Minggu, 12 Januari 2014

If You Earn Me [7]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others
 
 
 
Ray duduk di tepi kasur kakaknya. Sudah hampir sepuluh menit ia duduk di situ sambil mengamati kakaknya yang sedari tadi sibuk mencari tas, dompet, dan sebagainya. Apalagi di tengah pencariannya, sivia selalu menyempatkan dirinya untuk mengaca.

“Mau kemana sih vi?” tanya ray akhirnya. Sivia yang mendengarnya tidak mengalihkan pandangannya dari cermin.

“Vi! Mau kemana?!” merasa diabaikan ray pun kembali bertanya.

“Berisik! Gue mau ke salon.” Jawab sivia akhirnya.

“Ngapain?”

“Beli paku.”

“Serius vi!”

“Abisnya udah tau ke salon masih tanya ngapain. Gue mau potong rambut.” Kata sivia sambil menyemprotkan parfum yang baru ia beli dua hari lalu ke badannya.

“Ngapain potong rambut?!!” Sivia memutar bola matanya mendengar suara adiknya yang daritadi terus bertanya.

“Lo berisik banget sih! Rambut gue udah panjang, mau gue potong.” Kata sivia.

“Sivia, gue sebagai adik lo ngelarang lo potong rambut!” Sivia menyerngitkan keningnya begitu mendengar kata-kata ray.

“Lo kenapa sih jadi bawel banget? Terserah gue lah mau potong rambut apa enggak.” Sivia mengambil tasnya lalu keluar dari kamarnya. Sedangkan ray langsung bangkit menyusul sivia.

“Vi, jangan potong rambut!” kata ray sekali lagi, sambil mengikut sivia yang sudah turun dari tangga.

“Kenapa sih?!” akhirnya sivia bertanya, aneh melihat ray yang tumben-tumbennya protes saat sivia akan potong rambut.

“Setau gue, Alvin tuh suka sama cewek rambut panjang! Kalau lo potong rambut bisa-bisa alvin gak suka sama lo lagi gimana?!!”

Mulut sivia langsung terbuka, shock! Yatuhan, bisa-bisanya adiknya itu memprotes keras dirinya agar tidak potong rambut hanya demi alvin!

“Terus? Bagus dong kalau gitu. Biar sekalian aja gue botak biar tuh cowok gak gangguin mulu.” Kata sivia memilih melanjutkan langkahnya keluar rumah, dimana mobilnya sudah terparkir. Yah, mama dan papanya melarang untuk menjual mobilnya itu.

“Yah vi, jangan dong!” kata ray masih mencoba membujuk kakaknya agar membatalkan niatnya untuk potong rambut. Mengingat sifat kakaknya yang keras kepala, ray jadi pesimis bisa membujuk kakaknya.

“Pada mau kemana?” Sivia dan ray langsung menghentikan langkahnya begitu melihat alvin yang baru masuk ke halaman rumah mereka.

“Kebetulan lo dateng. Sivia nih mau potong rambut.” Kata ray mengadu. Sedangkan sivia entah kenapa malah diam, memikirkan perkataan ray. Sivia menebak-nebak, bagaimana sikap alvin kalau ia potong rambut ya? Apa alvin akan berhenti mengejarnya seperti yang ray bilang?

“Oh ya? Yaudah yuk gue anter.” Kata alvin. Sedangkan ray dan sivia langsung menatap alvin bingung. Mereka tidak menyangka alvin malah menawarkan diri untuk mengantar sivia potong rambut.

“Yuk.” Karena tidak kunjung mendapat jawaban, seperti biasa alvin langsung saja menggandneg tangan sivia menuju motornya,

“Pake mobil gue aja.” Kata sivia sebelum alvin menaiki motornya.

“Oke. Mana kuncinya?” Kata alvin. Sivia pun menyerahkan kunci mobilnya ke alvin. Sedangkan ray tetap diam di tempat, melihat sivia dan alvin yang masuk ke mobil hingga mereka pergi. Ray menggaruk-garuk kepalanya. Jadi, apa gosip yang ia dengar yang salah?

* * *

“Belok kiri.” Kata sivia saat mereka akan melewati perempatan jalan, menunjukkan arah dimana salon langganannya berada.

“Hei! Lo gak tau arah ya?! Gue bilang belok kiri, kenapa malah belok kanan?!” Kata sivia ke alvin yang dibalas dengan senyum.

“Belok kanan, sivia sayang.” Kata alvin tersenyum.

“Lo mau ke salon mana? Salon langganan gue belok kiri tadi!”

“Siapa bilang kita mau ke salon?” Sivia langsung melotot mendengar perkataan alvin. Ah, sivia jadi merutuki dirinya sendiri yang dengan mudahnya menyetujui tawaran cowok di sampingnya ini.

“Sialan! Tau gini gue berangkat sendiri!” alvin malah tertawa melihat wajah kesal sivia.

“Abisnya ngapain sih potong rambut? Lo pasti makin cantik kalau rambut lo panjang.” Kata alvin mengambil beberapa helai rambut sivia dengan tangan kirinya.

“Bawel! Gue gak bakal kemakan gombalan lo!” kata sivia menepis tangan alvin lalu membuang mukanya ke samping kiri, menatap keluar jendela. Alvin malah tersenyum geli melihat tingkah sivia. Alvin tahu, sebenarnya cewek di sampingnya itu sedang salah tingkah. Terbukti saat alvin melihat rona kemerahan di wajah sivia yang masih terlihat dari samping.

“Gue serius, sivia sayang. Jangan potong rambut ya?” kata alvin lagi.

“Gak! Gue mau potong rambut!” kata sivia ketus.

“Gue traktir sushi deh.”

“Gak.”

“Sepuas lo.” Kata alvin lagi.

“Gak.”

“Sushi seminggu full?”

“Deal.”

Alvin tersenyum lebar mendengar jawaban sivia. Sungguh tangan alvin gatal ingin sekedar mencubit pipi sivia. Alvin tidak habis pikir, cewek di sampingnya ini benar-benar lucu. Sedangkan sivia masih menatap keluar jendela, menyembunyikan wajahnya yang masih panas mendengar gombalan alvin tadi. Tentu saja sivia tahu alvin hanya menggombal, tapi entah kenapa ia merasa senang mendengarnya.

“Sampai.” Kata alvin membuyarkan lamunan sivia. Sivia melihat ke depan dan baru menyadari mereka sudah berhenti di tempar parkir sebuah tempat makan. Sivia baru saja akan membuka pintu untuk keluar dari mobil sebelum akhirnya pintu terbuka terlebih dahulu sebelum ia sempat membukanya.

“Thanks.” Kata sivia turun dari mobil, menunggu alvin menutup pintu mobil kembali.

“sama-sama.” Balas alvin lalu dengan seenaknya menggandeng tangan sivia untuk memasuki restaurant yang sivia ketahui sebagai salah satu restaurant jepang yang terkenal di Ibu Kota.

“Sekedar makan siang kenapa milih ke restaurant ini sih.” Kata sivia memprotes, karena sivia tahu harga makanan disini cukup mahal.
“Bawel.” Kata alvin. Sivia sudah akan membalas perkataan alvin sebelum akhirnya seorang pelayan menghampiri mereka untuk menanyakan pesanan. Seperti biasa sivia memesan sushi.

“Lo gak bosen apa makan sushi mulu? Emang gak ada makanan favorite lain?” tanya alvin setelah pelayan itu pergi.

“Enggaklah. Sebulan makan sushi juga gak bakal bosen. Gue sih juga suka masakan padang. Sayangnya aja lo selalu ngajakin gue ke restaurant jepang.” Kata sivia.

“Yaudah kapan-kapan kita ke rumah makan padang. Di deket kampus lo ada rumah makan padang kan?”

“Ada sih. Tapi kalau gue sukanya makan di rumah makan padang yang ada di deket rumah gue. Lebih enak.” Kata sivia.

“Yaudah kita kesitu aja.” Kata alvin.

“Oke!” kata sivia tersenyum lebar membayangkan masakan padang di restaurant padang yang ada di dekat rumahnya. Sedangkan alvin juga tersenyum melihat sikap sivia yang lagi-lagi mulai ramah kepadanya. Alvin juga aneh dengan perasaannya yang terasa berbunga-bunga hanya karena melihat sivia tersenyum karena dirinya.

“Lo sendiri?” tanya sivia.

“Apa?” alvin malah balik bertanya, tidak mengerti maksud sivia.

“Lo sendiri suka makanan apa?”

“Kalau gue sih suka makanan apa aja, asal makannya sama lo.” Jawab alvin. Sedangkan sivia malah memutar bola matanya bosan. Ia bertanya serius malah dibalas gombalan.

“Gue serius tau. Makanan yang gue makan sama lo tuh rasanya jauh lebih enak.” Kata alvin lagi.

“Lo tuh suka banget ngegombal ya!” kata sivia kesal. Bukan karena alvin tidak menjawab serius, tapi karena omongan alvin yang terus membuatnya berbunga-bunga!

“Yaudah sih kalau gak percaya. Orang gue serius.” Kata alvin. Dan lagi-lagi obrolan mereka terhenti saat pelayan kembali datang dengan membawa pesanan mereka. Setelah pelayan pergi, seperti biasa sivia langsung memakan makanannya dengan lahap. Sedangkan alvin seperti biasa juga makan sambil sesekali memandangi cewek yang ada didepannya.

“’Oh ya, kenapa gak bilang kalau hari ini gak ada jadwal kuliah?” tanya alvin setelah menghabiskan makanannya.

“Gak ada yang tanya.” Kata sivia.

“Kan kemarin gue bilang kalau gue mau jemput ke kampus lo. Lo malah gak bilang kalau hari ini lo gak ada jadwal kuliah. Untung aja tadi gue sempet tanya ke ray.”

“Lagian ngapain mau jemput ke kampus?”

“Abisnya kemarin gue ajak jalan lo gak mau.”

“Kan gue gak bilang gak mau. Gue Cuma bilang liat mood besok aja kan.” Kata sivia.

“Iya sih. Ngomong-ngomong tante Sherly kemana? Kok tadi gak ada?” tanya alvin.

“Ke rumah tante. Sepupu gue hari ini ulang tahun. Mama bantuin disana.” kata sivia.

“Oh, trus kenapa lo gak ikut bantuin?”

“Males ah. Lagian disana juga pasti udah banyak yang bantuin. Keluarga gue lagi ngumpul disana semua. Nanti sore baru gue sama ray kesana.” Kata sivia.

“Udah beli kado?” tanya alvin lagi.

“Nah itu, rencananya hari ini gue mau beli kado abis dari salon.” Kata sivia bête mengingat rencananya jadi amburadul gara-gara alvin.

“Yaudah beli sekarang aja yuk?” kata alvin. Sivia pun akhirnya mengangguk.

Setelah membayar makanan, mereka pun pergi ke satu mall yang berada tidak jauh dari lokasi tempat mereka makan tadi. Sivia langsung masuk ke toko boneka yang berada di lantai dasar. alvin pun mengikuti sivia masuk ke toko boneka itu.

“Yang ulang tahun umur berapa?” tanya alvin.

“Mungkin sepuluh tahun. Pokoknya dia masih kelas 5 SD.” Sivia menjawab sambil melihat-lihat boneka yang dipajang.

“Lucuan yang mana?” tanya sivia sambil menunjukkan dua boneka kucing yang ia pegang di tangan kanan dan kiri ke alvin.

“Lucuan yang tengah.” Sivia mengerutkan keningnya mendengar jawaban alvin.

“Yang tengah?” ulang sivia tidak mengerti.

“Iya, lucuan lo.” Kata alvin dan lagi-lagi sivia langsung memutar bola matanya bosan.

“Gue serius!” kata sivia sebal.

“Gue juga serius.” Kata alvin santai membuat sivia ingin menendang muka alvin sekarang juga!

“Gila!” kata sivia akhirnya memilih untuk tidak bertanya ke alvin. Ia pun melihat-lihat boneka yang berbentuk kucing lainnya. Yah, sepupunya itu sangat suka kucing. Dan akhirnya sivia pun memilih boneka kucing berwarna coklat dan putih. Menurut sivia boneka itu yang paling lucu, dan yang paling penting harganya juga cukup murah. Hehe

“Udah?” tanya alvin saat mereka sudah keluar dari toko boneka itu.

“Udah. Yuk langsung pulang.” Kata sivia. Alvin pun menurut dan mereka pun langsung pulang ke rumah sivia.

* * *

Sivia menyisir rambutnya sekali lagi sebelum akhirnya keluar dari kamarnya sambil membawa tas dan kado tentunya. Sivia pun pergi ke kamar ray dan melihat adiknya itu masih sibuk menyisir rambutnya.

“Ray cepet! Gue tunggu di bawah.” Kata sivia langsung turun ke lantai bawah dan duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu adiknya itu.

Sivia pun memilih membuka ponselnya hanya sekedar melihat Recent Update BBMnya ataupun membaca Timeline Twitternya. Sivia baru saja akan menulis tweet sebelum ia mendengar suara mobil yang berhenti di depan rumahnya. Apa itu papanya yang pulang dari bandung? Karena memang papanya akan pulang hari minggu kemarin tapi sampai sekarang papanya itu belum pulang. Sivia juga menyayangkan papanya tidak bisa datang. Kan jarang-jarang bisa berkumpul dengan keluarga.

Lamunan sivia buyar begitu mendengar bel rumahnya berbunyi. Sivia pun berdiri dan membuka pintu rumahnya.

“Hai.” Sapa alvin yang berdiri di depannya.

“Ngapain kesini?” tanya sivia langsung. Aneh saja melihat alvin, pasalnya baru saja tadi siang ia keluar dengan alvin dan kini cowok itu sudah kesini lagi. Padahal bukannya tadi sivia sudah bilang kalau ia dan ray akan pergi sore ini?

“Eh lo udah dateng vin.” Sivia dan alvin pun menoleh ke arah ray yang baru turun dari tangga.

“Yaudah yuk berangkat.” Kata ray membuat sivia mengerutkan keningnya.

“Kalian mau kemana?” tanya sivia. Ray yang mendengar pertanyaan kakaknya menjadi ikut bingung.

“Ke rumah tante lah. Mau kemana lagi?” kata ray.

“Alvin?” tanya sivia. Ray yang sekarang mengerti maksud kakaknya pun tersenyum lebar.

“Oh iya gue lupa bilang. Tadi mama nyuruh gue ngajak alvin kesana.” Kata ray menjelaskan.

“Yaudah yuk berangkat. Mama udah sms nyuruh cepet kesana.” Kata ray akhirnya keluar bersama alvin. Sedangkan sivia masih diam,, tidak menyangka mamanya mengajak alvin ke acara keluarga!

“Vi buruan!” teriak ray yang sudah akan masuk ke mobil alvin. Ah ya, sivia baru sadar alvin membawa mobil. Sivia pun keluar dan melihat mobil sport berwarna putih terparkir di depan rumahnya.

‘Jadi itu mobil alvin?’ Sivia membatin.

Sivia pun mengunci rumahnya lalu berjalan ke mobil alvin. Disana alvin sudah berdiri sambil membukakan pintu untuk sivia. Sivia pun masuk dengan gugup. Sedangkan ray sudah duduk manis di kursi belakang. Tidak lama kemudian alvin pun menjalankan mobilnya meninggalkan rumah sivia dan ray.

* * *

Sivia duduk di salah satu bangku sambil memegang segelas minuman dengan wajah suram. Kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tentu teman-teman Rena, sepupunya yang berulang tahun ke 10 sudah pulang. Dan kini tinggallah keluarga besarnya yang sedang berpesta di taman belakang rumah tantenya. Yah, sivia baru sadar kalau hari ini adalah malam tahun baru. Makanya tantenya itu merayakan ulang tahun Rena tepat hari ini sekalian merayakan tahun baru bersama keluarga. Awalnya sivia juga heran kenapa keluarga besarnya rela berkumpul demi merayakan ulang tahun anak SD.

Ah, bukan itu yang membuat wajah sivia berkerut-kerut. Sivia melirik lagi ke arah kanannya, dimana tante-tantenya sedang membakar-bakar jagung dan ikan. Di sana juga ada seorang cowok yang juga sok ikut membantu membakar jagung. Yah, siapa lagi kalau bukan alvin.

“Wah, beruntung banget kamu dapet menantu alvin.”

“Iya nih. Udah ganteng, baik, sopan, suka bantuin orang tua juga.”

Sivia rasanya ingin muntah mendengar tante-tantenya yang sedang mengobrol dengan mamanya dan alvin. Sivia tidak habis pikir, bisa-bisanya mamanya itu memperkenalkan alvin sebagai pacarnya! Sedangkan alvin sendiri bukannya protes malah sok cari muka di depan keluarganya.

“Kenapa muka lo suram amat?” Sivia mengalihkan pandangannya ke sampingnya dimana ray sudah duduk manis disana.

“Mama tuh. Masa bilang alvin pacar gue! Bikin malu aja.” Kata sivia.

“Malu? gila! Harusnya lo bangga dong. Apalagi kalau sampai itu jadi kenyataan. Hahaha!” ray malah tertawa mendengar kata-kata sivia, membuat sivia semakin kesal.

“Sama aja lo! Ngeselin!” kata sivia memilih meminum minumannya sampai habis.

“Eh, itu papa!” kata ray tiba-tiba, membuat sivia langsung menoleh ke arah yang di tunjjuk oleh adiknya itu. Dan benar saja, ia melihat alvin kini sedang bersalaman dengan papanya! Papanya terlihat masih memakai pakaian kerjanya. Sepertinya papanya itu langsung kesini setelah perjalanan dari bandung.

“Ya ampun. Jangan sampe mama bialng ke papa kalau alvin cowok gue!” kata sivia karena dari jarak ia dan ray duduk cukup jauh dari papanya sehingga mereka tidak bisa mendengarkan obrolan mama papanya dan alvin.

“Kenapa sih lo gak suka sama alvin?” tanya ray kepada kakaknya.

“Kenapa gue harus suka?” sivia malah balik bertanya.

“Vi, gue aja yang cowok ngakuin kalau alvin tuh ganteng. Masa iya lo tertarik?”

“Masa iya gue pacaran sama cowok gara-gara cowok itu ganteng?” lagi-lagi sivia membalikkan pertanyaan dari adiknya.

“Bukan cuma ganteng kali vi. Alvin tuh tajir, baik juga kan sama lo. Terus apa sih sebenernya yang bikin lo benci sama dia?”

“Gue gak benci.” kata sivia.

“Jadi, suka?” tanya ray, membuat sivia jadi salah tingkah.

“Ngapain sih tanya-tanya gitu!” kata sivia berdiri ingin masuk ke dalam rumah untuk mengambil minuman lagi. Tapi ray buru-buru menahan tangannya.

“Mau kemana lo? Yuk nyamperin papa.” Kata ray sambil menarik tangan sivia menghampiri mama, papa dan alvin.

“Papa!” sapa ray langsung memeluk papanya.

“Pa…” kini sivia yang langsung memeluk papanya setelah ray melepaskan pelukannya.

“Darimana aja kalian? Kok papa baru liat?” tanya papa mereka.

“Ray nemenin kak via duduk disana pa.” kata ray. Seperti biasa, ray akan memanggil sivia dengan sebutan ‘kakak’ hanya jika ada papa mereka.

“Kamu ini gimana sih via, malah duduk-duduk sama ray. Kenapa alvin gak diajak ngobrol?” kata papa mereka.

“Katanya malu pa.” sivia langsung memelototi adiknya yang menjawab dengan sembarangan.

“Tumben kamu pake malu-malu. Udah sana ajak alvin ngobrol. Alvin, kamu ngobrol sama sivia gih.”

“Iya Om,” kata alvin tersenyum sopan ke papa sivia.

“Yuk vi.” Kata alvin lagi sambil menggandeng tangan sivia ke arah kolam renang tempat yang cukup jauh dari tempat tante-tante sivia sedang membakar-bakar jagung dan ikan.

“Disini aja.” Kata sivia memilih duduk di tepi kolam renang di banding duduk di bangku. Alvin pun mengikuti sivia duduk di tepi kolam renang lalu memasukkan kaki mereka ke air.

“Sorry.” Kata sivia tiba-tiba.

“Buat?” tanya alvin sama sekali tidak mengerti sekaligus heran. Tumben sivia meminta maaf.

“Mama gue seenaknya ngenalin lo sebagai cowok gue. Pasti bikin lo gak nyaman. Abisnya lo juga sih ngapain ikut kesini.” Kata sivia. Alvin tersenyum mendengar kata-kata sivia. Walaupun sedang minta maaf, tetap saja cewek itu menyalahkannya. Sikap sivia yang seperti ini benar-benar lucu bagi alvin.

“Maaf kenapa? Gue seneng malah.” Kata alvin.

“Ish.” Sivia jadi sebal, sivia sudah bicara serius malah alvin ajak bercanda.

“Serius vi, gue seneng keluarga lo bisa nerima gue.” Kata alvin lagi.

“Vin, udah deh. Lo gak capek apa gangguin gue mulu? Harusnya lo gak terlalu jauh ngisengin gue.” Kata sivia membuat alvin menoleh ke arahnya. Alvin pun dapat melihat sivia yang sedang memainkan kakinya di kolam dengan rambut yang tertiup angin malam. Satu kata yang terlintas dalam pikiran alvin untuk menggambarkan pemandangan didepannya, Cantik.

“Vi.” Alvin memberi jeda, menimbang ini waktu yang tepat atau tidak. Mengingat ia sendiri sudah yakin akan perasaannya, mungkin ia ungkapkan sekarang tidak masalah.

“Gue suka sama lo.” Kata alvin lagi. Sedangkan sivia, ia cukup kaget dengan pernyataan alvin. Tapi ia buru-buru menenangkan detak jantungnya, berusaha meyakinkan diri bahwa itu hanyalah keisengan alvin seperti biasa.

“Gue suka Edward Cullen.” Balas sivia.

“Via, gue serius. Gue suka sama lo.” Alvin meraih tangan sivia, membuat sivia terpaksa balas menatap alvin. Sivia memang melihat keseriusan di mata alvin, tapi entah kenapa ia merasa tidak yakin. Jujur, alvin memang sangat tampan. Apalagi sivia lebih tua daripada alvin membuat sivia tidak yakin. Ia teringat perkataan ray, di SMA Cendrawasih pun banyak yang suka dengan alvin. Mengingat bagaimana bentuk cewek-cewek SMA Cendrawasih yang cantik-cantik dan –tentu- kaya, bagaimana mungkin alvin bisa naksir dengan dirinya! Itulah yang sivia pikirkan.

“Terus?” kata sivia, bingung mau berkata apalagi. Lidahnya saja terasa keluh melihat wajah serius alvin yang sangat . . . tampan.

“Gue mau lo jadi cewek gue.” Sivia tersentak mendengar kata-kata alvin. Ia sungguh bingung. Apakah ia harus percaya? Tapi kalaupun alvin serius. Apakah ia akan menerimanya? Jujur sivia juga bingung dengan perasaannya. Diawal memang sivia merasa kesal dengan kehadiran alvin yang terus mengganggunya. Tapi sekarang, ia merasa sering berdebar karena alvin. Bahkan sekedar duduk dengan cowok itu saja sudah membuat sivia berdebar. Apa mungkin ia juga menyukai alvin? Tapi, kalau nanti ia menerima alvin jadi pacarnya dan ternyata alvin cuma menggodanya kan tidak lucu!!!

Sedangkan alvin senantiasa menunggu sivia yang terlihat masih berkelit dengan segala pemikirannya. Tapi sebenarnya alvin sendiri merasa tegang, bagaimana kalau sivia akan menolaknya? Atau jangan-jangan sivia sedang dekat dengan cowok lain atau lebih parahnya lagi kalau ternyata sivia sebenarnya sudah punya pacar?!! Yatuhan, alvin merasa tidak pintar. Walaupun ray berkata kalau sivia masih jomblo, tapi kalau ternyata sivia sebenarnya sudah punya pacar dan tidak memberitahukannya kepada ray bagaimana? Seharusnya ia bertanya terlebih dulu kepada sivia! Ah, alvin lebih bingung lagi dengan dirinya. Ia merasa tangannya sampai berkeringat karena tegang. Padahal ini bukan pertama kalinya ia menembak cewek, tapi kegugupannya membuat dirinya seperti cowok culun yang baru pertama kali menembak cewek.

Tapi alvin senang juga, ternyata ia benar-benar menyukai sivia. Akhirnya setelah sekian lama ia bisa benar-benar serius suka sama cewek. Karena dari sekian mantan pacar alvin, dari kapten cheerleaders sekolah, flyer cheerleaders SMA tetangga, ketua ekstrakurikuler tari jepang, dan berbagai macam cewek cantik lainnya, alvin tidak pernah serius. Sekedar nembak, kalau diterima ya untung, kalau enggak ya yaudah. Lagian alvin juga menembak mereka cuma ingin cari sensasi. Selain itu, alvin juga sengaja mencari cewek yang cantik dan cukup famous juga karena ingin merasakan tantangan. Dan untungnya, dari sekian cewek yang ia tembak, semuanya menerima alvin langsung tanpa pikir panjang! Itulah yang membuat alvin merasa kurang seru. Dan saat bertemu sivia yang dengan juteknya mengabaikan alvin, alvin merasa bersemangat. Ia suka tantangan dan itulah yang membuat alvin terus mengejar sivia. Tapi seiring berjalannya waktu, ternyata ke-judes-an, ke-jutek-an, ke-cuek-an, dan segala yang ada pada diri sivia membuat alvin benar-benar menyukai gadis itu.

“Gimana vi?” tanya alvin lagi. Jantung alvin semakin berdebar saat sivia membuka bibirnya, sudah akan menjawab. Alvin benar-benar tegang menanti jawaban sivia.

1 komentar:

  1. El Yucateco, Black Label Reserve Hot Sauce - Mapyro
    Shop El Yucateco, Black 부산광역 출장안마 Label Reserve 남원 출장안마 Hot Sauce - compare 김포 출장안마 prices, see product info & reviews, add to shopping 경상남도 출장마사지 list, 강원도 출장안마 or find in store.

    BalasHapus