowok itu langsung menelponnya. Tapi baru beberapa percakapan alvin langsung memutuskan sambungan telponnya. Sivia tidak henti-hentinya memaki alvin dalam hati. Benar-benar sialan! Apa alvin tidak tahu bahwa sivia merindukannya!
Ehm, rindu? Sivia langsung diam memikirkan perasaannya. Yah, ia tidak bisa memugkiri perasaannya kalau ia memang kangen dengan alvin. Tapi masa bodo dengan kangen. Sivia tetap kesal karena ia merasa sepertinya alvin tidak merasakan juga yang ia rasakan. Ia jadi berfikir, serius tidak sih alvin dengan perkataannya?!
Sivia memukul-mukul boneka besar yang alvin berikan kepadanya saat di pasar malam. Boneka itu telah menjadi teman tidur sivia setiap malam. Entah kenapa, sivia merasa sangat nyaman jika tidur sambil memeluk boneka itu. Ah, memikirkan alvin membuat sivia kesal. Bisa-bisanya cowok itu membuat dirinya frustasi. Padahal rasanya baru kemarin ia selalu menyuruh alvin untuk berhenti mengejarnya karena ia merasa sangat terganggu. Tapi kini? Yah, sivia ingat kata-kata ‘Benci Jadi Cinta’. Dan apakah itu yang kini sedang ia alami?
Sivia berhenti memukuli bonekanya begitu mendengar pintu kamarnya diketuk dan disusul suara mamanya yang memanggilnya. Sivia pun bangkit dari kasur lalu berjalan membukakan pintu kamarnya.
“Sivia, ada alvin tuh dibawah.” Kata mamanya dengan wajah sumringah. Yah mamanya itu memang sangat senang jika alvin main kerumah mereka.
“Kok diem aja? Ayo temuin sana.” Kata mamanya lagi yang melihat sivia hanya diam.
“Iya iya.” Kata sivia ‘sok’ malas. Sivia pun mengikuti mamanya turun ke lantai bawah dimana alvin sedang duduk di sofa ruang tamu.
“Nak alvin, ini sivianya.” Kata mama sivia.
“Terimakasih tante.” Kata alvin tersenyum sopan.
“Iya sama-sama. Yaudah tante masuk dulu ya. Kalian ngobrol-ngobrol aja.” Setelah itu mama sivia pun masuk kedalam, meninggalkan sivia dan alvin di ruang tamu.
Sepeninggalan mamanya, sivia jadi merasa gugup. Sivia pun memilih duduk di sofa di samping alvin. Lagian tidak biasanya mereka mengobrol di ruang tamu. Biasanya kan alvin langsung nyelonong ke kamarnya. Ah ya, tentu saja kali ini alvin tidak akan berani melakukannya. Secara, papa sivia sedang ada di rumah!
“Ada apa?” sivia akhirnya membuka suara.
“Gak ada apa-apa.” Jawab alvin.
“Terus ngapain kesini?” tanya sivia lagi mencoba terlihat biasa.
“Emang kalau kerumah pacar harus ada alasan ya?” kata alvin memandang sivia. Sedangkan sivia lagi-lagi hanya bisa membuang muka, menyembunyikan wajahnya yang pasti memerah karena malu.
“Heran deh. Baru kemarin ketemu, sekarang udah kangen banget.” kata alvin lagi melihat sivia yang hanya diam.
“Bullshit.” Kata sivia kesal. Sedangkan alvin mengerutkan kening mendengar jawaban sivia.
“Kangen? Lo bahkan baru telpon jam satu siang! Kemana aja daritadi!” sivia kembali berkata sambil melihat alvin agar cowok itu bisa melihat dirinya yang kesal. Alvin cukup terkejut melihatnya, tapi ia malah tersenyum kemudian.
“Jadi itu yang bikin kamu marah-marah?” Alvin menggeser duduknya agar lebih dekat dengan sivia yang memilih duduk dengan jarak satu meter dari alvin.
“Maaf deh. Kemarin malem aku gak bisa tidur gara-gara mikirin kejadian kemarin. Aku baru tidur subuh. Jadinya aku bangun siang. Dan itu juga aku langsung telpon kamu.” Kata alvin menjelaskan dengan lembut dan sukses membuat sivia luluh. Apalagi mendengar alvin yang mulai memakai ‘aku-kamu’ membuat sivia jadi berdebar.
“Oke, alasan diterima.” Kata sivia setelah menghembuskan nafas.
“Jadi bener nih gara-gara itu kamu jadi marah-marah gini?” tanya alvin lagi, tidak bisa menahan rasa senangnya. Ia benar-benar merasa senang dengan fakta bahwa sivia menunggu kabar darinya. Padahal dulu sivia benar-benar tidak pernah berniat sekedar membalas sms alvin. Tapi sekarang? Cewek itu malah menunggu alvin menghubunginya!
“Berisik.” Kata sivia. Tidak mungkin kan sivia menjawab ‘YA’. Tentu gengsi sivia lebih besar.
“Mana HP kamu?” kata alvin tiba-tiba.
“Buat apa?” tanya sivia.
“Pinjem bentar.” Sivia pun mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan memberikannya ke alvin. Sivia melihat alvin entah sedang apa dengan ponselnya dengan penasaran. Apalagi kemudian alvin mengambil handphone-nya sendiri. Hingga akhirnya alvin pun mengembalikan ponsel sivia.
“Ngapain?” tanya sivia.
“Masukin BBM aku. Gak boleh di hapus. Kita kan udah pacaran, masa kamu masih gak mau nambahin aku ke contact BBM kamu.”
“Cerewet.” Kata sivia menaruh ponselnya diatas meja. Lagi-lagi alvin tersenyum melihat sivia yang bahkan tidak protes sama sekali.
Mereka pun terus mengobrol. Semakin lama sivia pun mulai menghilangkan kecanggungannya dan bisa bercanda dengan alvin. Sivia juga tidak menyangka ternyata bisa se-asyik itu mengobrol dengan alvin. Dan sepertinya sivia mulai menikmati status barunya dengan alvin.