Minggu, 12 Januari 2014

If You Earn Me [5]

Title : If You Earn Me
Author : Rosita Dinni
Genre : Romance
Cast : Alvin Jonathan, Sivia Azizah and others




Sivia berdiri didepan cermin. Ia baru saja mandi dan sudah siap dengan pakaian rapinya. Hari ini sivia sangat bersemangat. Bagaimana tidak, hari ini ia diajak mamanya berbelanja! Yah, kemarin mama dan papanya sampai di Jakarta. Dan mulai saat ini mama dan papanya akan tinggal di Jakarta lagi! Sivia meletakkan sisir yang baru saja ia gunakan untuk menyisir rambutnya yang sudah mulai panjang. Ia tersenyum puas melihat dirinya lalu dengan semangat ia keluar dari kamarnya yang ada di lantai dua dan turun ke lantai satu. Begitu sampai di lantai bawah, sivia melihat mamanya sedang mengobrol dengan ray di ruang tamu.

“sudah siap sayang?” Tanya mamanya setelah melihat sivia turun. Sivia mengangguk seraya mendekat ke mama dan adiknya.

“mau kemana lo?” Tanya sivia karena adiknya itu juga berpenampilan rapi.

“ikut lo sama mama lah!” kata ray nyengir.

“udah yuk langsung berangkat.” Kata mama mereka membuat sivia dan ray akhirnya mengikuti mamanya masuk ke dalam mobil. Sivia duduk dikursi depan bersama mamanya yang sedang menyetir. Sedangkan ray duduk di kursi belakang sambil bermain hp. Tentu saja sedang asyik chatting dengan pacarnya, acha.

Tidak terasa mereka sudah sampai di salah satu Mall yang berjarak cukup dekat dengan rumah mereka. Sivia juga ray tentu sangat senang bisa jalan-jalan bersama mama mereka. Sudah hampir dua tahun papa dan mama mereka pindah ke luar kota yang membuat mereka jarang bisa jalan-jalan bersama. Walaupun sekarang mereka jalan-jalan tanpa papa mereka yang langsung sibuk. Bahkan pagi-pagi sekali papa mereka sudah berangkat mengurusi pekerjaan walaupun hari ini adalah hari minggu.

“mama udah liat insidious belum?” Tanya sivia sambil menggandeng lengan mamanya dengan manja yang membuat sivia tidak terlihat sebagai anak kuliahan.

“oh insidious part two ya? Belum nih!” kata Sherly, mama mereka yang masih terlihat muda walau kini usianya sudah berkepala empat.

“yaudah kita nonton sekarang yuuuk!” kata sivia semangat.

“ayoo!” kata mama mereka. Mereka pun langsung menuju cinema 21 dan memesan tiket untuk tiga orang. Sedangkan ray yang daritadi berjalan di belakang kakak dan mamanya hanya bisa mengikuti kemanapun mereka berjalan karena daritadi ia juga sibuk chatting dengan acha.

Tidak terasa film sudah selesai. Sivia, ray dan mama mereka pun keluar dari gedung cinema 21. Terlihat wajah sivia yang sedikit pucat setelah melihat film itu membuat mamanya tertawa melihatnya. Mereka pun terus berjalan hingga sivia dan mamanya kompak masuk ke dalam sebuah toko pakaian yang terlihat sangat menarik. Sedangkan ray dengan malas ikut saja karena tidak ada pilihan lain.

Ray menatap bosan mama dan kakak perempuannya yang daritadi bertukar pendapat tentang pakaian. Dan mereka keluar dengan wajah lebih berseri karena sudah membawa beberapa tas yang berisi pakaian-pakaian yang mereka pilih dalam waktu hampir satu jam. Berbeda dengan ray yang terlihat sangat kusut.

“ray mau beli apa?” Tanya mama mereka pengertian begitu melihat wajah ray yang kusut. Tentu Sherly tau kalau ray pasti sangat bosan menunggu dirinya dan sivia berbelanja ala perempuan. Dan akhirnya gentian Sherly dan Sivia yang menemani ray belanja pakaian laki-laki.

“maa ada photobox! Kita foto-foto yuuk!” kata sivia riang. Sedangkan mamanya membalas dengan semangat. Mereka sudah seperti gadis SMA yang membuat ray geleng-geleng.

Mereka pun masuk ke photobox itu dan berfoto dengan narsis. Ray pun ikutan berfoto dengan narsisnya. Mereka keluar dari photobox dengan cekikikan sambil melihat hasil foto. Setelah puas, akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke foodcourt untuk makan.

“ray ngapain sih? Daritadi kok main hp sambil senyum-senyum?” Tanya mama mereka yang menyadari kelakuan ray daritadi. Bahkan setelah keluar dari Cinema 21 ray tidak terlalu terpengaruh karena sherly menyadari ray tidak focus menonton film. Putranya itu terlalu sibuk dengan smartphonenya.

“biasa ma, pasti bbm-an sama acha.”sahut sivia sambil memakan sushinya.

“acha?” Tanya mama mereka.

“iya, acha. Pacarnya ray ma.” Balas sivia lagi.

“wah ray udah punya pacar? Kenapa gak pernah cerita ke mama?” kata sherly.

“hehe maaf ma…” kata ray sambil nyengir.

“mama kaget kan ray punya pacar? Apalagi kalau mama ketemu sama pacarnya ray!” kata sivia dengan sushi yang masih ada di mulutnya.

“emangnya kenapa?” Tanya sherly.

“pacarnya ray cuantiiikk banget ma! Via aja juga bingung kenapa tuh cewek mau jadi pacarnya ray!” kata sivia yang langsung mendapat getokan di kepalanya dari ray.

“sialan lo!” kata ray. Sherly yang melihat kedua anaknya pun cekikikan.

“via, gak boleh gitu. Gini-gini ray kan cakep!” kata mama membuat ray tersenyum bangga. Sedangkan sivia hanya mendengus.

“kalau sivia sendiri? Udah punya pacar?” Tanya mama mereka.

Ray sudah akan menjawab sebelum ia tidak sengaja melihat seorang lelaki yang sedang berjalan seakan sedang mencari sesuatu.

“ah alvin!” teriak ray membuat sivia dan mama mereka ikut menoleh kearah pandang ray.

Cowok itu –alvin—langsung menoleh dan tersenyum melihat ray sedang melambaikan tangan. Yah, dia sengaja kesini karena mendapat pesan dari ray bahwa ia dan sivia sedang berjalan-jalan bersama mama mereka. Dan sesuai janji, ray akan membantu alvin PDKT dengan kakaknya itu. dan mungkin memperkenalkan alvin ke mama mereka bisa membantu mereka lebih dekat.

Alvin pun berjalan mendekat ke ray, sivia dan mama mereka.

“nah ini dia pacarnya via ma!” kata ray tersenyum lebar sedangkan sivia langsung tersedak mendengarnya. Alvin sendiri juga tidak tau apa yang sebelumnya sedang mereka obrolkan.

“Selamat siang tante.” Sapa alvin sopan. Sherly pun tersenyum melihat alvin. Sherly begitu kagum melihat alvin. Anak lelaki di depannya ini sangat tampan. Juga sopan.

“Selamat siang. Kamu pacarnya sivia? Ayo gabung sama kita.” kata Sherly lembut.

“apaan sih ma. Ray bohong, dia bukan pacar via!” kata sivia sewot.

“yah, mama udah seneng kamu punya pacar seganteng ini vi.” Kata mama mereka membuat sivia mendengus sebal.

“masih calon pacar, tante.” Kata alvin sambil duduk di kursi yang berada tepat disamping sivia. Wajah Sherly kembali sumringah.

“oh ya, kamu teman kuliahnya sivia?” Tanya Sherly.

“bukan, dia kakak kelas aku ma.” Kata ray menyahut.

“kakak kelas? Kamu masih SMA?” Tanya Sherly ke alvin yang dibalas anggukan oleh alvin.

“iya tante, saya kelas 12.” Kata alvin.

“wah gak nyangka ternyata via suka brondong.” Kata Sherly lalu tertawa.

“siapa juga yang suka brondong! Dia bukan pacar aku maa! Udah jangan di dengerin kata-kata mereka!” kata sivia sebal.

“udah sayang kamu gak usah malu-malu sama mama. Mama setuju kok kamu sama alvin.” Kata sherly membuat alvin tersenyum bangga.

“siapa yang malu-malu. Emang dia bukan siapa-siapa via ma!” kata sivia kesal.

“rumah kamu dimana alvin?” Tanya sherly mengabaikan protes sivia. Dan sherly pun akhirnya terus mengobrol dengan Alvin. Sivia memerhatikan mamanya yang tampaknya sudah kesemsem dengan alvin sampai mengabaikan anaknya sendiri!

- - -

Sivia tengkurap sambil membaca novel yang baru ia beli kemarin. Hari ini hari sabtu dimana kaum jomblo seperti dirinya hanya bisa berdiam diri di rumah.

Tok tok tok

“sayaang…” terdengar suara mama sivia dari luar. Sivia pun terpaksa menutup novelnya yang sebelumnya ia sudah melipat ujung lembar terakhir ia baca sebagai tanda. Ia berdiri dan membuka pintu kamarnya. Sivia berdoa agar mamanya itu ke kamarnya tidak hanya untuk membicarakan alvin. Yah, sudah enam hari setelah hari dimana ia, ray dan mamanya berjalan-jalan dan akhirnya bertemu dengan alvin. Dan entah kenapa mamanya itu seolah sangat mengagumi alvin. Sering sekali mamanya itu berkata ingin sekali suatu saat nanti alvinlah yang akan menjadi suami sivia dan tentu itu membuat sivia sebal. Bagaimana bisa mamanya itu berfikir sejauh itu. bahkan sivia sendiri tidak tahu menahu tentang cowok itu apalagi ia bisa berpacaran dengan cowok menyebalkan seperti alvin.

“yaampun sivia sayaang, kenapa masih pake baju tidurr!” seru mamanya begitu sivia membukakan pintu.

“emangnya kenapa ma?” Tanya sivia bingung. Memang kenapa kalau ia memakai baju tidur?

“yaampun sivia. Kamu lupa kalau hari ini kamu mau kencan sama alvin?” kata Sherly membuat putrinya itu mendelik kaget.

“kencan?” ulang sivia.

“iya. Alvin udah nunggu kamu di bawah. Kata dia, kalian mau kencan. Gimana sih kamu bisa lupa. Yaudah cepet siap-siap sana!” kata sherly memaksa sivia segera bersiap-siap.

Setelah beberapa menit sherly membantu sivia berdandan sedikit, sherly pun membawa sivia turun. Setelah sampai di bawah, ternyata alvin sedang mengobrol dengan ray.

“alvin, sivia udah siap.” Kata sherly merangkul sivia mendekat ke alvin. Alvin yang mendengarnya pun menoleh, begitu juga ray. Dan benar saja sivia sudah rapi dengan dress berwarna tosca se-lutut. Rambutnya dibiarkan tergerai dengan indahnya.

“mama apaan sih, kan via udah bilang via gak ada kencan sama alvin!” sekali lagi sivia mencoba protes tapi tetap saja mamanya itu mengabaikan sivia.

“yaudah tante, kita pamit dulu ya…” kata alvin menggandeng sivia.

“iya, hati-hati dijalan ya.” Kata sherly tersenyum lebar tanpa memperdulikan wajah sivia yang memelas.

- - -
Alvin mengendarai motornya sambil sesekali melirik sivia dari spion. Terlihat sivia masih mengerucutkan bibirnya dan tidak mau berpegangan ke alvin. Alvin tau sivia pasti masih kesal dengan barusan. Yah, alvin berkata kepada mama sivia bahwa mereka sudah janjian untuk jalan-jalan. Tentu saja itu bohong. Boro-boro janjian jalan-jalan, sivia saja tidak pernah membalas pesannya.

“udah sampe.” Kata alvin membuat sivia sadar dan mengedarkan pandangannya. Alvin baru saja memarkirkan motor sport-nya itu di parkiran pasar malam. Yah, pasar malam!

“ngapain kesini?” Tanya sivia. Bukannya tidak suka, sivia malah terkejut alvin membawanya kesini. Ia kira alvin akan mengajaknya nonton atau makan di restaurant yang membuat sivia sudah bete hanya dengan memikirkannya.

“ya main-main lah. Yuk!” kata alvin menggandeng tangan sivia tanpa permisi. Sivia ingin protes tapi langsung ia urungkan karena takut tersesat mengingat banyak sekali orang disini.

“lo mau boneka itu gak?” Tanya alvin menunjuk sebuah boneka yang dipajang sebagai hadiah sebuah permainan.

“mau sih mau, tapi itu kan hadiah.” Kata sivia.

“yaudah yuk!” kata alvin menarik tangan sivia ke stand permainan itu. ternyata itu adalah stand permainan lempar. Dan yang berhak mendapatkan boneka itu adalah yang mampu memasukkan 20 bola kedalam ring kecil dalam waktu satu menit! Dan tanpa pikir panjang alvin langsung saja membayar untuk dapat memainkan permainan itu. Selama alvin bermain sivia melihatnya dengan serius. Ternyata permainan itu seru juga. Sivia sampai tanpa sadar ikut berteriak memberi semangat alvin dan berteriak kecewa saat bola yang alvin lempar meleset tidak masuk kedalam ring.
Blug.
Yes. Bola ke-20 yang berhasil alvin masukkan. Sivia reflek melompat-lompat saat melihat bola itu masuk.

“nih.” Alvin langsung menyerahkan boneka itu ke sivia yang langsung sivia peluk.

“lucunya!” kata sivia masih memeluk boneka itu. alvin yang melihatnya pun tersenyum.

“lo mau apalagi? Biar gue menangin semua game disini.” Kata alvin sombong membuat sivia mendengus kesal. Sivia melihat sekitar dan akhirnya melihat stand permainan yang sepertinya cukup susah. Pemain harus memasukkan bola kecil kedalam botol yang disusun tiga baris. Masing-masing baris terdiri dari sepuluh botol mineral yang sudah kosong. Baris pertama bernilai 1 poin. Baris kedua bernilai 2 poin dan baris ketiga bernilai 3 poin. Sivia pun menggandeng, ah maksudnya menarik tangan alvin untuk berjalan kearah stand permainan itu.

“gue mau . . .” sivia melihat hadiah-hadiah yang di pajang. Hadiah utamanya adalah boneka beruang besar. Ah sayang sekali ia baru saja mendapatkan boneka lucu yang tengah ia peluk sekarang. Sivia akhirnya melihat kalung dengan liontin berbentuk lumba-lumba. Lucu sekali!

“gue mau kalung itu!” kata sivia menunjuk kalung itu. alvin mengikuti arah tunjuk jari sivia. Sebuah kalung dengan liontin berbentuk lumba-lumba dengan total 50 poin untuk mendapatkannya.

“oke.” Jawab alvin akhirnya membayar untuk mulai memainkan permainan itu. walaupun sivia ingin kalung itu, tapi sivia berharap alvin tidak mampu mendapatkannya agar cowok itu malu akan kesombongannya.

Hampir sepuluh menit berlalu dan alvin sudah mampu mengumpulkan 39 poin. Dan hanya dalam beberapa menit kemudian alvin sudah mampu mengumpulkan 50 poin. Yah, artinya alvin berhasil mendapatkan kalung itu.

“nih.” Kata alvin menunjukkan kalung yang baru saja diberikan oleh penjaga permainan itu dengan senyum puas.

“ish kok lo bisa sih!” kata sivia tidak menyangka.

“iyalah. Gue kan jagoan.” Kata alvin tertawa. Sedangkan sivia hanya memutarkan bola matanya bosan mendengar kata-kata sombong dari alvin.

“sini gue pakein.” Kata alvin membuka kunci kalung itu.

“apaan sih gak usah.” Kata sivia buru-buru.

“udah diem.” Kata alvin sudah melingkarkan kalung itu di leher sivia. Sivia pun terpaksa menyibakkan rambutnya.

“selesai.” Kata alvin melihat kalung yang kini sudah melingkar indah di leher putih sivia.

“hm. Thanks.” Kata sivia ‘sok’ malas walaupun ia senang memiliki kalung indah itu.

“okee. Lo mau apa lagi?” Tanya alvin. Sivia pun lagi-lagi melihat ke penjual gula kapas. Sebenarnya dari pertama masuk kedalam pasar malam ini sivia sudah ingin sekali membeli makanan itu. Tapi tentu sivia malu dengan alvin. Bisa-bisa alvin mengatainya anak kecil. Padahal sekarang sivia sudah kuliah dan nampaknya kurang pantas jika memakan makanan manis itu.

“lo mau itu?” Tanya alvin mengikuti arah pandang sivia.

“ha? E.enggak kok.” Kata sivia buru-buru mengalihkan pandangannya.

“yuk!” seakan tidak mendengar jawaban sivia, alvin malah menggandeng sivia menuju penjual gula kapas berwarna-warni itu.

“pak, dua.” Kata alvin ke penjual gula kapas.

“ini dek.” Kata penjual itu memberikan dua permen kapas. Alvin pun membayar lalu menggandeng sivia ke salah satu bangku kosong.

“ayo makan.” Alvin memberikan satu permen kapas itu ke sivia. Sivia menatap ragu gula kapas itu hingga melihat alvin sudah memakan gula kapas itu. sivia pun langsung ikut memakan makanan lembut itu.

* * *
“Thanks.” Kata sivia setelah turun dari motor sport alvin. Kini mereka sudah berada tepat didepan rumah sivia.

“buat?” Tanya Alvin.

“semua. Boneka, kalung, permen gula-gula, pokoknya semua.” Kata sivia.

“sama-sama. Gue juga makasih udah mau jalan-jalan sama gue.” Kata alvin tersenyum tipis.

“lo yang maksa.” Protes siva membuat alvin tersenyum.

“iya iya gue yang maksa. Yaudah gue balik dulu.” Kata alvin memakai kembali helmnya.

“oke. Hati-hati.” Kata sivia melambaikan tangannya, ragu. Alvin yang melihatnya tak urung juga tersenyum.

“bye.” Kata alvin lalu mengendarai motornya pergi.

Sedangkan sivia sendiri masih berdiri ditempat. Entah kenapa melihat alvin tersenyum membuat ada yang aneh di hatinya. Jangan-jangan . . .

Sivia langsung menggeleng, menghapus semua prasangka yang melintas di otaknya. Sivia pun buru-buru masuk kedalam rumahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar