Sabtu, 25 Januari 2014

If You Earn Me [8]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others




“Vin, gak lucu.” Kata sivia berharap alvin akan menghentikan godaannya yang benar-benar tidak lucu!
“Yatuhan, via! Harus berapa kali gue bilang kalau gue serius?! Gue bener-bener suka sama lo vi, lo mau kan jadi cewek gue?” kata alvin tidak sabaran menghadapi sivia yang terus menganggapnya hanya bercanda.
“Gue, gue gak tau.” Kata sivia bingung.
“Kenapa? Lo bener-bener gak punya perasaan apa-apa sama gue?” tanya alvin dengan tatapan kecewa. Ya walaupun alvin sudah mempersiapkan diri dengan kemungkinan sivia akan menolaknya, tapi tetap saja alvin merasa kecewa.
“B…bukan gitu. Gu…gue cuma bingung.” Sivia malah semakin bingung. Apa yang harus ia katakan? Entah kenapa lidahnya gatal sekali ingin mengatakan ‘YA’. Tapi tetap saja masih ada yang membuat sivia tidak yakin.
“Jadi, lo juga punya perasaan sama gue?” tanya alvin lagi. Sivia yang mendengarnya lagi-lagi bertambah bingung.
Alvin melihat sivia yang salah tingkah mendengar pertanyaannya. Apalagi wajah sivia yang memerah membuat alvin tidak tahan untuk menyunggingkan senyum. Sepertinya alvin sudah tahu jawabannya.
“Lo cukup jawab iya atau enggak, vi.” Kata alvin yang melihat sivia yang berkali-kali membuka mulutnya lalu menutupnya kembali. Sivia seperti sangat bingung akan menjawab.
“G…gue…”
“Iya atau enggak?” kata alvin tegas.
“Iya iya!!” kata sivia akhirnya. Ia kesal dengan dirinya sendiri yang sangat susah untuk menjawabnya.
“Jadi?” kata alvin menarik sudut bibirnya. Ia tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya mendengar jawaban sivia.
“Apa?!” kata sivia membuang muka, malu.
“Kita pacaran?” tanya alvin menggoda. Sivia yang mendengar kata ‘pacaran’ menjadi salah tingkah sendiri. Ia tidak menyangka kini ia dan alvin berpacaran!
“Kalau gak mau yaudah!” kata sivia mencoba bangun dari duduknya sebelum alvin menahan dan langsung saja memeluk sivia.
“Thankyou.” Kata alvin lembut. Ia benar-benar sangat senang sivia menerima cintanya. Sedangkan sivia pun mengangguk dan mencoba rileks dalam pelukan alvin. Ia juga mencoba mengontrol detak jantungnya agar alvin tidak sampai merasakan debarannya. Sungguh, sivia sampai tidak bisa menggambarkan perasaannya saat ini.

* * *

Sivia membolak-balik novel yang ia pegang tanpa minat. Ia sendiri juga bingung, bagaimana mungkin ia bisa tidak minat membaca novel. Ia hanya membaca sekilas setiap halaman dan beberapa kali melirik smartphone-nya yang tidak menunjukkan tanda-tanda ada pesan masuk. Sivia akhirnya menyerah. Ia menaruh novel itu diatas meja dan langsung menyambar smartphone-nya. Setelah mengecek ponselnya, ternyata benar-benar tidak ada pesan masuk!
“Awas lo!” gumam sivia membanting ponselnya ke kasur. Ia melihat jam dinding, sudah pukul satu siang dan alvin belum mengiriminya pesan sama sekali!
Sivia duduk gelisah di kasurnya. Apa benar kemarin malam itu nyata? Ia masih sulit percaya bahwa ia dan alvin benar-benar berpacaran. Sivia jadi teringat awal mereka bertemu dan berkenalan. Ia sangat merasa tidak suka dengan cowok itu. Tapi kini? Ia sedang gelisah hanya karena tidak kunjung mendapat pesan dari alvin. Padahal baru saja kemarin malam mereka resmi menyandang status ‘berpacaran’. Dan memikirkan itu membuat sivia semakin merasa gelisah. Berbagai pikiran buruk melintas di kepalanya. Jangan-jangan…kemarin malam memang hanyalah kejailan alvin?!!
Belum selesai dengan pemikirannya, sivia menoleh ke arah pintu kamarnya yang tiba-tiba terbuka. Seperti biasa, ray masuk ke kamarnya tanpa permisi!
“Ciee yang baru jadian ciee!” Ray menunjukkan cengirannya sambil mendekat ke sivia.
“Apasih!” Sivia memilih tiduran dan membalikkan badannya, memunggungi ray. Ia tidak mau ray melihat wajahnya yang pasti sudah berubah merah. Lagian, kenapa ray bisa tau sih?
“Ciee pake malu-malu.” Ray sengaja mencolek-colek lengan kakaknya menggoda. Jarang-jarang ia bisa melihat kakaknya yang cuek dan jutek itu bisa menunjukkan ekspresi malu-malunya.
“Oh ya, gue belum bilang mama sama papa! Pasti mama seneng banget!” ray tertawa puas melihat kakaknya yang langsung bangun siap meninjunya. Tapi ray lebih dulu berlari keluar dari kamar kakaknya masih sambil tertawa lebar.
Sivia menaruh kembali boneka yang baru saja akan ia lemparkan ke ray. Sivia yakin adiknya itu sekarang sedang memberitahukan mamanya tentang dirinya dan alvin. Apalagi kini papanya juga sedang ada di rumah!
Sivia kembali tiduran hingga ia mendengar suara dering ponselnya. Sivia buru-buru bangun dan langsung menyambar ponselnya. Ajaibnya, bibir sivia refleks menyunggingkan senyum begitu melihat nama alvin di layar ponselnya. Sivia menyempatkan untuk berdehem sebelum akhirnya menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya itu di telinga.
“Apa?!” kata sivia langsung, dengan judes.

* * *

“Apa?!” Alvin terkejut mendengar suara sivia. Alvin jadi bingung. Walaupun ia baru bangun tidur, tapi ia benar-benar yakin bahwa kejadian di kolam renang bukanlah mimpi. Ia benar-benar menyatakan cintanya ke sivia dan sivia menerimanya! Lalu kenapa sivia masih judes kepadanya?
“Lagi apa?” Tanya alvin ragu-ragu, bingung ingin berkata apa.
“Makan tokek.”
“Serius?!” alvin langsung ngeri membayangkan sivia makan tokek.
“Menurut lo?!” Alvin mendengar suara sivia yang seperti sangat kesal. Alvin jadi bingung, apa ia salah bicara sampai membuat sivia kesal? Perasaan ia baru mengatakan 2 kalimat. ‘Lagi apa?’ dan ‘Serius?’. Apa ada yang salah dengan kedua kalimat itu?
“Vi, di rumah?” tanya alvin hati-hati.
“Hn.” Jawab sivia di seberang sana.
“Oke, see you.” Alvin langsung memutus sambungan telponnya dengan sivia. Ia pun memilih mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Alvin berpikir lebih baik ia langsung bertemu dengan sivia daripada berbicara melalui telepon. Lagian ia juga sudah merasa sangat rindu dengan cewek barunya itu.

* * *

“Ngeselin!!” Sivia memaki smartphone-nya kesal. Bisa-bisanya alvin langsung memutus sambungan telponnya. Ia sudah menunggu dari pagi pesan dari alvin dan akhirnya cowok itu langsung menelponnya. Tapi baru beberapa percakapan alvin langsung memutuskan sambungan telponnya. Sivia tidak henti-hentinya memaki alvin dalam hati. Benar-benar sialan! Apa alvin tidak tahu bahwa sivia merindukannya!
Ehm, rindu? Sivia langsung diam memikirkan perasaannya. Yah, ia tidak bisa memugkiri perasaannya kalau ia memang kangen dengan alvin. Tapi masa bodo dengan kangen. Sivia tetap kesal karena ia merasa sepertinya alvin tidak merasakan juga yang ia rasakan. Ia jadi berfikir, serius tidak sih alvin dengan perkataannya?!
Sivia memukul-mukul boneka besar yang alvin berikan kepadanya saat di pasar malam. Boneka itu telah menjadi teman tidur sivia setiap malam. Entah kenapa, sivia merasa sangat nyaman jika tidur sambil memeluk boneka itu. Ah, memikirkan alvin membuat sivia kesal. Bisa-bisanya cowok itu membuat dirinya frustasi. Padahal rasanya baru kemarin ia selalu menyuruh alvin untuk berhenti mengejarnya karena ia merasa sangat terganggu. Tapi kini? Yah, sivia ingat kata-kata ‘Benci Jadi Cinta’. Dan apakah itu yang kini sedang ia alami?
Sivia berhenti memukuli bonekanya begitu mendengar pintu kamarnya diketuk dan disusul suara mamanya yang memanggilnya. Sivia pun bangkit dari kasur lalu berjalan membukakan pintu kamarnya.
“Sivia, ada alvin tuh dibawah.” Kata mamanya dengan wajah sumringah. Yah mamanya itu memang sangat senang jika alvin main kerumah mereka.
“Kok diem aja? Ayo temuin sana.” Kata mamanya lagi yang melihat sivia hanya diam.
“Iya iya.” Kata sivia ‘sok’ malas. Sivia pun mengikuti mamanya turun ke lantai bawah dimana alvin sedang duduk di sofa ruang tamu.
“Nak alvin, ini sivianya.” Kata mama sivia.
“Terimakasih tante.” Kata alvin tersenyum sopan.
“Iya sama-sama. Yaudah tante masuk dulu ya. Kalian ngobrol-ngobrol aja.” Setelah itu mama sivia pun masuk kedalam, meninggalkan sivia dan alvin di ruang tamu.
Sepeninggalan mamanya, sivia jadi merasa gugup. Sivia pun memilih duduk di sofa di samping alvin. Lagian tidak biasanya mereka mengobrol di ruang tamu. Biasanya kan alvin langsung nyelonong ke kamarnya. Ah ya, tentu saja kali ini alvin tidak akan berani melakukannya. Secara, papa sivia sedang ada di rumah!
“Ada apa?” sivia akhirnya membuka suara.
“Gak ada apa-apa.” Jawab alvin.
“Terus ngapain kesini?” tanya sivia lagi mencoba terlihat biasa.
“Emang kalau kerumah pacar harus ada alasan ya?” kata alvin memandang sivia. Sedangkan sivia lagi-lagi hanya bisa membuang muka, menyembunyikan wajahnya yang pasti memerah karena malu.
“Heran deh. Baru kemarin ketemu, sekarang udah kangen banget.” kata alvin lagi melihat sivia yang hanya diam.
“Bullshit.” Kata sivia kesal. Sedangkan alvin mengerutkan kening mendengar jawaban sivia.
“Kangen? Lo bahkan baru telpon jam satu siang! Kemana aja daritadi!” sivia kembali berkata sambil melihat alvin agar cowok itu bisa melihat dirinya yang kesal. Alvin cukup terkejut melihatnya, tapi ia malah tersenyum kemudian.
“Jadi itu yang bikin kamu marah-marah?” Alvin menggeser duduknya agar lebih dekat dengan sivia yang memilih duduk dengan jarak satu meter dari alvin.
“Maaf deh. Kemarin malem aku gak bisa tidur gara-gara mikirin kejadian kemarin. Aku baru tidur subuh. Jadinya aku bangun siang. Dan itu juga aku langsung telpon kamu.” Kata alvin menjelaskan dengan lembut dan sukses membuat sivia luluh. Apalagi mendengar alvin yang mulai memakai ‘aku-kamu’ membuat sivia jadi berdebar.
“Oke, alasan diterima.” Kata sivia setelah menghembuskan nafas.
“Jadi bener nih gara-gara itu kamu jadi marah-marah gini?” tanya alvin lagi, tidak bisa menahan rasa senangnya. Ia benar-benar merasa senang dengan fakta bahwa sivia menunggu kabar darinya. Padahal dulu sivia benar-benar tidak pernah berniat sekedar membalas sms alvin. Tapi sekarang? Cewek itu malah menunggu alvin menghubunginya!
“Berisik.” Kata sivia. Tidak mungkin kan sivia menjawab ‘YA’. Tentu gengsi sivia lebih besar.
“Mana HP kamu?” kata alvin tiba-tiba.
“Buat apa?” tanya sivia.
“Pinjem bentar.” Sivia pun mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan memberikannya ke alvin. Sivia melihat alvin entah sedang apa dengan ponselnya dengan penasaran. Apalagi kemudian alvin mengambil handphone-nya sendiri. Hingga akhirnya alvin pun mengembalikan ponsel sivia.
“Ngapain?” tanya sivia.
“Masukin BBM aku. Gak boleh di hapus. Kita kan udah pacaran, masa kamu masih gak mau nambahin aku ke contact BBM kamu.”
“Cerewet.” Kata sivia menaruh ponselnya diatas meja. Lagi-lagi alvin tersenyum melihat sivia yang bahkan tidak protes sama sekali.
Mereka pun terus mengobrol. Semakin lama sivia pun mulai menghilangkan kecanggungannya dan bisa bercanda dengan alvin. Sivia juga tidak menyangka ternyata bisa se-asyik itu mengobrol dengan alvin. Dan sepertinya sivia mulai menikmati status barunya dengan alvin.

Minggu, 12 Januari 2014

If You Earn Me [7]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
 
 
 
Ray duduk di tepi kasur kakaknya. Sudah hampir sepuluh menit ia duduk di situ sambil mengamati kakaknya yang sedari tadi sibuk mencari tas, dompet, dan sebagainya. Apalagi di tengah pencariannya, sivia selalu menyempatkan dirinya untuk mengaca.

“Mau kemana sih vi?” tanya ray akhirnya. Sivia yang mendengarnya tidak mengalihkan pandangannya dari cermin.

“Vi! Mau kemana?!” merasa diabaikan ray pun kembali bertanya.

“Berisik! Gue mau ke salon.” Jawab sivia akhirnya.

“Ngapain?”

“Beli paku.”

“Serius vi!”

“Abisnya udah tau ke salon masih tanya ngapain. Gue mau potong rambut.” Kata sivia sambil menyemprotkan parfum yang baru ia beli dua hari lalu ke badannya.

“Ngapain potong rambut?!!” Sivia memutar bola matanya mendengar suara adiknya yang daritadi terus bertanya.

“Lo berisik banget sih! Rambut gue udah panjang, mau gue potong.” Kata sivia.

“Sivia, gue sebagai adik lo ngelarang lo potong rambut!” Sivia menyerngitkan keningnya begitu mendengar kata-kata ray.

“Lo kenapa sih jadi bawel banget? Terserah gue lah mau potong rambut apa enggak.” Sivia mengambil tasnya lalu keluar dari kamarnya. Sedangkan ray langsung bangkit menyusul sivia.

“Vi, jangan potong rambut!” kata ray sekali lagi, sambil mengikut sivia yang sudah turun dari tangga.

“Kenapa sih?!” akhirnya sivia bertanya, aneh melihat ray yang tumben-tumbennya protes saat sivia akan potong rambut.

“Setau gue, Alvin tuh suka sama cewek rambut panjang! Kalau lo potong rambut bisa-bisa alvin gak suka sama lo lagi gimana?!!”

Mulut sivia langsung terbuka, shock! Yatuhan, bisa-bisanya adiknya itu memprotes keras dirinya agar tidak potong rambut hanya demi alvin!

“Terus? Bagus dong kalau gitu. Biar sekalian aja gue botak biar tuh cowok gak gangguin mulu.” Kata sivia memilih melanjutkan langkahnya keluar rumah, dimana mobilnya sudah terparkir. Yah, mama dan papanya melarang untuk menjual mobilnya itu.

“Yah vi, jangan dong!” kata ray masih mencoba membujuk kakaknya agar membatalkan niatnya untuk potong rambut. Mengingat sifat kakaknya yang keras kepala, ray jadi pesimis bisa membujuk kakaknya.

“Pada mau kemana?” Sivia dan ray langsung menghentikan langkahnya begitu melihat alvin yang baru masuk ke halaman rumah mereka.

“Kebetulan lo dateng. Sivia nih mau potong rambut.” Kata ray mengadu. Sedangkan sivia entah kenapa malah diam, memikirkan perkataan ray. Sivia menebak-nebak, bagaimana sikap alvin kalau ia potong rambut ya? Apa alvin akan berhenti mengejarnya seperti yang ray bilang?

“Oh ya? Yaudah yuk gue anter.” Kata alvin. Sedangkan ray dan sivia langsung menatap alvin bingung. Mereka tidak menyangka alvin malah menawarkan diri untuk mengantar sivia potong rambut.

“Yuk.” Karena tidak kunjung mendapat jawaban, seperti biasa alvin langsung saja menggandneg tangan sivia menuju motornya,

“Pake mobil gue aja.” Kata sivia sebelum alvin menaiki motornya.

“Oke. Mana kuncinya?” Kata alvin. Sivia pun menyerahkan kunci mobilnya ke alvin. Sedangkan ray tetap diam di tempat, melihat sivia dan alvin yang masuk ke mobil hingga mereka pergi. Ray menggaruk-garuk kepalanya. Jadi, apa gosip yang ia dengar yang salah?

* * *

“Belok kiri.” Kata sivia saat mereka akan melewati perempatan jalan, menunjukkan arah dimana salon langganannya berada.

“Hei! Lo gak tau arah ya?! Gue bilang belok kiri, kenapa malah belok kanan?!” Kata sivia ke alvin yang dibalas dengan senyum.

“Belok kanan, sivia sayang.” Kata alvin tersenyum.

“Lo mau ke salon mana? Salon langganan gue belok kiri tadi!”

“Siapa bilang kita mau ke salon?” Sivia langsung melotot mendengar perkataan alvin. Ah, sivia jadi merutuki dirinya sendiri yang dengan mudahnya menyetujui tawaran cowok di sampingnya ini.

“Sialan! Tau gini gue berangkat sendiri!” alvin malah tertawa melihat wajah kesal sivia.

“Abisnya ngapain sih potong rambut? Lo pasti makin cantik kalau rambut lo panjang.” Kata alvin mengambil beberapa helai rambut sivia dengan tangan kirinya.

“Bawel! Gue gak bakal kemakan gombalan lo!” kata sivia menepis tangan alvin lalu membuang mukanya ke samping kiri, menatap keluar jendela. Alvin malah tersenyum geli melihat tingkah sivia. Alvin tahu, sebenarnya cewek di sampingnya itu sedang salah tingkah. Terbukti saat alvin melihat rona kemerahan di wajah sivia yang masih terlihat dari samping.

“Gue serius, sivia sayang. Jangan potong rambut ya?” kata alvin lagi.

“Gak! Gue mau potong rambut!” kata sivia ketus.

“Gue traktir sushi deh.”

“Gak.”

“Sepuas lo.” Kata alvin lagi.

“Gak.”

“Sushi seminggu full?”

“Deal.”

Alvin tersenyum lebar mendengar jawaban sivia. Sungguh tangan alvin gatal ingin sekedar mencubit pipi sivia. Alvin tidak habis pikir, cewek di sampingnya ini benar-benar lucu. Sedangkan sivia masih menatap keluar jendela, menyembunyikan wajahnya yang masih panas mendengar gombalan alvin tadi. Tentu saja sivia tahu alvin hanya menggombal, tapi entah kenapa ia merasa senang mendengarnya.

“Sampai.” Kata alvin membuyarkan lamunan sivia. Sivia melihat ke depan dan baru menyadari mereka sudah berhenti di tempar parkir sebuah tempat makan. Sivia baru saja akan membuka pintu untuk keluar dari mobil sebelum akhirnya pintu terbuka terlebih dahulu sebelum ia sempat membukanya.

“Thanks.” Kata sivia turun dari mobil, menunggu alvin menutup pintu mobil kembali.

“sama-sama.” Balas alvin lalu dengan seenaknya menggandeng tangan sivia untuk memasuki restaurant yang sivia ketahui sebagai salah satu restaurant jepang yang terkenal di Ibu Kota.

“Sekedar makan siang kenapa milih ke restaurant ini sih.” Kata sivia memprotes, karena sivia tahu harga makanan disini cukup mahal.
“Bawel.” Kata alvin. Sivia sudah akan membalas perkataan alvin sebelum akhirnya seorang pelayan menghampiri mereka untuk menanyakan pesanan. Seperti biasa sivia memesan sushi.

“Lo gak bosen apa makan sushi mulu? Emang gak ada makanan favorite lain?” tanya alvin setelah pelayan itu pergi.

“Enggaklah. Sebulan makan sushi juga gak bakal bosen. Gue sih juga suka masakan padang. Sayangnya aja lo selalu ngajakin gue ke restaurant jepang.” Kata sivia.

“Yaudah kapan-kapan kita ke rumah makan padang. Di deket kampus lo ada rumah makan padang kan?”

“Ada sih. Tapi kalau gue sukanya makan di rumah makan padang yang ada di deket rumah gue. Lebih enak.” Kata sivia.

“Yaudah kita kesitu aja.” Kata alvin.

“Oke!” kata sivia tersenyum lebar membayangkan masakan padang di restaurant padang yang ada di dekat rumahnya. Sedangkan alvin juga tersenyum melihat sikap sivia yang lagi-lagi mulai ramah kepadanya. Alvin juga aneh dengan perasaannya yang terasa berbunga-bunga hanya karena melihat sivia tersenyum karena dirinya.

“Lo sendiri?” tanya sivia.

“Apa?” alvin malah balik bertanya, tidak mengerti maksud sivia.

“Lo sendiri suka makanan apa?”

“Kalau gue sih suka makanan apa aja, asal makannya sama lo.” Jawab alvin. Sedangkan sivia malah memutar bola matanya bosan. Ia bertanya serius malah dibalas gombalan.

“Gue serius tau. Makanan yang gue makan sama lo tuh rasanya jauh lebih enak.” Kata alvin lagi.

“Lo tuh suka banget ngegombal ya!” kata sivia kesal. Bukan karena alvin tidak menjawab serius, tapi karena omongan alvin yang terus membuatnya berbunga-bunga!

“Yaudah sih kalau gak percaya. Orang gue serius.” Kata alvin. Dan lagi-lagi obrolan mereka terhenti saat pelayan kembali datang dengan membawa pesanan mereka. Setelah pelayan pergi, seperti biasa sivia langsung memakan makanannya dengan lahap. Sedangkan alvin seperti biasa juga makan sambil sesekali memandangi cewek yang ada didepannya.

“’Oh ya, kenapa gak bilang kalau hari ini gak ada jadwal kuliah?” tanya alvin setelah menghabiskan makanannya.

“Gak ada yang tanya.” Kata sivia.

“Kan kemarin gue bilang kalau gue mau jemput ke kampus lo. Lo malah gak bilang kalau hari ini lo gak ada jadwal kuliah. Untung aja tadi gue sempet tanya ke ray.”

“Lagian ngapain mau jemput ke kampus?”

“Abisnya kemarin gue ajak jalan lo gak mau.”

“Kan gue gak bilang gak mau. Gue Cuma bilang liat mood besok aja kan.” Kata sivia.

“Iya sih. Ngomong-ngomong tante Sherly kemana? Kok tadi gak ada?” tanya alvin.

“Ke rumah tante. Sepupu gue hari ini ulang tahun. Mama bantuin disana.” kata sivia.

“Oh, trus kenapa lo gak ikut bantuin?”

“Males ah. Lagian disana juga pasti udah banyak yang bantuin. Keluarga gue lagi ngumpul disana semua. Nanti sore baru gue sama ray kesana.” Kata sivia.

“Udah beli kado?” tanya alvin lagi.

“Nah itu, rencananya hari ini gue mau beli kado abis dari salon.” Kata sivia bĂȘte mengingat rencananya jadi amburadul gara-gara alvin.

“Yaudah beli sekarang aja yuk?” kata alvin. Sivia pun akhirnya mengangguk.

Setelah membayar makanan, mereka pun pergi ke satu mall yang berada tidak jauh dari lokasi tempat mereka makan tadi. Sivia langsung masuk ke toko boneka yang berada di lantai dasar. alvin pun mengikuti sivia masuk ke toko boneka itu.

“Yang ulang tahun umur berapa?” tanya alvin.

“Mungkin sepuluh tahun. Pokoknya dia masih kelas 5 SD.” Sivia menjawab sambil melihat-lihat boneka yang dipajang.

“Lucuan yang mana?” tanya sivia sambil menunjukkan dua boneka kucing yang ia pegang di tangan kanan dan kiri ke alvin.

“Lucuan yang tengah.” Sivia mengerutkan keningnya mendengar jawaban alvin.

“Yang tengah?” ulang sivia tidak mengerti.

“Iya, lucuan lo.” Kata alvin dan lagi-lagi sivia langsung memutar bola matanya bosan.

“Gue serius!” kata sivia sebal.

“Gue juga serius.” Kata alvin santai membuat sivia ingin menendang muka alvin sekarang juga!

“Gila!” kata sivia akhirnya memilih untuk tidak bertanya ke alvin. Ia pun melihat-lihat boneka yang berbentuk kucing lainnya. Yah, sepupunya itu sangat suka kucing. Dan akhirnya sivia pun memilih boneka kucing berwarna coklat dan putih. Menurut sivia boneka itu yang paling lucu, dan yang paling penting harganya juga cukup murah. Hehe

“Udah?” tanya alvin saat mereka sudah keluar dari toko boneka itu.

“Udah. Yuk langsung pulang.” Kata sivia. Alvin pun menurut dan mereka pun langsung pulang ke rumah sivia.

* * *

Sivia menyisir rambutnya sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari kamarnya sambil membawa tas dan kado tentunya. Sivia pun pergi ke kamar ray dan melihat adiknya itu masih sibuk menyisir rambutnya.

“Ray cepet! Gue tunggu di bawah.” Kata sivia langsung turun ke lantai bawah dan duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu adiknya itu.

Sivia pun memilih membuka ponselnya hanya sekedar melihat Recent Update BBMnya ataupun membaca Timeline Twitternya. Sivia baru saja akan menulis tweet sebelum ia mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Apa itu papanya yang pulang dari bandung? Karena memang papanya akan pulang hari minggu kemarin tapi sampai sekarang papanya itu belum pulang. Sivia juga menyayangkan papanya tidak bisa datang. Kan jarang-jarang bisa berkumpul dengan keluarga.

Lamunan sivia buyar begitu mendengar bel rumahnya berbunyi. Sivia pun berdiri dan membuka pintu rumahnya.

“Hai.” Sapa alvin yang berdiri di depannya.

“Ngapain kesini?” tanya sivia langsung. Aneh saja melihat alvin, pasalnya baru saja tadi siang ia keluar dengan alvin dan kini cowok itu sudah kesini lagi. Padahal bukannya tadi sivia sudah bilang kalau ia dan ray akan pergi sore ini?

“Eh lo udah dateng vin.” Sivia dan alvin pun menoleh ke arah ray yang baru turun dari tangga.

“Yaudah yuk berangkat.” Kata ray membuat sivia mengerutkan keningnya.

“Kalian mau kemana?” tanya sivia. Ray yang mendengar pertanyaan kakaknya menjadi ikut bingung.

“Ke rumah tante lah. Mau kemana lagi?” kata ray.

“Alvin?” tanya sivia. Ray yang sekarang mengerti maksud kakaknya pun tersenyum lebar.

“Oh iya gue lupa bilang. Tadi mama nyuruh gue ngajak alvin kesana.” Kata ray menjelaskan.

“Yaudah yuk berangkat. Mama udah sms nyuruh cepet kesana.” Kata ray akhirnya keluar bersama alvin. Sedangkan sivia masih diam,, tidak menyangka mamanya mengajak alvin ke acara keluarga!

“Vi buruan!” teriak ray yang sudah akan masuk ke mobil alvin. Ah ya, sivia baru sadar alvin membawa mobil. Sivia pun keluar dan melihat mobil sport berwarna putih terparkir di depan rumahnya.

‘Jadi itu mobil alvin?’ Sivia membatin.

Sivia pun mengunci rumahnya lalu berjalan ke mobil alvin. Disana alvin sudah berdiri sambil membukakan pintu untuk sivia. Sivia pun masuk dengan gugup. Sedangkan ray sudah duduk manis di kursi belakang. Tidak lama kemudian alvin pun menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sivia dan ray.

* * *

Sivia duduk di salah satu bangku sambil memegang segelas minuman dengan wajah suram. Kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tentu teman-teman Rena, sepupunya yang berulang tahun ke 10 sudah pulang. Dan kini tinggallah keluarga besarnya yang sedang berpesta di taman belakang rumah tantenya. Yah, sivia baru sadar kalau hari ini adalah malam tahun baru. Makanya tantenya itu merayakan ulang tahun Rena tepat hari ini sekalian merayakan tahun baru bersama keluarga. Awalnya sivia juga heran kenapa keluarga besarnya rela berkumpul demi merayakan ulang tahun anak SD.

Ah, bukan itu yang membuat wajah sivia berkerut-kerut. Sivia melirik lagi ke arah kanannya, dimana tante-tantenya sedang membakar-bakar jagung dan ikan. Di sana juga ada seorang cowok yang juga sok ikut membantu membakar jagung. Yah, siapa lagi kalau bukan alvin.

“Wah, beruntung banget kamu dapet menantu alvin.”

“Iya nih. Udah ganteng, baik, sopan, suka bantuin orang tua juga.”

Sivia rasanya ingin muntah mendengar tante-tantenya yang sedang mengobrol dengan mamanya dan alvin. Sivia tidak habis pikir, bisa-bisanya mamanya itu memperkenalkan alvin sebagai pacarnya! Sedangkan alvin sendiri bukannya protes malah sok cari muka di depan keluarganya.

“Kenapa muka lo suram amat?” Sivia mengalihkan pandangannya ke sampingnya dimana ray sudah duduk manis disana.

“Mama tuh. Masa bilang alvin pacar gue! Bikin malu aja.” Kata sivia.

“Malu? gila! Harusnya lo bangga dong. Apalagi kalau sampai itu jadi kenyataan. Hahaha!” ray malah tertawa mendengar kata-kata sivia, membuat sivia semakin kesal.

“Sama aja lo! Ngeselin!” kata sivia memilih meminum minumannya sampai habis.

“Eh, itu papa!” kata ray tiba-tiba, membuat sivia langsung menoleh ke arah yang di tunjjuk oleh adiknya itu. Dan benar saja, ia melihat alvin kini sedang bersalaman dengan papanya! Papanya terlihat masih memakai pakaian kerjanya. Sepertinya papanya itu langsung kesini setelah perjalanan dari bandung.

“Ya ampun. Jangan sampe mama bialng ke papa kalau alvin cowok gue!” kata sivia karena dari jarak ia dan ray duduk cukup jauh dari papanya sehingga mereka tidak bisa mendengarkan obrolan mama papanya dan alvin.

“Kenapa sih lo gak suka sama alvin?” tanya ray kepada kakaknya.

“Kenapa gue harus suka?” sivia malah balik bertanya.

“Vi, gue aja yang cowok ngakuin kalau alvin tuh ganteng. Masa iya lo tertarik?”

“Masa iya gue pacaran sama cowok gara-gara cowok itu ganteng?” lagi-lagi sivia membalikkan pertanyaan dari adiknya.

“Bukan cuma ganteng kali vi. Alvin tuh tajir, baik juga kan sama lo. Terus apa sih sebenernya yang bikin lo benci sama dia?”

“Gue gak benci.” kata sivia.

“Jadi, suka?” tanya ray, membuat sivia jadi salah tingkah.

“Ngapain sih tanya-tanya gitu!” kata sivia berdiri ingin masuk ke dalam rumah untuk mengambil minuman lagi. Tapi ray buru-buru menahan tangannya.

“Mau kemana lo? Yuk nyamperin papa.” Kata ray sambil menarik tangan sivia menghampiri mama, papa dan alvin.

“Papa!” sapa ray langsung memeluk papanya.

“Pa…” kini sivia yang langsung memeluk papanya setelah ray melepaskan pelukannya.

“Darimana aja kalian? Kok papa baru liat?” tanya papa mereka.

“Ray nemenin kak via duduk disana pa.” kata ray. Seperti biasa, ray akan memanggil sivia dengan sebutan ‘kakak’ hanya jika ada papa mereka.

“Kamu ini gimana sih via, malah duduk-duduk sama ray. Kenapa alvin gak diajak ngobrol?” kata papa mereka.

“Katanya malu pa.” sivia langsung memelototi adiknya yang menjawab dengan sembarangan.

“Tumben kamu pake malu-malu. Udah sana ajak alvin ngobrol. Alvin, kamu ngobrol sama sivia gih.”

“Iya Om,” kata alvin tersenyum sopan ke papa sivia.

“Yuk vi.” Kata alvin lagi sambil menggandeng tangan sivia ke arah kolam renang tempat yang cukup jauh dari tempat tante-tante sivia sedang membakar-bakar jagung dan ikan.

“Disini aja.” Kata sivia memilih duduk di tepi kolam renang di banding duduk di bangku. Alvin pun mengikuti sivia duduk di tepi kolam renang lalu memasukkan kaki mereka ke air.

“Sorry.” Kata sivia tiba-tiba.

“Buat?” tanya alvin sama sekali tidak mengerti sekaligus heran. Tumben sivia meminta maaf.

“Mama gue seenaknya ngenalin lo sebagai cowok gue. Pasti bikin lo gak nyaman. Abisnya lo juga sih ngapain ikut kesini.” Kata sivia. Alvin tersenyum mendengar kata-kata sivia. Walaupun sedang minta maaf, tetap saja cewek itu menyalahkannya. Sikap sivia yang seperti ini benar-benar lucu bagi alvin.

“Maaf kenapa? Gue seneng malah.” Kata alvin.

“Ish.” Sivia jadi sebal, sivia sudah bicara serius malah alvin ajak bercanda.

“Serius vi, gue seneng keluarga lo bisa nerima gue.” Kata alvin lagi.

“Vin, udah deh. Lo gak capek apa gangguin gue mulu? Harusnya lo gak terlalu jauh ngisengin gue.” Kata sivia membuat alvin menoleh ke arahnya. Alvin pun dapat melihat sivia yang sedang memainkan kakinya di kolam dengan rambut yang tertiup angin malam. Satu kata yang terlintas dalam pikiran alvin untuk menggambarkan pemandangan didepannya, Cantik.

“Vi.” Alvin memberi jeda, menimbang ini waktu yang tepat atau tidak. Mengingat ia sendiri sudah yakin akan perasaannya, mungkin ia ungkapkan sekarang tidak masalah.

“Gue suka sama lo.” Kata alvin lagi. Sedangkan sivia, ia cukup kaget dengan pernyataan alvin. Tapi ia buru-buru menenangkan detak jantungnya, berusaha meyakinkan diri bahwa itu hanyalah keisengan alvin seperti biasa.

“Gue suka Edward Cullen.” Balas sivia.

“Via, gue serius. Gue suka sama lo.” Alvin meraih tangan sivia, membuat sivia terpaksa balas menatap alvin. Sivia memang melihat keseriusan di mata alvin, tapi entah kenapa ia merasa tidak yakin. Jujur, alvin memang sangat tampan. Apalagi sivia lebih tua daripada alvin membuat sivia tidak yakin. Ia teringat perkataan ray, di SMA Cendrawasih pun banyak yang suka dengan alvin. Mengingat bagaimana bentuk cewek-cewek SMA Cendrawasih yang cantik-cantik dan –tentu- kaya, bagaimana mungkin alvin bisa naksir dengan dirinya! Itulah yang sivia pikirkan.

“Terus?” kata sivia, bingung mau berkata apalagi. Lidahnya saja terasa keluh melihat wajah serius alvin yang sangat . . . tampan.

“Gue mau lo jadi cewek gue.” Sivia tersentak mendengar kata-kata alvin. Ia sungguh bingung. Apakah ia harus percaya? Tapi kalaupun alvin serius. Apakah ia akan menerimanya? Jujur sivia juga bingung dengan perasaannya. Diawal memang sivia merasa kesal dengan kehadiran alvin yang terus mengganggunya. Tapi sekarang, ia merasa sering berdebar karena alvin. Bahkan sekedar duduk dengan cowok itu saja sudah membuat sivia berdebar. Apa mungkin ia juga menyukai alvin? Tapi, kalau nanti ia menerima alvin jadi pacarnya dan ternyata alvin cuma menggodanya kan tidak lucu!!!

Sedangkan alvin senantiasa menunggu sivia yang terlihat masih berkelit dengan segala pemikirannya. Tapi sebenarnya alvin sendiri merasa tegang, bagaimana kalau sivia akan menolaknya? Atau jangan-jangan sivia sedang dekat dengan cowok lain atau lebih parahnya lagi kalau ternyata sivia sebenarnya sudah punya pacar?!! Yatuhan, alvin merasa tidak pintar. Walaupun ray berkata kalau sivia masih jomblo, tapi kalau ternyata sivia sebenarnya sudah punya pacar dan tidak memberitahukannya kepada ray bagaimana? Seharusnya ia bertanya terlebih dulu kepada sivia! Ah, alvin lebih bingung lagi dengan dirinya. Ia merasa tangannya sampai berkeringat karena tegang. Padahal ini bukan pertama kalinya ia menembak cewek, tapi kegugupannya membuat dirinya seperti cowok culun yang baru pertama kali menembak cewek.

Tapi alvin senang juga, ternyata ia benar-benar menyukai sivia. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa benar-benar serius suka sama cewek. Karena dari sekian mantan pacar alvin, dari kapten cheerleaders sekolah, flyer cheerleaders SMA tetangga, ketua ekstrakurikuler tari jepang, dan berbagai macam cewek cantik lainnya, alvin tidak pernah serius. Sekedar nembak, kalau diterima ya untung, kalau enggak ya yaudah. Lagian alvin juga menembak mereka cuma ingin cari sensasi. Selain itu, alvin juga sengaja mencari cewek yang cantik dan cukup famous juga karena ingin merasakan tantangan. Dan untungnya, dari sekian cewek yang ia tembak, semuanya menerima alvin langsung tanpa pikir panjang! Itulah yang membuat alvin merasa kurang seru. Dan saat bertemu sivia yang dengan juteknya mengabaikan alvin, alvin merasa bersemangat. Ia suka tantangan dan itulah yang membuat alvin terus mengejar sivia. Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata ke-judes-an, ke-jutek-an, ke-cuek-an, dan segala yang ada pada diri sivia membuat alvin benar-benar menyukai gadis itu.

“Gimana vi?” tanya alvin lagi. Jantung alvin semakin berdebar saat sivia membuka bibirnya, sudah akan menjawab. Alvin benar-benar tegang menanti jawaban sivia.

If You Earn Me [6]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others



Hari minggu adalah hari untuk bersantai. Sebenarnya alvin juga ingin bersantai hari minggu ini. Bahkan ia ingin menghabiskan waktu dengan tidur. Tapi entah kenapa pagi-pagi buta alvin sudah bangun. Ia merasa sangat bersemangat hari ini dan membuat ia langsung mandi dan sarapan. Alvin sendiri bingung kenapa ia bisa se-bersemangat ini. Apa mungkin karena kemarin malam? Yah sepanjang malam alvin kepikiran sivia yang sudah mulai ramah dengannya. Terbukti dengan ucapan terimakasih dan lambaian tangan. Dan hanya dengan hal sekecil itu membuat alvin sangat bersemangat seperti hari ini. Yah alvin akui, sepertinya ia benar-benar suka dengan cewek judes itu.

Setelah sarapan alvin kembali masuk ke kamarnya. Ia mengambil smartphone yang tergeletak diatas kasurnya. Dan tanpa pikir panjang alvin pun mengetikkan pesan untuk sivia.

To: Iyem
Pagi iyem

Alvin tersenyum melihat pesan itu telah terkirim. Biasanya memang sivia tidak pernah membalas smsnya sama sekali. Tapi entah kenapa, lagi-lagi hari ini alvin merasa sangat bersemangat. Dan ia berpikir mungkin saja kali ini sivia akan membalas pesannya.

1 menit.
3 menit.
10 menit.

Yah sepuluh menit berlalu dan tidak ada balasan dari sivia. Alvin jadi mulai berpikir mungkin ia yang sedikit berlebihan dengan sikap ramah sivia kemarin. Buktinya sekarang sivia lagi-lagi tidak membalas pesannya. Alvin pun memilih membuka aplikasi messenger dan mencari contact Ray lalu mengiriminya pesan.

Alvin Jonathan: Ray, sivia lagi ngapain?

Dan berbeda dengan sivia, tidak menunggu lama ray langsung membalas chat alvin itu. Alvin membaca chat ray dengan mata yang ia lebarkan.

Ray Prasetya: Lagi bobo cantik sambil meluk boneka dari someone nih hahaha ;;)

Dan dibawah chat itu ray mengirimkan sebuah foto dimana sivia sedang tidur sambil memeluk boneka yang alvin ingat sebagai boneka darinya kemarin malam. Pantas saja sivia tidak membalas pesannya, orang sivia masih tidur. Alvin tersenyum melihat sivia yang tidur dengan wajah polosnya dan rambut yang berantakan.

Alvin tersentak saat tiba-tiba ada pesan masuk. Alvin buru-buru keluar dari aplikasi messenger dan membuka pesan karena mungkin saja sivia yang membalas pesannya. Tapi begitu ia membuka pesan, ternyata dugaannya salah. Itu hanyalah pesan dari fansnya, seperti biasa. Yah, alvin tidak pernah menerima contact yang ia tidak kenal kedalam contact messengernya. Jadi fans-fansnya hanya bisa mengirim pesan dan selalu alvin abaikan. Dan sekarang, giliran ia ingin sivia ada di contact messengernya tapi bahkan pesan pun tidak pernah sivia balas. Apalagi mau menerima alvin di contact messengernya. Mungkin ini yang namanya karma.
Dan lagi-lagi ada pesan masuk. Kali ini alvin sudah malas membukanya. Pasti lagi-lagi dari fans nya. Alvin pun memilih menaruh smartphone putihnya itu diatas meja dan bermain Playstation.

* * *
Seperti biasa, bangun tidur sivia langsung mengecek ponselnya. Dan ternyata ada beberapa sms dan chat. Ada juga notifikasi dari aplikasi social media. Pertama-tama sivia membuka aplikasi twitter, social media yang sedang hits saat ini. Setelah membalasi mention dari teman-temannya ia pun menulis tweet.

azizahsivia: jwu! Happy sunday ^^

setelah itu sivia pun membuka aplikasi messenger yang ternyata hanya ada broadcast. Dan terakhir sivia pun membuka pesan. Ada beberapa pesan dari temannya dan satu pesan dari . . . alvin.

From: cowok gak jelas
Pagi iyem

Huh. Sivia mengerucutkan bibirnya membaca pesan dari alvin. Padahal cowok itu sudah tau nama aslinya tapi kenapa masih saja memanggil sivia dengan nama iyem. Sivia diam sebentar. Biasanya ia tidak pernah membalas pesan dari alvin. Dan entah kenapa saat ini tangannya sudah gatal ingin membalas pesan alvin.
Balas. Enggak. Balas. Enggak. Balas. Enggak.
Gak usah dibales lah. Nanti dia malah sms terus. Ah bales sekali gak apa-apa lah. Yah sivia bingung dan akhirnya ia pun membalas juga.

To: cowok gak jelas
Yam yem yam yem! Lo kira gue bayem!

1 menit.

3 menit.

10 menit.
Sivia mulai menyesal membalas pesan dari alvin. Nyatanya cowok itu yang malah tidak membalas pesannya lagi! Sivia pun merutuki dirinya sendiri dan akhirnya memilih bangun dan mandi daripada memikirkan balasan pesan dari alvin.

* * *

Alvin melirik jam dinding, sudah pukul 10. Berarti sudah hampir dua jam ia bermain playstation. Ia pun memilih menghentikan game dan mematikan playstationnya. Alvin melirik ponselnya yang ia letakkan diatas kasur. Alvin pun mengambil ponselnya dan duduk diatas kasurnya. Dengan malas alvin membuka pesan. Sebelum ia tinggal bermain playstation tadi hanya ada satu pesan tapi sekarang sudah ada delapan pesan!

Alvin membuka pesan-pesan itu dari atas dengan malas. Hingga pesan paling bawah yang tentu saja pesan yang pertama ia tinggal bermain playstation tadi membuat alvin sungguh menyesal tidak membukanya dulu malah memilih bermain playstation. Bagaimana tidak menyesal, ternyata pesan itu dari sivia!

From: Iyem
Yam yem yam yem! Lo kira gue bayem!

Alvin tersenyum membaca pesan dari sivia itu. Yah itu adalah pesan pertama dari sivia! Dan itu membuat alvin kembali bersemangat. Alvin pun buru-buru membalas pesan sivia.

To: Iyem
Siapa yang bilang bayem? Gue kan manggil iyem

Dan alvin menunggu balasan dengan tidak tenang. Pesan dari sivia tadi kira-kira dua jam lalu. Alvin takut sivia tidak akan membalas pesannya lagi karena ia terlalu lama membalasnya. Tapi sepuluh menit kemudian ada pesan masuk dan membuat alvin tersenyum lega.

From: Iyem
Ish lo kan udah tau nama gue kenapa masih manggil iyem ajasih!

Lagi-lagi alvin tersenyum membaca balasan sivia. Bisa-bisanya cewek itu marah. Padahal ia sendiri yang memperkenalkan namanya iyem kepada alvin dulu.

To: Iyem
Trus mau dipanggil apa?

Tidak lama sudah ada balasan dari sivia.

From: Iyem
Ya nama gue lah!

Tiba-tiba terlintas ide jail di pikiran alvin. Alvin pun membalas sms sivia sambil tersenyum.

To: Iyem

Oke sivia sayang.

* * *

From: cowok gak jelas
Oke sivia sayang.

Sivia mengerutkan kening membaca balasan pesan dari alvin. Memang sih alvin sudah tidak memanggilnya dengan nama iyem, alvin juga sudah memanggilnya dengan nama aslinya, tapi gak usah ditambahin ‘sayang’ juga kali!

To: cowok gak jelas
Gak pake sayang juga!

Tidak lama sudah ada balasan dari alvin.

From: cowokaneh
Gak ada protes sivia sayang.

Dan begitulah seterusnya. Sivia terus sms-an dengan alvin. Hingga sivia melihat jam ponselnya dan itu membuat sivia melongo tidak percaya. Bagaimana mungkin ponselnya itu menunjukkan pukul 15.54 WIB. Pasti smartphonenya ini mulai rusak. Sivia pun memutuskan melihat jam menempel di dinding kamarnya saja. Ya tuhan, jam itu juga menunjukkan angka yang sama dengan ponselnya! Yaampun yang benar saja! Itu artinya ia sudah sms-an dengan alvin hampir enam jam tanpa melakukan aktivitas lain!
Pantas saja perutnya terasa sangat lapar. Sivia pun bergegas keluar dari kamarnya dan menuju dapur. Disana ada mamanya yang sedang menghias kue dengan cream. Sivia mengambil makan lalu duduk di meja makan dimana mamanya sedang menghias kue.

“tumben buat kue ma?” kata sivia sambil makan, kebiasaan buruknya. Dan benar, tumben sekali mamanya membuat kue. Sejak mamanya itu ikut bekerja, mamanya sangat jarang membuat kue. Berbeda dengan dulu saat sivia dan ray masih di Sekolah Dasar mamanya itu sangat sering membuatkan mereka kue karena memang saat itu mamanya masih menjadi ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Sivia jadi tersenyum. 
Mungkin mulai sekarang mamanya akan jadi sering membuatkan kue untuknya dan ray lagi. Mengingat Sherly kini sudah keluar dari pekerjaannya karena ingin lebih sering menjaga dan menghabiskan waktunya dengan kedua anaknya yang beberapa tahun ini ia biarkan tinggal berdua di Ibu Kota. Habisnya kedua anaknya itu benar-benar keras kepala tidak ingin pindah dari rumah mereka. Daripada tinggal diluar kota dan meninggalkan kedua anaknya hanya dengan pengawasan dari tante dan paman mereka, akhirnya Sherly memutuskan keluar dari pekerjaannya dan menjaga putra-putrinya saja.

“iya nih. Tiba-tiba mama pingin bikin kue. Kamu suruh alvin kesini ya sayang. Mama mau alvin nyicipin kue buatan mama.” Kata mama sivia terlihat bersemangat. Sivia benar-benar tidak habis pikir apa yang sebenarnya sudah alvin lakukan kepada mamanya sampai mamanya itu seolah sudah menganggap alvin sebagai anaknya sendiri. Sampai dibuatkan kue segala!

“males. Biar via yang habisin kuenya.” Balas sivia. Dan kebetulan ray datang dan duduk di samping sivia sambil melihat mamanya menghias kue.

“wah kayaknya enak ma.” Kata ray sambil mencolek cream lalu memakannya.

“kebetulan kamu disini ray. Suruh alvin buat kesini dong buat nyicipin kue buatan mama.” Kata mama mereka.

“oke ma.” Kata ray langsung mengeluarkan ponselnya untuk mengirim chat ke alvin agar datang ke rumahnya.

“kan via udah bilang biar via yang habisini kuenya. Jadi gak usah ngundang alvin kesini segala ma.” Protes sivia yang sudah menghabiskan makanannya. Sivia pun mengambil minum dan meminumnya.

“gak boleh. Ini kue khusus buat menantu mama.” Kata mama membuat sivia yang mendengarnya sebal.

“jadi mama lebih setuju ray kawin sama alvin daripada sama acha? Yaampun…” kata sivia dengan wajah sok prihatin.

“hus! Kamu jangan ngawur. Tentu aja kamu yang mama kawinin sama alvin!” kata mama mereka sambil menggetok kepala sivia. Sedangkan ray yang melihatnya malah tertawa puas, salah sendiri kakaknya itu berkata tidak-tidak.

“ish gak bakal!” kata sivia ke mamanya lalu kembali naik ke lantai dua dimana kamarnya berada.
Sivia kembali tiduran di kasur. Sivia mengambil ponselnya lagi dan melihat ada 3 pesan masuk.

From: cowok gak jelas
Hahaha besok jalan-jalan yuk?

From: cowok gak jelas
Sivia sayang?

From: cowok gak jelas
Knp gak bales?

Hm, jalan-jalan? seharusnya sivia langsung menolak kan? tapi entah kenapa jujur sivia malah ingin menerima ajakan alvin. Memikirkan itu membuat sivia benar-benar bingung sebenarnya kenapa dengan dirinya. Tidak mungkin kan kalau dirinya mulai menyukai alvin hanya karena kemarin malam! Hanya jalan-jalan ke pasar malam. Hal yang simple. Bukan hal yang special yang membuat sivia langsung bisa menerima alvin dekat dengannya.

Karena bingung akhirnya sivia memilih untuk tidak membalas pesan alvin. Sivia memilih mengambil novel yang ia baca kemarin malam yang baru ia baca setengah karena keburu disuruh mamanya dandan untuk kencan dengan alvin.

“kenapa gak bales sms gue?” baru saja sivia sampai di konflik cerita, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan terlihatlah alvin yang masuk ke kamarnya.

“kenapa lo disini?!” tanya sivia tidak menjawab pertanyaan alvin.

“kenapa sms gue gak di bales?” Tanya alvin lagi tidak menerima protes dari sivia.

“lo bisa liat kan, gue lagi baca novel!” kata sivia kembali membaca novelnya walaupun ia sama sekali tidak focus apalagi alvin semakin mendekat dan akhirnya duduk di tepi kasur sivia.

“jadi gimana? Mau?” Tanya alvin langsung.

“apanya?” sivia balik bertanya sok tidak tau.

“besok jalan-jalan. Mau gak?” tanya alvin.

“liat besok aja.” Kata sivia sok cuek.

“emang ada acara besok?” tanya alvin.

“enggak sih. Liat mood besok aja.” Kata sivia.

“gak mau tau. Besok gue jemput langsung ke sekolah lo.” Kata alvin seenaknya lalu keluar dari kamar sivia meninggalkan sivia yang masih kesal dengan ucapan alvin yang seakan memerintah.

Setelah keluar dari kamar sivia, alvin kembali ke dapur dimana mama sivia sudah menunggunya. Yah, ia kesini karena ray mengiriminya pesan bahwa sherly menyuruhnya ke rumahnya untuk mencicipi kue buatannya. Dengan senang hati alvin langsung pergi ke rumah sivia. Dan setelah sampai dirumah sivia, alvin langsung izin ke kamar sivia terlebih dahulu.

“ayo alvin, sini cobain kue buatan tante…” kata sherly menyuruh alvin mendekat.

“oke tante.” Kata alvin.
# # #

If You Earn Me [5]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others




Sivia berdiri didepan cermin. Ia baru saja mandi dan sudah siap dengan pakaian rapinya. Hari ini sivia sangat bersemangat. Bagaimana tidak, hari ini ia diajak mamanya berbelanja! Yah, kemarin mama dan papanya sampai di Jakarta. Dan mulai saat ini mama dan papanya akan tinggal di Jakarta lagi! Sivia meletakkan sisir yang baru saja ia gunakan untuk menyisir rambutnya yang sudah mulai panjang. Ia tersenyum puas melihat dirinya lalu dengan semangat ia keluar dari kamarnya yang ada di lantai dua dan turun ke lantai satu. Begitu sampai di lantai bawah, sivia melihat mamanya sedang mengobrol dengan ray di ruang tamu.

“sudah siap sayang?” Tanya mamanya setelah melihat sivia turun. Sivia mengangguk seraya mendekat ke mama dan adiknya.

“mau kemana lo?” Tanya sivia karena adiknya itu juga berpenampilan rapi.

“ikut lo sama mama lah!” kata ray nyengir.

“udah yuk langsung berangkat.” Kata mama mereka membuat sivia dan ray akhirnya mengikuti mamanya masuk ke dalam mobil. Sivia duduk dikursi depan bersama mamanya yang sedang menyetir. Sedangkan ray duduk di kursi belakang sambil bermain hp. Tentu saja sedang asyik chatting dengan pacarnya, acha.

Tidak terasa mereka sudah sampai di salah satu Mall yang berjarak cukup dekat dengan rumah mereka. Sivia juga ray tentu sangat senang bisa jalan-jalan bersama mama mereka. Sudah hampir dua tahun papa dan mama mereka pindah ke luar kota yang membuat mereka jarang bisa jalan-jalan bersama. Walaupun sekarang mereka jalan-jalan tanpa papa mereka yang langsung sibuk. Bahkan pagi-pagi sekali papa mereka sudah berangkat mengurusi pekerjaan walaupun hari ini adalah hari minggu.

“mama udah liat insidious belum?” Tanya sivia sambil menggandeng lengan mamanya dengan manja yang membuat sivia tidak terlihat sebagai anak kuliahan.

“oh insidious part two ya? Belum nih!” kata Sherly, mama mereka yang masih terlihat muda walau kini usianya sudah berkepala empat.

“yaudah kita nonton sekarang yuuuk!” kata sivia semangat.

“ayoo!” kata mama mereka. Mereka pun langsung menuju cinema 21 dan memesan tiket untuk tiga orang. Sedangkan ray yang daritadi berjalan di belakang kakak dan mamanya hanya bisa mengikuti kemanapun mereka berjalan karena daritadi ia juga sibuk chatting dengan acha.

Tidak terasa film sudah selesai. Sivia, ray dan mama mereka pun keluar dari gedung cinema 21. Terlihat wajah sivia yang sedikit pucat setelah melihat film itu membuat mamanya tertawa melihatnya. Mereka pun terus berjalan hingga sivia dan mamanya kompak masuk ke dalam sebuah toko pakaian yang terlihat sangat menarik. Sedangkan ray dengan malas ikut saja karena tidak ada pilihan lain.

Ray menatap bosan mama dan kakak perempuannya yang daritadi bertukar pendapat tentang pakaian. Dan mereka keluar dengan wajah lebih berseri karena sudah membawa beberapa tas yang berisi pakaian-pakaian yang mereka pilih dalam waktu hampir satu jam. Berbeda dengan ray yang terlihat sangat kusut.

“ray mau beli apa?” Tanya mama mereka pengertian begitu melihat wajah ray yang kusut. Tentu Sherly tau kalau ray pasti sangat bosan menunggu dirinya dan sivia berbelanja ala perempuan. Dan akhirnya gentian Sherly dan Sivia yang menemani ray belanja pakaian laki-laki.

“maa ada photobox! Kita foto-foto yuuk!” kata sivia riang. Sedangkan mamanya membalas dengan semangat. Mereka sudah seperti gadis SMA yang membuat ray geleng-geleng.

Mereka pun masuk ke photobox itu dan berfoto dengan narsis. Ray pun ikutan berfoto dengan narsisnya. Mereka keluar dari photobox dengan cekikikan sambil melihat hasil foto. Setelah puas, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke foodcourt untuk makan.

“ray ngapain sih? Daritadi kok main hp sambil senyum-senyum?” Tanya mama mereka yang menyadari kelakuan ray daritadi. Bahkan setelah keluar dari Cinema 21 ray tidak terlalu terpengaruh karena sherly menyadari ray tidak focus menonton film. Putranya itu terlalu sibuk dengan smartphonenya.

“biasa ma, pasti bbm-an sama acha.”sahut sivia sambil memakan sushinya.

“acha?” Tanya mama mereka.

“iya, acha. Pacarnya ray ma.” Balas sivia lagi.

“wah ray udah punya pacar? Kenapa gak pernah cerita ke mama?” kata sherly.

“hehe maaf ma…” kata ray sambil nyengir.

“mama kaget kan ray punya pacar? Apalagi kalau mama ketemu sama pacarnya ray!” kata sivia dengan sushi yang masih ada di mulutnya.

“emangnya kenapa?” Tanya sherly.

“pacarnya ray cuantiiikk banget ma! Via aja juga bingung kenapa tuh cewek mau jadi pacarnya ray!” kata sivia yang langsung mendapat getokan di kepalanya dari ray.

“sialan lo!” kata ray. Sherly yang melihat kedua anaknya pun cekikikan.

“via, gak boleh gitu. Gini-gini ray kan cakep!” kata mama membuat ray tersenyum bangga. Sedangkan sivia hanya mendengus.

“kalau sivia sendiri? Udah punya pacar?” Tanya mama mereka.

Ray sudah akan menjawab sebelum ia tidak sengaja melihat seorang lelaki yang sedang berjalan seakan sedang mencari sesuatu.

“ah alvin!” teriak ray membuat sivia dan mama mereka ikut menoleh kearah pandang ray.

Cowok itu –alvin—langsung menoleh dan tersenyum melihat ray sedang melambaikan tangan. Yah, dia sengaja kesini karena mendapat pesan dari ray bahwa ia dan sivia sedang berjalan-jalan bersama mama mereka. Dan sesuai janji, ray akan membantu alvin PDKT dengan kakaknya itu. dan mungkin memperkenalkan alvin ke mama mereka bisa membantu mereka lebih dekat.

Alvin pun berjalan mendekat ke ray, sivia dan mama mereka.

“nah ini dia pacarnya via ma!” kata ray tersenyum lebar sedangkan sivia langsung tersedak mendengarnya. Alvin sendiri juga tidak tau apa yang sebelumnya sedang mereka obrolkan.

“Selamat siang tante.” Sapa alvin sopan. Sherly pun tersenyum melihat alvin. Sherly begitu kagum melihat alvin. Anak lelaki di depannya ini sangat tampan. Juga sopan.

“Selamat siang. Kamu pacarnya sivia? Ayo gabung sama kita.” kata Sherly lembut.

“apaan sih ma. Ray bohong, dia bukan pacar via!” kata sivia sewot.

“yah, mama udah seneng kamu punya pacar seganteng ini vi.” Kata mama mereka membuat sivia mendengus sebal.

“masih calon pacar, tante.” Kata alvin sambil duduk di kursi yang berada tepat disamping sivia. Wajah Sherly kembali sumringah.

“oh ya, kamu teman kuliahnya sivia?” Tanya Sherly.

“bukan, dia kakak kelas aku ma.” Kata ray menyahut.

“kakak kelas? Kamu masih SMA?” Tanya Sherly ke alvin yang dibalas anggukan oleh alvin.

“iya tante, saya kelas 12.” Kata alvin.

“wah gak nyangka ternyata via suka brondong.” Kata Sherly lalu tertawa.

“siapa juga yang suka brondong! Dia bukan pacar aku maa! Udah jangan di dengerin kata-kata mereka!” kata sivia sebal.

“udah sayang kamu gak usah malu-malu sama mama. Mama setuju kok kamu sama alvin.” Kata sherly membuat alvin tersenyum bangga.

“siapa yang malu-malu. Emang dia bukan siapa-siapa via ma!” kata sivia kesal.

“rumah kamu dimana alvin?” Tanya sherly mengabaikan protes sivia. Dan sherly pun akhirnya terus mengobrol dengan Alvin. Sivia memerhatikan mamanya yang tampaknya sudah kesemsem dengan alvin sampai mengabaikan anaknya sendiri!

- - -

Sivia tengkurap sambil membaca novel yang baru ia beli kemarin. Hari ini hari sabtu dimana kaum jomblo seperti dirinya hanya bisa berdiam diri di rumah.

Tok tok tok

“sayaang…” terdengar suara mama sivia dari luar. Sivia pun terpaksa menutup novelnya yang sebelumnya ia sudah melipat ujung lembar terakhir ia baca sebagai tanda. Ia berdiri dan membuka pintu kamarnya. Sivia berdoa agar mamanya itu ke kamarnya tidak hanya untuk membicarakan alvin. Yah, sudah enam hari setelah hari dimana ia, ray dan mamanya berjalan-jalan dan akhirnya bertemu dengan alvin. Dan entah kenapa mamanya itu seolah sangat mengagumi alvin. Sering sekali mamanya itu berkata ingin sekali suatu saat nanti alvinlah yang akan menjadi suami sivia dan tentu itu membuat sivia sebal. Bagaimana bisa mamanya itu berfikir sejauh itu. bahkan sivia sendiri tidak tahu menahu tentang cowok itu apalagi ia bisa berpacaran dengan cowok menyebalkan seperti alvin.

“yaampun sivia sayaang, kenapa masih pake baju tidurr!” seru mamanya begitu sivia membukakan pintu.

“emangnya kenapa ma?” Tanya sivia bingung. Memang kenapa kalau ia memakai baju tidur?

“yaampun sivia. Kamu lupa kalau hari ini kamu mau kencan sama alvin?” kata Sherly membuat putrinya itu mendelik kaget.

“kencan?” ulang sivia.

“iya. Alvin udah nunggu kamu di bawah. Kata dia, kalian mau kencan. Gimana sih kamu bisa lupa. Yaudah cepet siap-siap sana!” kata sherly memaksa sivia segera bersiap-siap.

Setelah beberapa menit sherly membantu sivia berdandan sedikit, sherly pun membawa sivia turun. Setelah sampai di bawah, ternyata alvin sedang mengobrol dengan ray.

“alvin, sivia udah siap.” Kata sherly merangkul sivia mendekat ke alvin. Alvin yang mendengarnya pun menoleh, begitu juga ray. Dan benar saja sivia sudah rapi dengan dress berwarna tosca se-lutut. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan indahnya.

“mama apaan sih, kan via udah bilang via gak ada kencan sama alvin!” sekali lagi sivia mencoba protes tapi tetap saja mamanya itu mengabaikan sivia.

“yaudah tante, kita pamit dulu ya…” kata alvin menggandeng sivia.

“iya, hati-hati dijalan ya.” Kata sherly tersenyum lebar tanpa memperdulikan wajah sivia yang memelas.

- - -
Alvin mengendarai motornya sambil sesekali melirik sivia dari spion. Terlihat sivia masih mengerucutkan bibirnya dan tidak mau berpegangan ke alvin. Alvin tau sivia pasti masih kesal dengan barusan. Yah, alvin berkata kepada mama sivia bahwa mereka sudah janjian untuk jalan-jalan. Tentu saja itu bohong. Boro-boro janjian jalan-jalan, sivia saja tidak pernah membalas pesannya.

“udah sampe.” Kata alvin membuat sivia sadar dan mengedarkan pandangannya. Alvin baru saja memarkirkan motor sport-nya itu di parkiran pasar malam. Yah, pasar malam!

“ngapain kesini?” Tanya sivia. Bukannya tidak suka, sivia malah terkejut alvin membawanya kesini. Ia kira alvin akan mengajaknya nonton atau makan di restaurant yang membuat sivia sudah bete hanya dengan memikirkannya.

“ya main-main lah. Yuk!” kata alvin menggandeng tangan sivia tanpa permisi. Sivia ingin protes tapi langsung ia urungkan karena takut tersesat mengingat banyak sekali orang disini.

“lo mau boneka itu gak?” Tanya alvin menunjuk sebuah boneka yang dipajang sebagai hadiah sebuah permainan.

“mau sih mau, tapi itu kan hadiah.” Kata sivia.

“yaudah yuk!” kata alvin menarik tangan sivia ke stand permainan itu. ternyata itu adalah stand permainan lempar. Dan yang berhak mendapatkan boneka itu adalah yang mampu memasukkan 20 bola kedalam ring kecil dalam waktu satu menit! Dan tanpa pikir panjang alvin langsung saja membayar untuk dapat memainkan permainan itu. Selama alvin bermain sivia melihatnya dengan serius. Ternyata permainan itu seru juga. Sivia sampai tanpa sadar ikut berteriak memberi semangat alvin dan berteriak kecewa saat bola yang alvin lempar meleset tidak masuk kedalam ring.
Blug.
Yes. Bola ke-20 yang berhasil alvin masukkan. Sivia reflek melompat-lompat saat melihat bola itu masuk.

“nih.” Alvin langsung menyerahkan boneka itu ke sivia yang langsung sivia peluk.

“lucunya!” kata sivia masih memeluk boneka itu. alvin yang melihatnya pun tersenyum.

“lo mau apalagi? Biar gue menangin semua game disini.” Kata alvin sombong membuat sivia mendengus kesal. Sivia melihat sekitar dan akhirnya melihat stand permainan yang sepertinya cukup susah. Pemain harus memasukkan bola kecil kedalam botol yang disusun tiga baris. Masing-masing baris terdiri dari sepuluh botol mineral yang sudah kosong. Baris pertama bernilai 1 poin. Baris kedua bernilai 2 poin dan baris ketiga bernilai 3 poin. Sivia pun menggandeng, ah maksudnya menarik tangan alvin untuk berjalan kearah stand permainan itu.

“gue mau . . .” sivia melihat hadiah-hadiah yang di pajang. Hadiah utamanya adalah boneka beruang besar. Ah sayang sekali ia baru saja mendapatkan boneka lucu yang tengah ia peluk sekarang. Sivia akhirnya melihat kalung dengan liontin berbentuk lumba-lumba. Lucu sekali!

“gue mau kalung itu!” kata sivia menunjuk kalung itu. alvin mengikuti arah tunjuk jari sivia. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk lumba-lumba dengan total 50 poin untuk mendapatkannya.

“oke.” Jawab alvin akhirnya membayar untuk mulai memainkan permainan itu. walaupun sivia ingin kalung itu, tapi sivia berharap alvin tidak mampu mendapatkannya agar cowok itu malu akan kesombongannya.

Hampir sepuluh menit berlalu dan alvin sudah mampu mengumpulkan 39 poin. Dan hanya dalam beberapa menit kemudian alvin sudah mampu mengumpulkan 50 poin. Yah, artinya alvin berhasil mendapatkan kalung itu.

“nih.” Kata alvin menunjukkan kalung yang baru saja diberikan oleh penjaga permainan itu dengan senyum puas.

“ish kok lo bisa sih!” kata sivia tidak menyangka.

“iyalah. Gue kan jagoan.” Kata alvin tertawa. Sedangkan sivia hanya memutarkan bola matanya bosan mendengar kata-kata sombong dari alvin.

“sini gue pakein.” Kata alvin membuka kunci kalung itu.

“apaan sih gak usah.” Kata sivia buru-buru.

“udah diem.” Kata alvin sudah melingkarkan kalung itu di leher sivia. Sivia pun terpaksa menyibakkan rambutnya.

“selesai.” Kata alvin melihat kalung yang kini sudah melingkar indah di leher putih sivia.

“hm. Thanks.” Kata sivia ‘sok’ malas walaupun ia senang memiliki kalung indah itu.

“okee. Lo mau apa lagi?” Tanya alvin. Sivia pun lagi-lagi melihat ke penjual gula kapas. Sebenarnya dari pertama masuk kedalam pasar malam ini sivia sudah ingin sekali membeli makanan itu. Tapi tentu sivia malu dengan alvin. Bisa-bisa alvin mengatainya anak kecil. Padahal sekarang sivia sudah kuliah dan nampaknya kurang pantas jika memakan makanan manis itu.

“lo mau itu?” Tanya alvin mengikuti arah pandang sivia.

“ha? E.enggak kok.” Kata sivia buru-buru mengalihkan pandangannya.

“yuk!” seakan tidak mendengar jawaban sivia, alvin malah menggandeng sivia menuju penjual gula kapas berwarna-warni itu.

“pak, dua.” Kata alvin ke penjual gula kapas.

“ini dek.” Kata penjual itu memberikan dua permen kapas. Alvin pun membayar lalu menggandeng sivia ke salah satu bangku kosong.

“ayo makan.” Alvin memberikan satu permen kapas itu ke sivia. Sivia menatap ragu gula kapas itu hingga melihat alvin sudah memakan gula kapas itu. sivia pun langsung ikut memakan makanan lembut itu.

* * *
“Thanks.” Kata sivia setelah turun dari motor sport alvin. Kini mereka sudah berada tepat didepan rumah sivia.

“buat?” Tanya Alvin.

“semua. Boneka, kalung, permen gula-gula, pokoknya semua.” Kata sivia.

“sama-sama. Gue juga makasih udah mau jalan-jalan sama gue.” Kata alvin tersenyum tipis.

“lo yang maksa.” Protes siva membuat alvin tersenyum.

“iya iya gue yang maksa. Yaudah gue balik dulu.” Kata alvin memakai kembali helmnya.

“oke. Hati-hati.” Kata sivia melambaikan tangannya, ragu. Alvin yang melihatnya tak urung juga tersenyum.

“bye.” Kata alvin lalu mengendarai motornya pergi.

Sedangkan sivia sendiri masih berdiri ditempat. Entah kenapa melihat alvin tersenyum membuat ada yang aneh di hatinya. Jangan-jangan . . .

Sivia langsung menggeleng, menghapus semua prasangka yang melintas di otaknya. Sivia pun buru-buru masuk kedalam rumahnya.

If You Earn Me [4]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others



Sivia mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia baru saja mandi untuk menghilangkan kekesalannya sepanjang hari ini. Ia berharap hari ini adalah hari terakhir ia bertemu cowok aneh itu. Sivia benar-benar tidak mau berurusan dengan bocah iseng seperti Alvin. Masih banyak hal yang lebih baik dilakukannya daripada menjadi kejailan anak SMA!

Baru saja ia membatin, ponselnya langsung berbunyi. Sivia mengerutkan keningnya membaca pesan masuk. Ah cowok aneh itu lagi.

From: 0812345*****
Yem!

“yam yem yam yem! Dia kira gue bayem!” sivia geli sendiri sih mengingat nama yang ia sebutkan itu. Nama itulah yang tiba-tiba muncul dipikirannya dan membuat sivia langsung mengucapkan nama itu.

Ah kalau cowok itu tau nomornya pasti ia akan terus mengganggunya! Huh kenapa cowok itu bisa tau nomornya sih! Jangan-jangan . . .

Sivia langsung keluar dari kamarnya dan masuk kekamar yang ada diseberang kamarnya. Tidak seperti biasa, adiknya sedang belajar! Kalau biasanya sih jam segini adiknya itu sedang menelpon pacarnya yang imut. Yah, ray pernah mengajak pacarnya kerumah. Kalau tidak salah namanya acha. Acha anaknya cantik, kulitnya putih, rambutnya di-curly, pokoknya imut banget deh. Dari penampilannya juga pasti dia anak orang kaya. Iyalah, kebanyakan anak SMA Cendrawasih anak orang kaya. Si ray aja tuh yang sok-sok-an mau sekolah disana. Sivia sih dulu sebenarnya juga ingin sekolah disitu, tetapi sivia sadar orangtuanya tidak terlalu banyak uang untuk menyekolahkannya disitu. Dan ray lebih beruntung. Saat ia lulus SMP ia diperbolehkan masuk ke SMA Cendrawasih karena keuangan orangtua mereka lebih baik. Sivia tidak iri juga sih, toh orangtuanya juga membelikannya mobil.

“ngapain lo?” Ray menoleh ke kakaknya yang sudah duduk dikasurnya.

“lo tuh yang ngapain. Tumben belajar. Biasanya telponan mulu.” Kata sivia.

“besok gue ada ulangan matematika. Lo tau kan gimana gue di pelajaran itu!” ya ray dari dulu memang sangat susah menyerap pelajaran matematika. Berbeda dengan sivia yang malah suka banget dengan pelajaran itu. Bahkan dari Sekolah Dasar sivia selalu mendapat nilai terbaik untuk pelajaran matematika!

“eh lo yang ngasih nomor gue ke Alvin ya?”

Ray langsung menoleh ke kakaknya setelah mendengar pertanyaan sivia.

“nah itu yang mau gue tanyain ke elo dari beberapa hari lalu. Tapi sayangnya gue lupa mulu. Lo kok bisa kenal sama Alvin? Sampai kemarin Alvin minta nomor lo ke gue.” Ray menutup bukunya dan memilih mengobrol dengan kakaknya.

“bego banget sih! Kenapa lo kasih nomor gue ke dia! Gue gak kenal sama dia!”

“kalau gak kenal kok lo tau nama dia Alvin? Oh ya, masa dia manggil lo iyem?” ray kembali tertawa mengingat Alvin yang memanggil sivia dengan nama iyem yang jelas-jelas tidak ada unsur ‘iyem’ di dalam nama kakaknya.

“udahlah gak usah banyak Tanya! Trus gimana ini gara-gara elo, dia jadi tau nomor gue!” sivia cemberut kesal. Ia tidak mau sampai mengganti nomornya gara-gara cowok aneh itu.

“tapi asik juga kalau lo pacaran sama Alvin. Kayaknya dia tuh tajir banget vi. sampe ada yang bilang kalau dia yang punya sekolah. Abisnya dia tuh seenaknya banget disekolah. Udah pake anting, sering tawuran, sering bolos sekolah juga gak ada yang marahin.”

“trus apanya yang asik!! Lagian siapa juga yang mau pacaran sama dia! Gue aja gak kenal sama dia!”

“ya keren lah! Gak ada yang berani sama dia. Tapi gitu-gitu malah banyak banget cewek yang naksir dia. Kata mereka Alvin keren banget. Padahal jelas-jelas lebih keren gue!” sivia langsung memukulkan buku yang ada disampingnya ke kepala adiknya itu. sivia jadi ngeri mendengar cerita tentang Alvin. Sepertinya cowok itu memang berbahaya.

“keren dari hongkong! gue aja bingung kenapa acha mau sama lo.” Sivia geleng-geleng lalu bangun dan langsung keluar dari kamar adiknya sebelum adiknya balas melemparkan buku itu kekepalanya!

Sivia kembali masuk kekamarnya dan tiduran dikasur. Sivia mengambil ponselnya dan ternyata ada beberapa pesan masuk.

From: 0812345****
Kok gak di bls?

From: 0812345****
Iyem!

From: 0812345****
Yem yem

From: 0812345****
Iyeeemmmmm

From: 0812345****
Iyemiyemiyem!

‘oh my god.’ Sivia geleng-geleng melihat pesan masuk. Ah rupanya ia harus merelakan nomornya yang cantik ini untuk diganti dengan nomor lain...

* * *

Sivia memasukkan kartu perdana kedalam tasnya. Yah, ia baru saja keluar dari counter handphone yang berada tidak jauh dari kampusnya. Sivia membutuhkan waktu hamper setengah jam untuk memilih nomor yang cantik walaupun pada akhirnya nomor yang ia pilih tidak secantik nomornya yang sekarang. Ah sial. Gara-gara cowok aneh itu sivia jadi harus mengganti nomor ponselnya.

‘oh god....’ sivia langsung lesu saat motor sport yang sama seperti biasanya berhenti didepannya.

“iyem!”

Alvin.

Sivia langsung menoleh kanan kiri berharap ada angkutan umum yang akan menyelamatkannya. Sivia berjalan cepat meninggalkan cowok itu. Ia tidak mau sampai diculik lagi!

“wah kayaknya kita emang jodoh ya! Ketemu tiap hari!” Alvin melajukan motornya tepat disamping sivia.

‘ayoo dong angkutan umum cepet lewatt!’ sivia terus menoleh kanan kiri tidak memperdulikan ocehan Alvin.

“kita jalan lagi yuk?” kata Alvin. Jalan? Lagi? Hah apa dia tidak ingat kalau dia yang memaksa sivia kemarin! Dia kira sivia mau jalan sama dia apa! Sivia terus memaki Alvin dalam hati dan terus berjalan tapi tentu saja Alvin terus mengikutinya.

“di sekitar sini ada tempat makan baru loh. Katanya disana sushinya enak banget. Gue mau kesana, lo mau ikut?” sivia menelan ludah. Apa yang dimaksud Alvin tempat makan yang baru buka di sebelah taman? Beberapa hari lalu sivia kesana dan memang sushi-nya sangat enak!

“gimana? Mau ikut?” Tanya Alvin lagi. Sial. Sivia bingung! Mengingat kemarin Alvin membelikan makanan banyak untuknya pasti kalau sivia ikut, Alvin akan membelikannya banyak sushi juga. tapi tentu saja sivia gengsi kalau harus ikut! Tapi . . . demi sushi.

“em, oke.” Kata sivia masih sok judes.

“yaudah yuk naik!” Alvin tersenyum puas. Sepertinya ia sudah mengetahui kelemahan cewek judes didepannya ini!

* * *

Alvin masih memperhatikan gadis didepannya yang sedang makan dengan lahapnya. Alvin tidak menyangka ia bisa menemukan cewek ajaib seperti sivia. Sivia sungguh berbeda dari cewek kebanyakan. Sivia tidak sok kecantikan, tidak centil, dan tidak jaim. Seperti sekarang ini, sivia makan dengan rakusnya tanpa memperdulikan lainnya. Kebanyakan cewek pasti makan dengan feminimnya apalagi didepan cowok. Sedangkan sivia sendiri penampilannya juga simple, tapi entah kenapa Alvin merasa penampilan sivia sangat menarik. Apalagi sivia yang judes dan galak ini malah membangkitkan adrenalin Alvin. Yah memang kebanyakan cowok merasa tertantang dengan ‘penolakan’.

“mau tambah?” Tanya Alvin tersenyum melihat sivia mengangguk. Alvin pun memanggil pelayan dan memesankan satu porsi lagi untuk sivia.

“thankyouuu!” kata sivia lalu kembali memakan satu porsi yang baru datang lagi. Alvin hanya tersenyum.

“hari minggu ada acara?” Tanya Alvin.

“gak sih. Kenapa?” kata sivia sambil minum. Dalam beberapa menit ia sudah menghabiskan porsi tambahannya tadi.

“jalan-jalan yuk?” kata Alvin. Sedangkan sivia diam sambil melihati Alvin. Sebenarnya ia mulai suka jalan dengan Alvin, tentu karena ia bisa makan banyak seperti sekarang. Tapi bukannya ia sudah tidak mau berurusan sama cowok aneh ini? Ah kalau ia ikut jalan-jalan dengan Alvin, bukannya malah membuat mereka semakin dekat? Trus buat apa dia ganti nomor kalau ia malah dekat dengan Alvin!

“males.” Kata sivia.

“kenapa?” Alvin menaikkan sebelah alisnya. Ia kira setelah sogokan makanan ini sivia akan mau diajak jalan-jalan.

“sebenernya gue males berurusan sama lo lagi. Tapi hari ini gue khilaf gara-gara sushi ini. Jadi setelah ini jangan gangguin gue lagi. Lagian kita juga gak saling kenal.” Kata sivia.

“kenapa gak mau berurusan sama gue lagi? Kita saling kenal. Gue Alvin dan lo iyem.” Balas Alvin.

“lo itu ngeganggu banget. Sok kenal. Sok deket. Gue tau lo tuh masih labil. Sok mau jadi player, godain cewek-cewek. Tapi asal lo tau, gue gak tertarik sama lo. Jadi sebaiknya lo cari target lain. Kata ray kan banyak cewek di sekolah yang naksir sama lo.” Sivia terus berbicara tanpa henti. Sedangkan Alvin malah tersenyum, ia baru tau ternyata cewek didepannya ini cerewet juga.

“kalau gue naksirnya sama elo gimana?” kata Alvin.

“ya gak gimana-gimana. Tetep aja gue gak mau berurusan sama lo lagi. Yaudah ya, gue pulang dulu. Thanks sushi-nya!” sivia mengambil tasnya lalu beranjak pergi. Dan lagi-lagi Alvin malah tersenyum lebar melihat sivia yang berjalan semakin jauh. Benar-benar menarik.

* * *

Ray terus melirik acha yang sedang duduk didepannya. Seperti biasa ray akan menjemput acha dikelasnya untuk makan bersama saat istirahat karena mereka tidak satu kelas. Tapi dari tadi acha terus mengabaikannya. Ray curiga karena daritadi acha melihat smartphone-nya sambil senyum-senyum.

“aduh aku ke kamar mandi dulu ya ray..” tiba-tiba acha berdiri dan pergi bahkan sebelum ray berkata apa-apa. Mungkin sudah terlalu kebelet. Ray melirik smartphone acha yang ternyata di tinggal di meja. Tidak banyak berpikir ray pun langsung mengambil ponsel acha dan ternyata acha sedang membuka aplikasi messenger. Ray mengerutkan kening melihat chat ter-atas. Yaampun acha chatting dengan cakka! Ray membuka percakapan acha dan cakka. Seperti biasa, cakka si playboy terus menggoda acha dengan gombalannya!

Ah pantas saja dari kemarin acha sering mengabaikan pesannya. Bahkan kalau di balas pun butuh waktu hamper satu jam baru acha membalas pesan ray. Sial! Kenapa acha bisa chatting dengan cakka sih! Tentu saja ini akan mengancam keselamatan hubungannya dengan acha!

Ray segera mengembalikan ponsel acha ke tempat semula diatas meja saat melihat acha sudah kembali. Dan setelah duduk, acha langsung saja mengambil ponselnya dan meneruskan chat-nya dengan cakka. Ray pun hanya bisa cemberut.

Sedangkan di pinggir lapangan futsal, Alvin CS sedang berkumpul. Tapi kali ini tanpa sion. Dari kemarin sion di skors karena telah memukuli adik kelas, seperti biasa.

“gimana?” Alvin bertanya ke cakka.

“rencana berjalan mulus bos.” Cakka menjawab setelah mengetikkan sesuatu di ponselnya.

“bagus. Kita tunggu mangsa dateng.” Alvin menyeringai puas.

“sip boss!” balas cakka kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya.

* * *

“mangsa mendekat bos.” Rio menggumam. Seperti biasa, Alvin CS sedang nongkrong di pos satpam sepulang sekolah. Alvin yang mendengar pun tersenyum tidak sabar. Sedangkan cakka yang mendengar juga ikut tersenyum, masih sambil mengetikkan ponselnya.

“apa maksud lo chat sama acha?” cakka mendongak menatap ray yang sudah berdiri didepannya. Cakka menahan tawa melihat wajah ray yang garang.

“eits santai bro. Ada apa?” cakka tersenyum mengejek membuat ray semakin kesal.

“lo tau kan acha cewek gue. Ngapain lo chat sama dia!” suara ray meninggi membuat Alvin tersenyum puas. cakka memang bisa diandalkan kalau masalah begini.

“acha? Oh dia cewek lo? Sorry deh orang dia yang chat gue duluan.” Cakka masih menyunggingkan senyum sinis.

“gak usah sok bego deh. Lo tau kan acha cewek gue! Apa mau lo sebenernya?!” yah, ray masih ingat cakka juga ada saat Alvin menghampirinya waktu Alvin meminta nomor handphone sivia. Dan jelas-jelas saat itu mereka semua tau kalau acha pacarnya.

“hahaha pinter juga dia bos.” Cakka tertawa ke Alvin yang juga dibalas senyum oleh Alvin.

“oke kita to the point aja. Cakka bakal berhenti deketin cewek lo, tapi dengan syarat.” Kata Alvin.

“apa?” Tanya ray langsung.

“lo bantuin bos alvin deketin iyem.” Kata cakka.

“sivia?” Tanya ray memastikan.

“iya sivia iyem sama ajalah. Lo kan adeknya. Pasti gampang buat bantu bos Alvin deketin kakak lo.” Kata cakka. Ray diam sebentar. Ternyata ini alasan Alvin CS mengganggunya dengan acha. Jadi benar dugaannya kalau Alvin naksir sivia.

Alvin dan sivia? Hm asik juga kalau kakaknya pacaran sama Alvin. Ray pasti ikut beken karenanya!

“deal.” Kata ray mantab. Alvin pun tersenyum puas. rencananya berjalan mulus.

“deal.” Kata Alvin tertawa.

If You Earn Me [3]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others




Sivia menutup novel 'Dia, tanpa aku' yang baru dibelinya kemarin siang. Kemarin malam ia sudah membaca dua novel yaitu novel 'Onthel Rock 'N Roll' dari Dyan Nuranindya dan 'Still' karya Esti Kinasih. Dan sekarang ia sudah menyelesaikan novel terakhir yang ia beli kemarin yang juga merupakan karya esti kinasih. Sivia adalah penggemar esti kinasih dan ia sudah hampir mempunyai semua novel esti kinasih kecuali novel 'still' dan 'Dia, tanpa aku' ini. Dan kebetulan kemarin saat ia ke toko buku, disana banyak sekali novel esti kinasih yang di cetak ulang bahkan banyak yang berganti cover. Sivia tidak banyak berpikir langsung saja mengambil dua novel dari esti kinasih itu dan novel terbaru dari dyan nuranindya yang juga merupakan penulis idolanya!

Sivia mengusap air matanya dan mengambil kaca kecil yang ada diatas meja disamping tempat tidurnya. Ah sial, matanya sampai bengkak gara-gara menangis. Ternyata benar kata teman-temannya, novel ini luarbiasa bagusnya. Sivia bahkan seperti orang gila membaca novel ini. Setelah ia senyum-senyum sendiri, ia langsung menangis, dan setelah itu ia tertawa.

Baru saja sivia ingin keluar untuk mengambil minum, ponsel sivia yang ada diatas kasur berbunyi. Sivia pun kembali duduk dikasur dan membaca pesan masuk dari nomor tidak dikenal.

From: 0812345*****
Hey iyem

Sivia mengerutkan keningnya. Iyem? Ah iya sivia ingat. Ia memakai nama itu untuk mengerjai cowok aneh si berandalan SMA Cendrawasih itu. Dan kenapa cowok itu tau nomor handphonenya?!!

Sivia tentu tidak akan membalas pesan itu. Sivia pun menghapus pesan itu lalu menyimpan ponselnya diatas meja. Setelah itu sivia keluar untuk mengambil air minum.

* * *

Sivia keluar dari kampusnya dan menuju jalan raya. Ya, hari ini sivia naik angkutan umum lagi. Sivia benar-benar harus hemat menggunakan mobil. Ah sivia juga lupa meminta ayahnya untuk membelikan motor saja.

Perasaan sivia tidak enak, tiba-tiba ada motor sport merah berhenti didepannya. Oh-my-god. Tentu sivia masih ingat pemilik motor ini. Setelah helm dibuka, sivia menepuk keningnya sendiri melihat cowok itu benar cowok aneh si berandalan sekolah.

"Hai! Wah kita ketemu lagii!" Kata cowok itu dengan senyum lebarnya. Berbeda 180 derajat dengan sivia yang wajahnya langsung berkerut-kerut.

"Lo tuh emang kayak setan ya! Muncul dimana-mana!" Bentak sivia selalu emosi jika berhadapan dengan cowok ini. Ah bukan, sivia memang selalu judes tapi tingkat ke-judes-an-nya akan meningkat jika berhadapan dengan cowok ini.

"Gue alvin, bukan setan. Dan lo mau pulang kan? Yuk bareng!" kata alvin.

"Gak bakal!" Sivia langsung berjalan kesamping dan berharap angkutan umum akan segera datang. Tapi ternyata angkutan umum tidak kunjung lewat dan cowok itu masih diam disana! Sivia melirik cowok itu yang tertawa membuat sivia bertambah kesal. Pasti cowok itu sedang menertawainya! Kurang ajarrr!!

Cowok itu memajukan motornya dan kembali berhenti didepan sivia.

"Udahlah gue anter aja. Dijamin selamat sampai tujuan kok!" Kata alvin masih menyeringai. Dan tentu gengsi sivia terlalu tinggi untuk menerima tawaran itu walaupun sekarang ia sudah kepanasan.

"Gak! Pertama, gue gak kenal sama lo, bisa aja lo orang jahat. Dan kedua, bahkan lo gak tau rumah gue!" Kata sivia.

"Pertama, kita udah kenalan kemarin. Gue alvin, dan lo si...iyem. Dan kedua, kemarin gue ngikutin lo jadi gue tau rumah lo." Balas alvin membuat sivia mendelik. "Lo ngikutin gue?!!"

"Yap. Yaudah yuk gue anter." Kata alvin menarik tangan sivia sampai sivia hampir terjatuh karena tidak siap.

"Lo apaan sih!!" Protes sivia tapi alvin sudah berdiri dan mendudukkan sivia ke motonya dengan paksa. Saat sivia akan turun, alvin langsung menyalakan mesin motornya dan sivia lagi-lagi hampir terjatuh!

"Gilaaa!!" Teriak sivia memegangi jaket alvin kuat karena alvin mengendarai motornya sangat ngebut!!

"Ahhh!!!" Teriak sivia langsung memeluk alvin sangat erat. Alvin menyeringai. Alvin sengaja menambah kecepatan motornya agar cewek dibelakangnya ini tidak berisik!

Karena sivia memejamkan matanya membuat sivia tidak sadar alvin bukannya langsung menuju rumah sivia tapi malah berputa-putar, sengaja memperpanjang waktu. Ia sangat puas bisa mengerjai sivia setelah ia dipermalukan didepan ray dan teman-temannya karena dengan bodohnya ia percaya dengan nama iyem yang jelas-jelas tidak mungkin ada nama seperti itu dijaman ini apalagi untuk gadis secantik sivia!

"Betah banget meluk gue." Kata-kata alvin menyadarkan sivia membuat sivia langsung melepaskan pelukannya ke alvin karena merasa motor alvin sudah berhenti.

"Sialan! Lo mau bunuh gue hah?!!" Bola mata sivia sampai hampir keluar karena terlalu melotot marah. Dan itu malah membuat alvin tertawa!

"Udah ah, yuk masuk." Alvin mencabut kuncinya lalu turun dari motornya. Sivia menoleh ke kanan dan ternyata mereka bukannya ada didepan rumah sivia malah berhenti diparkiran sebuah tempat makan.

"Gue mau pulang bego! Lo gak ngerti bahasa indonesia apa gimana sih!" Sivia turun dari motor dan sudah akan pergi sebelum alvin menahan tangan sivia dan menarik sivia masuk ke tempat makan itu.

"Makan dulu baru gue anter pulang.." Kata alvin.

"Heh gue gak pernah minta anter lo! Gue bisa pulang sendiri!" Sivia memukuli alvin dengan tangan satunya tapi sepertinya pukulan sivia tidak berarti bagi alvin. Alvin terlihat sama sekali tidak kesakitan!

"Gue mau pulang!" Kata sivia saat alvin mendudukkannya dikursi. Tapi lagi-lagi saat sivia sudah akan pergi alvin menunjukkan suatu benda. Ah itu ponsel sivia!

"Kok bisa di lo?!!" Sivia akan mengambil ponsel itu tapi alvin langsung memasukkannya disaku celana. Sivia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa ponselnya bisa di cowok itu! Seingat sivia, terakhir kali ponselnya itu sedang ia pegang saat menunggu angkutan umum. Ah pasti cowok itu mengambilnya saat sivia memeluknya! Dasar licik!

"Makan dulu baru gue kembaliin.". Kata alvin santai.
"Hhh cowok sinting! Udah kayak setan, copet pula!!" Sivia benar-benar geram melihat alvin yang seperti biasa tersenyum lebar! Alvin tidak menjawab dan melambaikan tangan memanggil pelayan.

"Oke jangan nyesel nyuruh gue makan!" Kata sivia tersenyum licik. Tidak lama pelayan datang dan mencatat pesanan.

"Saya pesen double cheeseburger with large fries and large drink, beef burger, Spicy Chicken Burger, soup, spaghetty, sama dua sundae chocolate." Kata sivia. Setelah mencatat pesanan, pelayan pun pergi. Sedangkan alvin tersenyum meremehkan. Sepertinya cewek didepannya ini ingin mengerjainya. Tidak masalah, alvin bahkan bisa membayar sepuluh kali lipat pesanan sivia tadi. Dan alvin menyimpan tawanya untuk melihat sivia tidak mampu menghabiskan semua makanan yang ia pesan!

"Kenapa sms gue gak lo bales?" Tanya alvin sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Gak penting." Kata sivia cuek. Toh memang sms alvin sangat tidak penting.

"Trus yang penting kayak gimana?"

"Sms dari lo tuh gak ada yang penting! Ah darimana lo tau nomor gue?!!" Sivia menatap alvin tajam tapi cowok itu seperti biasa hanya tertawa.

"Gue bisa dapetin apa aja yang gue mau." Kata alvin membuat sivia mendesis. Cih.

Pelayan datang membawa pesanan mereka. Bahkan sampai dua pelayan yang membawa pesanan-pesanan sivia.

"Lo yakin bisa habisin itu?" Tanya alvin menantang. Alvin melihat tubuh sivia yang ideal. Dan alvin yakin sivia bahkan tak mungkin mampu menghabiskan separuh dari makanan itu!

Sivia tidak memperdulikan alvin lagi dan langsung memakan pesanannya. Ini sudah siang dan sivia belum makan siang membuat perut sivia sudah keroncongan. Alvin ikut makan pesanannya sendiri sambil memperhatikan sivia. Sivia memakan makanannya dengan lahap. Alvin kembali fokus ke makanannya tidak sabar melihat sivia kekenyangan.

Alvin meminum orange juice setelah menghabiskan makanannya. Alvin melihat sivia dan langsung mendapat seringai-an dari sivia. Oh god, sivia bahkan sudah menghabiskan semua makanannya!!

"Thanks ya. Lumayanlah ada untungnya juga lo culik gue." Sivia terkikik sambil meminum sundae chocolatenya.

"Gilaa.." Alvin masih tidak percaya sivia mampu memakannya dan bahkan dalam waktu secepat itu!

"Udah cepet balikin hp gue! Gue mau pulang!" Kata sivia berdiri dari kursinya. Alvin pun ikut berdiri sambil menaruh beberapa lembar uang seratus ribuan diatas meja.

'Wow.. Tajir banget..' Batin sivia yang sempat melirik saat alvin membuka dompet untuk mengambil uang. Dan didalamnya banyak sekali uang seratus ribuan. Uang cash nya aja segitu banyak apalagi yang ada di atm nya . . .

* * *

"Mana hp gue!" Sivia langsung turun setelah sampai didepan rumahnya. Dan cowok aneh didepannya ini daritadi belum mau mengembalikan handphonenya!

"Gak mau nawarin gue masuk dulu?" Alvin tersenyum lebar melihat wajah sivia yang memerah menahan kesal.

"Jangan harap! Balikin hp gue!" Kata sivia.

"Nih." Alvin akhirnya menyerahkan ponsel sivia yang langsung diambil sivia. Sivia sempat mendelik ke alvin sebelum akhirnya masuk kerumahnya.

"Sampai besok!" Kata alvin keras. Sivia tidak menoleh lagi dan langsung masuk kerumahnya dengan wajah kesal.

'Jangan sampe deh gue ketemu dia lagi!' Batin sivia. . .

# # #

If You Earn Me [2]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others




Sivia melangkah menaiki escalator menuju lantai tiga. Ia baru pulang dari kampus dan sengaja mampir ke Mall untuk sekedar makan siang. Dan sekarang ia sudah berada di foodcourt mall itu. Sivia menoleh kanan kiri mencari menu yang menarik seleranya. Dan lagi-lagi sivia berjalan ke tempat yang terdapat menu sushi, makanan favoritenya.

Sivia duduk dan mulai memakan sushi-nya. Sungguh perutnya sangat lapar. Sebenarnya saat dikampus sivia sudah makan gado-gado sih. Tapi entah sivia memang mudah lapar.

"Hei!" Sivia hampir tersedak karena seorang cowok yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Sivia buru-buru minum lalu melototi cowok itu yang duduk didepan sivia tanpa permisi.

"Gak nyangka ketemu lo lagi.." Kata cowok itu menyanggah wajahnya dengan tangan sambil melihati sivia.

Lagi? Memang mereka pernah bertemu?
Sivia membatin.

Tidak sengaja sivia melihat anting hitam di telinga kiri cowok itu. Ah sivia ingat!

"Lo.. Berandalan SMA Cendrawasih kan!" Kata sivia tidak menyangka cowok itu masih mengenalinya.

"Berandalan?" Ulang alvin.

"Hm. Apalagi sebutan yang tepat buat cowok berantakan kayak lo." Sivia kembali memakan sushi-nya agak cepat. Tidak sabar segera meninggalkan tempat ini dan cowok itu.

"Gue alvin. Lo?"

Sivia melirik cowok didepannya sinis.

"Siapa juga yang mau tau nama lo!" Balas sivia judes. Sivia meminum minumannya lalu segera berdiri dan pergi dari situ.

"Mau kemana?" Sivia tersentak kaget mendengar suara di sampingnya. Sial! Cowok itu malah mengikutinya!

"Bukan urusan lo! Dan jangan ikutin gue!" Bentak sivia. Sivia mempercepat langkah kakinya. Tapi cowok itu terus mengikutinya. Sivia pun berhenti dan melototi cowok itu.

"Mau lo apasih?!" Bentak sivia geram.

"Gue mau kenalan. Nama lo siapa?" Tanya cowok itu santai.

"Nama gue Iyem! Udah jangan ikutin gue!" Kata sivia lalu masuk ke toko buku.

Sedangkan alvin masih diam ditempatnya dengan kening berkerut. 'Iyem?' Alvin terus membatin. . .

* * *

Sivia keluar dari tokobuku dengan membawa plasik yang berisi tiga novel baru. Sivia lega ternyata cowok aneh tadi sudah tidak mengikutinya. Sivia jadi tidak sabar pulang dan menghabiskan tiga novel ini!

"Beli apa?" Lagi-lagi sivia terlonjak kaget mendengar suara di sebelahnya. Sivia menoleh kesamping dan kaget melihat cowok aneh itu lagi!

"lo tuh kayak setan ya!" Sivia semakin kesal melihat cowok itu malah terkikik.

"Lo tuh lucu banget sih." Cowok itu malah tertawa. Sejenak sivia mengamati cowok itu. Cakep juga sih, kulitnya bersih, wajahnya juga oriental oriental gimanaa gitu. Ah tapi tentu saja sivia tidak akan tertipu dengan wajah tampan lagi!

Sivia pun berjalan cepat, tidak sabar keluar dari Mall ini. Sebenarnya sivia masih ingin membeli jaket baru, tapi itu bisa lain kali. Yang penting sekarang ia harus pulang!

Sivia berjalan menuju jalan raya. Ia menunggu bis atau angkutan umum lewat. Hari ini ia sengaja tidak membawa mobil karena hemat. Bahan bakar mesin sekarang makin mahal dan sivia jadi berpikir untuk menggunakan motor saja.

Dan sialnya angkutan umum yang lewat penuh semua! Sivia berdiri masih menunggu sambil kipas-kipas menggunakan buku tulis yang ia bawa. Sungguh panas sekali! Hari apa sih ini? Bukannya hari ini hari rabu? Tumben jalanan ramai sekali.

Ah hari rabu?
Sivia melihat jam tangannya. Ini masih jam 12 siang dan ini masih jam sekolah! Kenapa cowok aneh itu ada disini? Dengan pakaian bebas pula.

Baru saja sivia membatin, sekarang sudah ada cowok dengan motor sport merah berhenti didepannya. Setelah helm dibuka sivia kembali mendesah.

'Oh god, kenapa dia lagi?!!!' Batin sivia melihat cowok aneh itu.

"Mau gue anter?" Cowok itu menyeringai membuat sivia semakin kesal. Kekesalan sivia lenyap saat ia melihat angkutan umum yang berhenti didepannya.

Sivia langsung masuk ke angkutan umum itu tanpa memperdulikan cowok aneh yang bernama alvin itu.

* * *

"Hoi!"

Ray yang sedang duduk dikantin bersama pacarnya kaget tiba-tiba kakak kelas mereka menghampiri. Mereka ada empat orang. Ray dan pacarnya yang bernama acha itu tentu tahu kakak kelas mereka itu. Mereka adalah murid kelas tiga yang cukup berpengaruh di sekolah.

Dan sekarang mereka duduk mengitari ray dan acha. Ada cakka si playboy tajir. Kesekolah saja bawa mobil keren mahal. Mana ada cewek yang nolak dia. Ada juga sion. Denger-denger sih si sion ini yang paling suka berantem dan tawuran. Trus ada rio. Si wakil ketua osis yang manis dan paling normal diantara teman-temannya. Rio juga cukup pintar.

Dan terakhir cowok yang duduk diatas meja ray. Ya inilah alvin jonathan. Cowok ini bukan ketua karena memang mereka bukanlah geng atau sebagainya. Tapi entah kenapa teman-temannya selalu patuh kepadanya. Bahkan rio si wakil ketua osis itu. Ray sendiri juga bingung kenapa rio ikut patuh dengan alvin dan menjadi salah satu yang selalu berada disekitar alvin. Padahal kelakuan alvin dan teman-temannya memang menjurus ke kelakuan berandalan sekolah.

"Bagi nomernya iyem dong." Kata alvin.

"Iyem?" Ulang ray mengerutkan keningnya. Iyem siapa?

"Iyem cewek lo." Kata alvin lagi.

"Ray, kamu punya cewek lain??!!" Acha langsung menatap ray meminta penjelasan membuat ray semakin bingung.

"Cewek gue cuma acha, dan gue gak kenal sama iyem." Kata ray ke alvin.

"Alaahh kita semua liat kok waktu iyem jemput lo. Udahlah cepet kasih nomor iyem ke bos alvin!" Cakka yang menyemili baso ray ikut menyahut.

"Ray kamu jahat!!" Acha yang marah mendengar ray punya pacar lain pun pergi dari situ.

"Acha!" Ray akan mengejar acha sebelum sion menahannya.

"Woi woi urusan lo sama bos alvin belum selese!" Ray pun duduk kembali tidak bisa bergerak karena sion menahan dibelakangnya.

"Gue gak kenal iyem. Serius!" Kata ray prustasi. Gini-gini ray tipe cowok setia. Jadi ray tidak mungkin selingkuh. Apalagi ray sama sekali tidak punya kenalan yang bernama iyem! Ini jaman modern, jaman sudah canggih, bayi-bayi saja mainannya iPhone. Jadi ray tidak yakin ada orangtua yang tega memberi nama anaknya 'iyem'.

"Alaah yang jemput lo beberapa hari lalu. Cewek cantik rambutnya sebahu agak coklat gitu. Gak mungkin lo gak kenal!" Setelah menghabiskan baso ray, cakka kembali menyahut sambil meminum jus ray yang sepertinya belum terminum karena masih utuh.

"Jemput gue? Rambut coklat sebahu?" Ulang ray mencoba mencerna kata-kata cakka.

"Ah, maksud lo sivia?!" Tanya ray. Beberapa hari lalu kakaknya memang mengantar jemputnya karena motornya masuk bengkel. Dan kakaknya memang memiliki rambut sebahu karena beberapa bulan lalu baru potong dan warna rambutnya juga agak kecoklatan.

"Sivia?" Tanya alvin. Sedangkan ray mengambil ponselnya yang ada disaku dan membuka gallery.

"Ini?" Ray menunjukkan foto yang ada diponselnya.

"Ya itu si iyem bos." Kata sion yang ikut melihat.

"Jadi namanya sivia?" Tanya alvin.

"Iya. Bukan iyem." Kata ray lalu terkikik geli. Bagaimana bisa alvin dan teman-temannya bisa memanggil sivia dengan nama iyem!

Sedangkan wajah alvin sedikit memerah malu. Bagaimana bisa dia dikibulin oleh cewek itu. Ah memalukan.

"Terserahlah namanya siapa. Kasih gue nomer handphonenya!" Bentak alvin.

"Oke tapi bantu jelasin ke cewek gue dulu! Sivia kakak gue, bukan cewek gue!" Kata ray.

"Cerewet lo. Cepet kasih!!" Kata sion.

"Terserah sih kalau kalian gakmau." Ray memasukkan kembali ponselnya ke saku.

"kka, nanti lo jelasin ke cewek tadi." Kata alvin akhirnya.

"Ah jangan! Kak sion aja." Kata ray buru-buru. Kalau cakka yang menjelaskan sih sama saja bohong. Memang benar cakka akan menjelaskan, tapi bisa-bisa pacar ray malah kepincut dengan cakka!

"Hh terserah. Cepet kasih!" Kata alvin tidak sabar membuat ray jadi penasaran kenapa alvin meminta nomor kakaknya. Tapi terserahlah yang penting acha tidak salah paham.

"Nih." Ray menunjukkan nomor handphone sivia yang ada di kontak ponselnya.

"Oke thanks." Kata alvin lalu pergi. Teman-teman alvin pun bangun mengikuti alvin tapi tidak untuk sion. Ray buru-buru menahan sion sebelum cowok itu kabur.

"Ikut gue dulu!" Kata ray mengingatkan.

"Ah ngerepotin!" Decak sion.

Ray membatin. Kalau saja tidak disuruh alvin pasti sion tidak akan mau melakukan itu.

* * *